Rabu, 25 Januari 2017

RESUME BUKU (Soekarno, BANGSA RAKYAT PERSATUAN)



PROLOG
Soekarno Bapak Bangsa dan Revolusi Indonesia
“Aku Pemimpin Besarmu, ikutilah semua petunjuk-petunjukku. Mari berjalan terus melanjutkan Revolusi di atas jalan yang aku tunjuk” Soekarno
Soekarno tidak dimakamkan “diantara bukit yang berombak, dibawah pohon rindang, disamping sebuah sungai dengan udara segar.” Tak seperti yang diinginkannya yang permintaan terakhirya untuk dikuburkan di rumahnya di Batutulis, Bogor tapi ditolak. Soekarno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur, disamping makam ibunya.
Aktivisme politik Soekarno diilhami dari sumber-sumber yang bermacam ragam, dari buku yang dibaca dan dari tokoh senior yang ditemuinya. Dia menyeruput semuanya, lalu mengumpulkandalam dirinya, hampir semuanya eklektis dan sinkretis kemampuan khas jawa.
Bagi Soekarno, sejarah tak meilihnya secara kebetulan. Mengenang ke belakang, ia bercerita bilamana ibunya memangku bayi Karno yang berumur 2 tahun, menghadap Timur dan ketika fajar merekah meramalkannya kelak menjadi pemimpin besar : Soekarno, Putra Sang Fajar.
Bung Karno memang merasa terlahir sebagai pemimpin dan bertindak secara sadar untuk meraih takdirnya. Menjadi bapak Revolusi Indonesia, yang memberikan semangat kepada rakyat indonesia untuk melawan penjajah dan mendapat kemerdekaan.
Watak pemerintahan soekarno yang monopilitik menjatuhnya kedalam simbol Feodalisme Jawa yang dulu ia kecam. Seperti raja-raja jawa dimasa silam dan Soeharto yang menggantikannya kelak . Soekarno memanipulasi simbol-simbol tradisi, memcitrakan diri memiliki kekuasaan supranatural, menikmati diri dikelilingi adipati yang terlibat intrik politik istana, serta memanfaatkan konflik itu untuk menunjukkan diri sebagai kekuatan yang tak terhindarkan satu-satunya dan selama-lamanya.
Pasca partai-partai Islam praktis tersingkir, Bung Karno mencoba berdiri ditengah menjadi keseimbangan yang rawan antara tentara ( sejak 1950 menjadi haus politik) disatu sisi dan partai Komunis Indonesia disisi yang lain. Dibawah bayang-bayang ketegangan Perang Dingin global dan tekanan krisis ekonomi domestik, Bung Karno terbakar ditengah-tengah-tengah persaingan dua kubu, dalam sebuah drama paling berdarah tahun 1965.
Masa Kecil Putra Sang Fajar
“ Sebagai Aria Bima, putera yang lahirnya dalam zaman perjuangan, maka Indonesia Muda inilah melihat cahaya hari pertama-tama dalam zaman yang rakyat-rakyat Asia lagi berada dalam perasaan taak senang dengan nasibnya.”
Soekarno
Lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, justru Tulungagung yang menyisakan sepenggal kenangan masa kanak-kanak kehidupan soekarno. Ketika ia masih bertelanjang kaki berlari-lari dengan kawan-kawannya di Desa Bago, memburu belalalng, menangkap capung, mandi di sungai, menunggang kerbau, dan memanjat pohon.masa itu soekarno pernah dikenal sebagai pemanjat jempolan. Berani memanjat pohon yang tinggi, sedang kawan-kawanny hanya memandang ketakutan. Tak ada yang berani seperti dia.
 “Matamu serupa matanya kucing chandramawa” kata eyangnya  (Raden Hardjodikromo)  . “Tidak, saya Bima” jawab Karno yang lantas mengengkat dada dengan wajah yang serius, membuat sang kakek tertawa terpingkal-pingkal. Tak usah heran kalau Karno menjadi begitu bengal, karena ia sangat dimanjakan kakeknya. Kenapa Soekarno di kirim ke Tulungagung? Terus terang, penghidupan ayahnya, Raden Soekeni Sostrodihardjo, yang ketika itu pindah menjadi guru di Surabaya, berada jauh dari kecukupan. Biaya hidup di kota besar cukup tinggi, sedangkan sang ibu Ida Ayu Rai Srimben (asal Singaraja, Bali), tidak bekerja.
Rupanya soekarno kecil suka dengan pewayangan, paling mengagumi perwatakan Bima dan Wekudhara, yang dilukiskan sebagai tonggaknya keadilan dan kebenaran. Penokohan terhadap sang Bima mempengaruhi wataknya hinggaberanjak dewasa. Nampak jelas pada kemudian hari, apabila soekarno berpidato dihadapan massa, sering ia mencuplik contoh –contoh dari lelakon wayang purwa.
Ketika usianya enam tahun,sang kakek Hardjodikromo memasukannya ke sekolah desa di Tulungagung. Inilah sekolah pertama yang memberi pelajaran baca tulis kepada Karno. Soekarno tidak lama sekolah di Tulungagung.  Ayahnya yang sesudah dipindahkan ke Ploso, kini dipindahkan lagi di Sidoardjo dan memperoleh kebaikan pangkat sebagai Mantr Guru, memintanya dipindahkan sekolahnya di Sidoardjo juga. Disini ia meneruskan pelajarannya di Rumah Perguruan Angka Dua dibawah pendidikan ayahnya sendiri.
Pamor ayahnya, Raden Soekeni, meroket. Pangkatnya dinaikkan lagi. Ia ditahbiskan menjadi maanri guru kelas satu, dan dipindahkan ke Mojokerto. Kehidupan mereka yang dulu berkekurangan kini mulai membaik. Soekarno pun pidah dan disekolahkan ke sekolh yng dipimpin ayahnya. Di bawah bimbingan ibunya dan dalam pengawasan ketat ayahnya, pelajaaran soekarno mulai maju. Dari murid yang terbelakang di  Tulungagung menjadi murid terkemuka di Mojokerto. Bukan saja dalam pelajaran sekolah, tetapi dia selalu tampil sebagai pemimpin di antara teman-temannya.
Ketika usainya 12 tahun dan duduk di kelas enam serta keinginannya sendiri untuk maju, Soekarno dipindahakan ke Europesche Leger School (ELS). Di sekolah khusus bagi anak-anak Eropa ini Soekarno di terima di kelas V. Ternyata otaknya memang betul-betul encer. Ia bisa mengikuti semua pelajaran dengan mudah.Selain gemar menggambar, ia juga suka berhitung dan ilmu bahasa, ia mengambil les bahasa perancis.
Patah Hati, Soekarno Menemukan Tuhan
“ Hanya kebahagiaanku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Airku. Kepada Bangsa. Itulah dedikasi of Life-ku. “ Soekarno
Pada usia 14 tahun, soekarno menamatkan pendidikannya di ELS. Dari situ ia melanjutkan pelajarannya ke HBS (Hogere Burger School) di Surabaya dimana ia menetap di rumah Hadji Oemar Said Tjokroaminoto., pemimpin besar Sarekat Islam (SI). Di sini karno mulai meminati buku-buku politik, dan terutama bergaul Agus Salim, Alimin, Darsono, Soerjopranoto, dan lain-lain lagi, termasuk Moeso dan Maridjan Kartosoewirjo yang menjdi teman kost Soekarno di rumah Tjokroaminoto. Soekarno mulai menceburkan diri ke dalam organisasi, bermula dalam perhimpunan Trikoro Darmo yang kemudian berubah nama menjadi Jong Java.
Di sisi lain soekarno muda mulai mendapat perhatian dari Tjikroaminoto, terutama ketika ia mulai naik ke mimbar..“ Aku menjadi buntut dari Tjokroaminoto . Kemana ia pergi, aku turut. Soekarno yang menemaninya ke pertemuan-pertemun untuk berpidato. Aku hanya duduk dan memperhatikannya. Ia mempunyai pengaruh yang besar terhadap rakyat.”
Perhatian Tjokro semakin besar. Suatu hari Soekarno ditanya apakah ia mau disandingkan dengan putrinya Siti Oetari. Soekarno meminta waktu untuk bertanya pada orangtuanya di Mojokerto. “Terserah padamu” jawab ayah-ibunya. Demikianlah maka ia lalu betunangan. Namun karena Oetari masih terlalu muda, pernikahan itu jadi digantung, artinya suami istri tidak tidur bersama.
Pasca lulus dari HBS, pada 1920, Soekarno melanjutkan sekolahnya di THS (Technichsce Hoge School), sekolah tinggi teknik yang baru dibuka di Bandung.
Sikap Soekarno yang ternyata berbeda pendirian Tjokro, membuat buntut dari sikap ini berakhir dengan tragis bagi bahtera rumah tangga Soekarno dan istrinya yang anak kesayangan Tjokroaminoto itu.
Ketika Hadji Agus Salim ke Bandung, Karno mengunjungi sang begawan pergerakan itu. Tujuannya adalah mengasa pikiran dalam politik dan pergerakan nasional. Tetapi kemudian pembicaraan menjurus pada soal agama dan Allah, sebagaimana kebiasaan jempolan tua bagi pergerakan Islam ini suka mensawalakannya. Bagi Soekarno, ini adalah suatu kebetulan, karena jiwanya sedang haaus akan siraman rohani.
“saya belum tahu betul ihwal Allah, tapi saya meraa pasti bahwa Allah yang tuan gambarkan itu tidak cocok dengan pendapat saya,” kata Karno mengakhiri perdebatan mereka sambil berpamitan pulang. Hadji Salim hanya tersenyum dan geleng-geleng kepada sendirian seraya berkata:” Ah, anak muda kepala batu, tapi saya doakan mudah-mudahan Allah SWT akan menerangi pikiranmu.”
Anggapan Soekarno: katanya Tuhan itu kebesarannya tidak terbatas tapi mengapa oleh Van lith dibataskan kepada apa yang baik saja, sedang yang buruk bukan dari Tuhan datangnya? Ini tidaklah patut. Dengan mendongkol, tapi tetap atas dasar kecintaannya, sang pastur pun berkata, “ Kau ini orang durhaka, berani menjelekkan Tuhan.” Soekarno  menjawab enteng, “ Tuhan akan mengampuni saya.”
Belakangan Karno sering mengunjungi kampung-kampung nun jauh dari kota. Mencari apa dia ke sana? Apakah ia akan mencari Tuhan yang dilukiskan sastrawan masyhur Rusia Leo Tolstoy, bahwa Tuhan berada di tempat-tempat yang penuh debu? Tapi di sana pun Soekarno tidak menemukan Tuhan.Yang dicari Soekarno tidak ketemu. Ia tidk ingat tamsil Goethe,” siapa yang masih berdaya tandanya dia masih tersesat”. Toh akhirnya datang juga. Siapa? Dia. Dia telah datang sendiri, ya. Dia telah datang, ketika Soekarno berpikir: siapakah yang mengatur itu perjodohan antara ayahnya dari Jawa dan ibunya dari Bali? Kalau ayahnya tidak dikirim sebagai guru ke Bali, niscaya tidak terjadi perjodohan tersebut. Siapa yang mengirim ayahnya kesana? Pemerintah? Benar. Tapi apakah pemerintah mempunyai maksus supaya ayahnya bertemu dengan sanga ibu? Samasekali tidak! Nah, di sini lantas ketemu, bahwa adalah Dia yang mengaturnya.
Bersamaan dengan diketemukannya Dia, kedukaan Soekarno pun mulai pupus, sebab Karno sekarang berpendapat, dulu yang mempersatukan dirinya dengan Oetari itu adalah Dia, kemudian yang menceraikan pula adalah Dia, maka Dia pula yang akan mengatur dan menjadikan apa yang akan datang, senang atau susah. Bukan Karno yang menentukan tetapi hanya Dia yang berkuasa untuk menentukan.
Kini, karena Dia juga dia mempunyai pikiran untuk tidak berhenti brjuang dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, Karno telah mendapatkan Tuhannya, bukan berhala, bukan batu dan bukan kayu, tapi tidak berwujud sebagai juga Tuhannya semua agama, sama sucinya dan sama besarnya, tapi tak terbatas, ada di mana-mana.
Bergerak, Tangkap, Menggugat, Penjara, Buang!
“Entah bagaimana  tercapainya persatuan itu, entah pula bagaimana rupanya persatuan itu, akan tetapi tetaplah, bahwa kapal yang membawa kita ke Indonesia Merdeka itu ialah Kapal Persatuan adanya!” . Soekarno
Bintang Soekarno kian berpijar di pucuk-pucuk pergerakan nasional. Sepakterjangnya semakin menggila. Selain terus aktif membangunkan daya kritis dan intelektualitas di kalangan pemuda Indonesia dengan membentuk Algemeene Studieclub di Bandung pada 1925, Soekarno juga sempat terlibat dalam beberapa usaha mencerdaskan bangsa. Dua tahun kemudian, sebelum mendirikan PNI, Soekarno bersama beberapa tokoh termasuk Samsi, Soenario, Soewandi, Oesman Sastoamidjojo, dan Iskandar Kartomenggolo, mendirikan Nasionale Middlebare School  (Sekolah Menengah Nasional) Taman siswa di Bandung.
Puncak dari jejak langkah pergerakan Nasional adalah pada 4 Juli 1927,tanggal di mana Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) resmi berdiri. Bersama Soekarno, di barisan penegak awal paartai politik yang bertujuan Indonesia Merdeka itu ada nam-nama seperti Soekarno, Soenario, Budiarto, Anwari, Samsi, dan Sartono. Pada 27-30 Mei 1928, dalam kongres pertamanya di Surabaya, Perserikatan Nasioanl Indonesia kian menegaskan perjuangan politiknya dengan mengubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Pemimpin sekaligus sebagai otorator dan agitatornya tidak lain adalah Soekarno yang membuat pengaruh PNI semakin luas sampai ke seluruh tanah air.
Dalam kongres itu, Soekarno menyatakan bahwa Indonesia adalah bagian dari bangsa Asia yang sebagian penduduknya sedang berusaha mengejar kemerdekaan. PNI membangun azas: nasionalisme-radikal, self help (mandiri). PNI adalah partai yang memilih menggunakan cara non-kooperasi dan pengorganisasian massa. Di bawah Soekarno, PNI semakin pesat kemajuannya. Perjuangannya membela kaum Marhaen- sebutan Soekarno untuk rakyat kecil yang tertindas membuat PNI mendapat tempat di hati rakyat. Soekarno senantiasa membangkitkan jiwa dan semangat heroisme atriotisme di kalangan rakyat.
Pada akhir 1927, Soekarno  meluaskan pengaruhnya  ditanah pergerakn nasional. PNI mengajukan usul untuk membentuk suatu badan gabungan di antara partai-partai politik di Indonesia. Maka pada 17 Desember 1927 terbentukalah Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Soekarno dari PNI dan Soekiman dari CSI (Central Sarekat Islam) merumuskan aturan sementara PPPKI.
Anggota PPPKI adalah PNI (diwakili oleh Soekarno dan Iskaq Tjokroadisoerjo), Algemeene Studieclub ( Sartono, Boediarto, dan Samsi), CSI ( Soekiman dan Sjahboedin Latif), Boedi Oetomo ( Koesoemo Oetojo dan Soetopo Wonobojo), Pasoendan (Oto Subrata, Bakri Soerjaatmadja, Sentjaja), Sarikat Sumatra (Parada Harahap dan Dahlan Abdoellah), Kaoem Betawi (Hoesni Thamrin), Indonesische Studieclub (Soedjono, Gondokusumo, dan Soenjoto). Belakangan masuk pula ke dalam PPPKI adalah Sarekat Madoera, Tirtajasa (Organisasi kecil dari Banten), dan Perserikatan Celebes.
Tujuan PPPKI adalah menyamakan arah aksi kebangsaan, memperkuatnya dengan memperbaiki organisasi dengan bekerja bersama-sama antara anggota-anggotanya, dan menghindarkan perselisihan sesama anggotanya yang hanya akan melemahkan aksi kebangsaan saja.
Sementara itu, sepakterjang PNI bertambah pesat kemajuannya, bahkan dalam perkembangannya jumlah anggota PNI pernah menembus angka 13 juta orang. Melesatnya pergerakan PNI dan kian beraninya Soekarno menimbulkan kekhawatiran yang luarbiasa dari pemerintah kolonial. Sejak itu, pemerintah mengawasi Soekarno dan PNI dengan ketat. Petaka mulai mengintai Soekarno  dan kawan-kawan seperjuangnnya pada akhir 1929. Bermula dari keberangkatan Soekarno ke Surakarta pada 26 Desember 1929 untuk menghadiri Kongres PPPKI dan sekaligis memberikan propaganda PNI. Soekarno si dampingi Inggit Garnasih (istri Soekarno, dinikahi pada 1923), Maskoen Soemadiredja (Sekretaris PNI Cabang Bandung), Gatot Mangkoepradja (Sekretaris II PNI pusat), Soeprajadinata (Anggota PNI Cabang Bandung), dan Mang Ojib (Sopir Kepercayaan Soekarno).
Dari Surakarta usai Kongres mereka menuju Jogjakarta dan bermalam di Jalan Tugu Kidul. Hingga terjadilah hari naas itu. Tanggal 29 Desember 1929, aparat pemerintah kolonial Hindia Belanda serempak beraksi. Di Jogjakrta,Soekarno, Gatot, Maskoen, serta Soepriadinata ditangkap ketika msih terlelap tidur.  Dihari yang sama, penggerebekan juga dilakukan di kota-kota lainnya.
Setelah di tahan di penjara Banceuy, Soekarno dan kawan-kawan baru mulai diadili oleh pengadilan negeri  Bandung pada 18 agustus 1930 hingga 29 September 1930. Dalam persidangan ini Soekarno, Gatot, Maskoen dan Soeprijadinata, di bela oleh tiga orang pengacara yaitu Sartono, Soejoedi, serta Sastromoeljono. Tuduhan yang didakwakan pada mereka adalah “ikut serta dalam perkumpulan yang bertujuan menjalankan kejahatan” dan “ menganjurkan atau menghasut mengacaukan ketertiban umum, dan menggulingkan  atau menyerng pemerintah di Negeri Belanda atau di Hindia Belanda”.
Akhirnya pada 22 Desember 1930 pengadilan memutuskan Soekarno di hukum 4 tahun penjara, sedangkan yang lain juga kena hukuman meski serupa masa penjaranya lebih pendek dari yang dikenakan kepada Soekarno selaku ketua PNI. Gatot selama 2 tahun, Maskoen selama 1 tahun 8 bulan dan Soeprijadinata selama 1 tahun 3 bulan . Dalam bulan Februari 1931 itu pula , Soekarno dan kawan-kawan dipindahkan dari rumah tahanan Banceuy ke rumah penjara Sukamiskin, 15 kilometer dari kota Bandung.
Ternyata tiada berapa lama sesudah itu turun grasi dari Negeri Belanda yang mengurasi hukuman Karno dari 4 tahun menjadi 2 tahun.
Demikianlah sesudah mengalami penderitaan hukuman di ruang penjara yang pengap, oleh pertolongan Tuhan Yang Maha Esa masa hukuman itu telah dijalani Soekarno, dan pada 31 Desember 1931 tepat jam 6 pagi, manakala mendung berat menutupi Bandung, Soekarno dibebaskan. Namun yang ironis, beberapa bulan sebelumnya, tepatnya 27 April 1931, PNI justru membubarkan diri, terutama dengan turunnya vonis dari pengadilan negeri Bandung yang diperkuat oleh Raad Van Justitie  yang melarang pergerakan partai Soekarno itu.
Pasca bubar, PNI pecah jadi dua : Partai Indonesia (Partindo) dan Pendidikn Nasional Indonesia (PNI Baru). Pada 12 Juli 1931 Partindo, dipimpin oleh Sartono, telah mengadakan rapat umum yang pertama di Jakarta, yang dihaadiri sekitar seribu orang. Sedangkan  PNI Baru dimotori oleh Soetan Sjahrir, dan kelak juga Mohammad Hatta.
Soekarno sendiri kemudian memilih Partindo sebagai kendaraan politiknya. Ia bergabung ke partai itu pada tanggal 28 Juli 1932, dan pada 1 Agustus 1932 Soekarno menyiarkan “ Makloemat dari Boeng Karno Boeat Marhaen Indonesia” yang menyatakan dirinya masuk Partindo. Melalui Partindo Soekarno juga memimpin penertiban majalah Fikiran Ra’jat.
Sepakterjang Soekarno lewat Partindo juga diamati dengan seksama oleh aparat kolonial. Pemerintah mulai mempersempit ruang gerak Partindo dan PNI Baru sejak 1 agustus 1932. Di hari yang sama, atas permintaan kepolisian Bandung, Soekarno ditangkap oleh polisi kolonial ketika meninggalkan  kediaman Hoesni Thamrin di Batavia. Penangkapan ini atas permintaan kepolisian Bandung. Tanggal 2 agustus 1933, majalah polisi memindahkan Soekarno dari penjara Batavia ke penjara Sukamiskin. Ia dijebloskan lagi ke bui yang sama selama 4 bulan. Pada 21 November 1933 Soekarno keluar dari Partindo. Saking takutnya akan pengaruh Soekarno bilamana kelak ia bebas, akhirnya melalui keputusan pemerintah kolonial, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores.
Pada 14 Februari 1938, datanglah surat keputusan pemerintah kolonial yang menyebutkan bahwa Soekarno akan dipindahkan ke Bengkulu. Soekarno dan rombongan berangkat dari Ende ke Bengkulu pada 30 April 1938. Di tanah pembuangan yang baru ini Soekarno mencatatkan diri resmi bergabung dengan Perserikatan Muhammadiyah di sana, bahkan dipercaya sebagai ketua bagian pengajaran. Di Bengkulu ini pula Soekarno jatuh cinta lagi keoada seorang gadis belia puteri tokoh Muhammadiyah, ialah Fatmawati.
Merdeka, Pemuncak Revolusi Indonesia
“ Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan hati bangsa kita!” Soekarno
Kedatangan Jepang membuat hidup Soekarno berubah. Sebenarnya, ketika sudah mengetahui  tanda-tanda tentara Jepang akan mendarat, pemerintah Hindia Belanda bermaksud memindahkan Soekarno ke Australia. Namun Jepang keburu datang. Akhirnya, Soekarno diambil alih oleh tentara Jepang dan di bawa kembali ke Jawa, ke Jakarta, pada 9 Juli 1942. Berakhirlah masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda di Indonesia dan digantikan era pendudukan tentara Jepang.
Dengan “Saudara Tua”, Soekarno lebih lunak. Ia bersedia bekerjasama dengan Jepang. Namun bukan lantas Soekarno mengkhianati bangsa dan tanah airnya. Gerak politik kooperatif dengan Jepang itu semata-mata dilakukannya demi strategi dengan tujuan akhir mencapai kemerdekaan Indonesia. Semula Soekarno bergabung dalam Gerakan 3A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia) hingga gerakan ini dibubarkan.
Tanggal 2 Maret 1942, Jepang membentuk Poesat Tenaga Rakyat (Poetera) untuk mempersiapkan kemerdekaan.
Pada 8 November 1942, Soekarno bergabung dengan Komisi Menyelidiki Adat Istiadat dan Tata Negara yang dibentuk oleh Jepang. Keanggotaan komisi ini terdiri atas 13 orang Jeang serta orang Indonesia, yakni selain Soekarno terdapat Mohammad Hatta, Soetardjo Hadikoesoemo, Abi Koesno Tjokrosoejoso, KH Mas Mansoer, Ki Hadjar Dewantara, Prof. Hoesein Djajadiningrat, R Ng Poerbatjaraka, dan Prof Mr Soepomo. Selanjutnya, Soekarno bersama Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, KH Mas Mansoer (mereka ini di sebut “ Empat Serangkai”), ditunjuk sebagai anggota Badan Perwakilan Pusat atau Cuo Sangi-in pada 1943. Soekarno sebagai ketua dan Hatta selaku wakilnya.
Perdana Menteri Jepang M Koiso, pada awal september 1944 menyatakan bahwa Indonesia akan dimerdekakan kelak kemudian hari. Lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan dan bendera Merah Putih boleh dikibarkan. Beberapa orang Indonesia dilantik menjadi peasehat dibanyak Departemen sebagai latihan bila nanti naik menjadi Menteri.
Berdirilah Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan tokoh-tokoh terkemuka Indonesia ditambah beberapa orang Jepang untuk merumuskan segala yang bertaut dengan pembentukan negara Indonesia, khususnya dalam bidang politik dan ekonomi. Dr Radjiman Wediodiningrat, seorang tokoh kawakan perintis Boedi Oetomo, ditunjuk mengetuai forum ini. Rapat perdana BPUPKI pada 29 Mei- 1 Juni 1945 dan rapat-rapat berikutnya diisi pembahasan sekitar bentuk dan dasar negara Indonesia.
Di badan inilah Soekarno merumuskan gagasannya tentang Pancasila untuk dipakai sebagai dasar filsafat negara Indonesia Merdeka. Berikut usulan dari Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengenai Perumusan Pancasila: Kebangsaan indonesia atau Nasionalisme; Internasionalisme, atau perikemanusiaan; Mufakat, atau Demokrasi; Kesejahteraan Sosial.; Ketuhanan.
Piagam Jakarta 22 Juni 1945 oleh Soekarno dan tokoh-tokoh kebangsaan lainnya, antara lain: Mohammad Hatta, AA  Maramis, Abikoeno Tjokrosoejoso, Abdoelkahar Moezakkir, Hadji Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wachid Hasjim, dan Moehammad Jamin. Perumusan Pancasila berdasarkan hasil dari Piagam Jakarta, sebagai berikut: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya; Kemanusiaan yang adil dan beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Sementara itu, Jepang kian terdesak oleh pasukan sekutu dalam perang Asia Timur Raya. Awal Agustus 1945, pekerjaan BPUPKI dilanjutkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), masih bentukan pemerintah militer jepang dengan maksud mempersiapkan segala hal yang berkait dengan transisi kekuasaan pemerintah Jepang ke pemerintah Indonesia. Soekarno diangkat sebagai ketua dan Hatta sebagai wakil ketua.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat dikirim ke Dallat, Vietnam, ke markas besar Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara, untuk menemui Marsekal Terauchi Hisaichi yang mewakili pemerintah pusat Tokyo. Terauchi dalam pidato singkatnya menyatakan bahwa Pemerintah Jepang di Tokyo memutuskan memberi kemerdekaan kepada Indnesia.
Setibanya di Jakarta, Sjahrir mendesak Soekarno memproklamasikan kemerdekaan RI atas nama rakyat Indonesia. Pasalnya, bila PPKI yang memproklamasikan, pihak sekutu dengan mudah melabeli negara RI sebagai produk Jepang sehingga berpeluang besar menyabet kembali dengan status Hindia Belanda.
Sementara itu, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat keoada sekutu pada 14 Agustus 1945. Golongan muda Indonesia sangat bergairah menyambut berita ini, dan mereka bertekad untuk selekasnya menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia.Malam tanggal 15 Agustus 1945, Achmad Soebardjo yang menemui Soekarno dan Hatta. Ia sedang didesak kaum pemuda untuk menyatakan kemerdekaan saat itu juga, Soekarno menolak usulan itu.
Pada pagi-pagi buta keesokan harinya, Soekarno dan Hatta diminta wakil golongan muda untuk ikut pergi ke Rengasdengklok. Kedua tokoh sentral itu diamankan karena revolusi akan meletus di Jakarta dan sekitarnya. Ribuan pemuda akan melucuti senjata tentara Jepang. Ternyata rencana gerakan pemuda itu tak terwujud hingga Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta pada 16 Agustus 1945 malam hari. Akhirnya, pada keesokan harinya pukul 10.00, tepat tanggal 17 Agustus 1945, bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, atas nama Bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta menyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia:
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENJATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKOESAAN D.L.L., DISELENGGARAKAN DENGAN TJARA SEKSAMA DAN DALAM TEMPO SESINGKAT-SINGKATNJA.
DJAKARTA, HARI 17 BOELAN 8 TAHOEN 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA
SOEKARNO/ HATTA
Keesokan harinya, 18 Agustus 1945 PPKI menggelar sidang petamanya. Rapat pada hari itu menghasilkan keputusan pengesahan UUD1945, terpilihnya Soekarno dan Hatta sebagai Presiden dan wakil Presiden pertama RI, yang untuk sementaraakan dibantu oleh Komite Nasional Indonesia.
Kemudian sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945 antara lain memutuskan pembentukan kabinet dan pembagian wilayah RI dalam delapan provinsi sekaligus menunjuk para pemimpin daerahnya. Kabinet RI yang pertama itu berbentuk kabinet Presidensiil yang dipimpin oleh Soekarno. Kabinet ini berlangsung dari sejak diputuskannya sampai tanggal 14 Agustus 1945. Kemudian, dalam pidato melalui radio pada 23 Agustus 1945, Presiden Soekarno menyatakan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Dunia, inilah Republik Indoesia!
“kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar, dengan tekad merdeka atau mati! “. Soekarno.
Disaat Rakyat Indonesia bergegap gempita mennyambut kemerdekaan yang telah sekian abad didamba, ternyata musuh lama datang lagi. Kedatangan tentara sekutu ternyata diboncengi oleh pasukan belanda yang berkeinginan untuk menduduki kembali Indonesia. Pasukan sekutu yang tergabung dalam Rehabilitation Allied prisoner of war and internees (RAPWI) diselundupi oleh netherland indies civil administration (nika), a;at penjajahan Belanda sebelum tentaranya datang. Keinginan kembali Belanda untuk menguasai kembali wilayah Indonesia yang kemudian memunculkan banyak perlawanan rakyat dibanyak tepat di wilayah Indonesia.
Pada 05 Oktober 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit tentang pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai penyempurnaan dari angkatan perang RI. Sementara karena kondisi Ibukota Jakarta semakin mengkhawatirkan, akhirnya pusat pemerintahan RI dipindahkan ke Jogjakarta pada 04 Januari 1946.
Tanggal 15-25 Juli 1946, konferensi malino dilaksanakan, disusul konferesi Pangka Pinang pada 01 Oktober 1946, serta konferensi Denpasar pada 18-24 Desember 1946. Hasil dari rangkaian perundingan ini sangat merugikan Indonesia, terutama konferensi Denpasar yang menhasilkan berdirinya negara indonesia timur (NIT). Konferensi-konferensi itu mempermulus penciptaan “negara-negara boneka” yang oleh belanda dijadikan landasan untuk menciptakan pemerintahan federal republik indonesia serikat (RIS) dibawah kerajaan belanda. Sedangkan dalam perundingan linggar jati, 25 maret 1947, wilayah RI yang diakui belanda hanya sumatra, jawa, dan madura.
Agresi militer belanda I yang dilancarkan pada 21 juli 1947 dianggap sebagai puncak kegagalan diplomasi. Serangan ini mengekibatkan kekuasaan de facto RI atas wilayahnya menjadi jauh lebih sempit. Dalam perundingan Renville yang diselanggrakan pada 29 agustus 1947, indonesia harus mematuhi garis “ Van Mook” yang menjadi batas daerah yang dikuasai RI dan yang dikuasai belanda. Wilayah RI semakin sempit, tidak lebih dari sepertiga wilayah jawa.
Tanggal 19 desember 1948, pasukan belanda secara mendadak menyerang ibukota jogjakarta, dari arah timur, melalui wilayah Maguwo yang akhirnya bisa masuk kota. Inilah peristiwa yang menggema dengan nama agresi militer belada ke II.
Pusat kota jogjakarta diduduki tentara belanda. Soekarno dan para petinggi RI lainnya ditangkap dan kemudian diasingkan. Bersama Hadji Agus Salim, soekarno dibuang ke Brastagi, prapat, kemudian ke Bangka.
Tanggal 1 maret 1949 pagi, pasukan gerilya RI bergerk memasuki kota jogjakarta. Saat komando diteriakkan, semua pejuang serempak menyerang. Hasilnya, serbuan besar-besaran itu sukses. Selama 6 jam, kota jogjakarta berhasil diduduki para pejuang Republik. Inilah dia, serangan umum 1 maret 1949.
Pada 7 mei 1949 diadakan perundingan Roem-Royen yang menyepakati kedua belah pihak mengakhiri permusuhan. Sebagai wujud kesepakatan tersebut, sultan hamengkubuwono ke IX mengeluarkan perintah gencatan senjata pada 18 juni 1949. Soekarno beserta para pejabat lainnya dikembalikan pula ke jogjakarta pada 6 juli 1949. Konferensi meja bundar (KMB) yang diadakan pada 23 agustus hingga 2 november 1949 di Den haag, Belanda, menyepakati bahwa republik indonesia serikat (RIS) berdiri dengan ratu belanda sebagai pemimpin simbolis. Soekarno akan menjadi oresiden RIS sedangkan Hatta sebagai wakil presiden merangkap perdana menteri ( 1949-1950). Tanggal 27 desember 1949 belanda resmi menyerahkan kedaulatan keada RIS.
Setelah perjanjian ini, soekarno mengeluarkan peraturan preiden no 6 yang bertujuan menambah anggota KNIP dari sumatra untuk leboh merekatkan negara RI. Ternyata keputusan ini ditentang sidang Pleno KNIP di Malang pada 25 februari 1947.
Secara tegas hatta membela soekarno dengan menjelaskan bahwa menurut UUD, presiden berhak menunjuk dan mengengkat nggota KNIP. Forum akhirnya bisa menerima keputusan ini.
Dibawah Bendera Revolusi Soekarno
“indonesia sedang berada didalam revolusi yang maha besar, bukan saja revolusi biasa tetapi revolusi yang saya katakan sudah multikompleks”. Soekarno.
Perjalanan indonesiasebagai negara yang baru berdaulat berkali-kali harus jatuh bangun dengan pergantian kabinet dan bentuk pemerintahan yang berulang-ulang, ditambah pula dengan pergolakan-pergolakan di dalam Negeri. Rekaman peristiwa sejak berdaulatnya Indonesia sebagai Negara Kesatuan hingga turunnya Dekrit Presiden 1959 merupakan gambaran tertatihnya perjalanan Soekarno dalam membangun Indonesia, tetapi juga terdapat beberapa prestasinya yang patut dibanggakan.
Tanggal 17 oktober 1952, misalnya, sebagian tentara Angkatan Dasar mengarahakan moncong meriamnya ke istana dan menuntut Soekarno membubarkan parlemen. Namun Soekarno pun membuat gebrakan spektakuler pada 18 april 1955 dengan memprakarsai berlangsungnya Konferensi Asia Afrika (KAA) di bandung. Mohammad Hatta, pada 31 Desember 1956 mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden RI. Kemudian pada 21 Februari 1957 Soekarno membekukan sistem demokrasi parlementer yang berlangsung sejak 1950 dan menggantinya dengan demokrasi terpimpin, yang otomatis membawanya sebagai orang tunggal di pucuk pemerintahan.
Akibat banyaknya pemberontakan militer di daerah, pada 14 Maret 1957 Soekarno memberlakukan keadaan perang dan darurat perang. Dan pada 30 november 1957, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Soekarno. Semua pelaku dihukum mati. Para pelaku diidentifikasi sebagai kelompok antikomunis. Pada 5 Juli 1959, presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang intinya: Pembubaran Konstituante; Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950; Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Setelah Dekrit Presiden ini, memasuki pergantian warsa 1960, Indonesia atau khususnya Soekarno pun mengalami masa-masa yang berbeda dalam kepemimpinannya sebagai Presiden RI. Soekarno menyerukan perebutan kembali Irian Barat sebagai bagian dari NKRI.
Tahun 1963, untuk menandingi Olimpiade yang digelar negara-negara barat, Soekarno menggelar pertandingan olahraga Internasional bertajuk GANEFO (Games of New Emerging Forces)di Senayan, Jakarta, 10-22 November 1963, yang diikuti oleh 48 Negara. Selanjutnya, 3 Mei 1964, Soekarno berteriak lantang “ ganyang Malaysia” yang dianggapnya merupakan antek noe-kolonialisme (Nekolim). Tindakan tegas tersebut diikuti dengan keluarnya Indonesia dari Keanggotaan PBB dan membentuk Poros Jakarta-Peking.
Romantisme-Dinamika-Dialektika. Itulah garis-garis besar daripada Revolusi Indonesia, kata Soekarno. Soekarno juga merumuskan Tiga Kerangka Revolusi Indonesia, yaitu:
1.      Membentuk satu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbentuk Negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan, yang demokratis dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai Merauke.
2.      Membentuk satu masyarakat yang adil dan makmur, materiil dan spiritual dalam wadah NKRI.
3.      Pembentukan satu persahabatan yang baik antara RI dengan semua negara di dunia, terutama sekali dengan negara-negara Asia-Afrika, atas dasar hormat-menghormati satu sama lain, dan atas dasar bekerjasama membentuk satu dunia baru yang bersih dari imperialisme dan kolonialisme menuju kepda perdamaian dunia yang sempurna.

Akhir Revolusi Soekarno
“Saya bukan seorang nabi, akan tetapi hanya seorang manusia belaka. Jika bahkan nabi-nabi berbuat salah, apalagi orang-orang biasa. Saya minta maaf untuk segala dosa saya”. Soekarno
Soekarno sendirilah yang membuat ia dimangsa revolusi yang diciptakannya. Memasuki dekade 1960, gejala-gejala kejatuhan Sang Penyambung Lidah Rakyat Indonesia itu sudah mulai tampak. Pengengkatan dirinya sebagai “Presiden Seumur Hidup” dan berjalan sendirian dipucuk kepemimpinan kuasa Indonesia, dengan mundurnya Hatta dari jabatan wakil presdien.
Awal mula masalah sejatinya bersal dari tragedi nasional 30 September 1965, yang oleh Soekarno di sebut dengan nama Gestok alias” Gerakan Satu Oktober”. Ketidaktegasan Soekarno dalam menyelesaikan hal ini membuat pamornya merosot turun.
Soekarno mati-matian membela Partai Komunis Indonesia (PKI) yang oleh pihak militer dan publik dituding sebagai aktor utama Gerakan 30 september 1965, aksi berdarah yang mmangsa korban para perwira tinggi Angkatan Darat. Dalam kondisi yang carut marut itu, Soekarno masih mengedepankan prinsip NASAKOM: Nasinalis-Agama-Komunis atau NASASOS: Nasionalis-Agama-Sosialisme untuk pembangunan Indonesia.
“ Revolusi kita akan segera dikembalikan kerelnya ynag kiri. Usaha-usaha belakangan ini hendak membelokkan revolusi kita ke kanan pasti akan gagal.” Ulang Soekarno bahwa ia masih membutuhlan sosialisme.
“ Aku pemimpin besarmu, ikutilah semua petunjuk-petunjukku. Mari berjalan terus melanjutkan revolusi diatas jalan yang aku tunjuk,” lanjutnya.
Arogansi, atau kepanikan, Soekrno semakin terlihat jelas. Ia tak segan-segan mendamprat siapa saja yang dianggap menentang dirinya, kontra-revolusi. “ jangan coba-coba mendorong saya! Saya bukan pemimpin yang dapat didorong. Saya tahu apa yang harus saya lakukan!” teriak Soekarno.
Disisi lain, Mayor Jenderal Soeharto, sepeninggal para perwira tertinggi Angkatan Darat melesat menjadi yang terdepan sebagai orang pertama yang mengambil kendali atas kekisruhan yang terjadi pasca Gerakan 30 September, selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Pada 14 oktober 1965, Mayor Jenderal Soeharto dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dan segera membekukan kegiatan PKI dan ormas-ormasnya karena Soekarno menolak untuk bertindak tegas terhadap PKI. Reputasi Soeharto melesat naik ketika ia berhasil mengantongi Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).
Supersemar menjadi surat pemungkasan riwayat Soekarno sebagai Presiden Soekarno. Di saat yang sama, karena tuntutan keras dari kaum mahasiswa dan golongan Islam, Soekarno terpaksa menggulirkan Tiga Tuntutan Rakyat (TRITURA), yang meliputi: (1) Bubarkan PKI; (2) Bersihkan kabinet dari semua unsur komunis; serta (3) Turunkan harga barang sehari-hari. Pada 12 Maret 1966, dikeluarkanlah Keputusan Presiden No 1/3/1966 tentang pembubaran PKI diseluruh daerah RI. Keputusan ditandatangani oleh Soeharto atas nama Presiden RI Soekarno.
Namun kali ini Soeharto lebih leluasa dalam mengatur jalnnya pemerintahan. Inilah yang menjadi saat-saat terakhir Soekarno. Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) ke-IV yang diselenggarakan pada 20 juni hingga 5 juli 1966 memantapkan keruntuhan orde lama di bawah Soekarno.
Pidato pertanggung jawaban Soekarno pada 10 Januari 1967, Nawaksara, ditolak MPRS dan DPR Gotong Royong menyimpulkan ada petunjuk Soekarno terlibat dalam peristiwa 30 September 1965. Akhir riwayat, 22 februari 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatan Presiden dan digantikan Jenderal Soeharto, pada 11 Maret 1967, jenderal Soeharto akhirnya diputuskan akan diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia sampai terbentuknya MPR hasil Pemilihan Umum yang akan diadakan pada 5 juli 1971. MPR akan bersidang pada Maret 1973 untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden. Inilah akhir pergerakan Soekarno, sang Bapak Marhaen Indonesia sudah habis.
Tanggal 16 Juni 1970, ruangan intensive care Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta dipenuhi tentara sejak pagi. Didalam ruang perawatan yang sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah dipembaringan, sudah beberapa hari kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.
Minggu pagi, 21 Juni 1970.Dokter Mardjono salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Mardjono tahu waktunya tidak akan habis lagi.
Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia mameriksa denyut nadi Bung Karno. Dengan Sisa kekuatan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang lemas itu terkulai. Detik itu juga Bung Karno menghembuskan nafas terakhirnya. Bung Karno telah wafat.
Pertualangan Don Juan Indonesia
“ Tuhan menciptakan wanita penuh dengan keindahan. Saya kira setiap laki-laki normal senang melihat keindahan yang ada pada diri wanita.” Soekarno
Inilah nama-nama dari istri resmi Soekarno. Dari Oetari Tjokroaminoto, Inggit Ganarsih, Fatmawati, Hartini, Yurike Sanger, Haryati, Kartini, Manoppo, Ratna Sari Dewi, hingga Heldy Djafar.
Beberapa perkawinan Bung Karno memang berakhir dengan perceraian. Tapi ada pula istri yang tetap mempertahankan perkawinan mereka hingga hari meninggalnya Bung Karno, antara lain Hartini dan Ratna Sari Dewi serta Yurike. Dari sembilan iatri Soekarno adalah Fatmawati yang memberi Bung Karno lima anak yang mendampingi Bung Karno sebagai Ibu negara, first lady  Indonesia yang pertama.
Bung Karno dalam Seni dan Sastra
“ Bangsa-bangsa yang besar, bangsa-bangsa yang tahan menjadi besar, adalah bangsa-bangsa yang sederhana didalam jiwanya, yang sederhana didalam cara hidupnya sehari-hari”. Soekarno
Kecintaan Bung Karno pada Seni dibuktikan antara lain oleh koleksi karya seni rupanya yang begitu banyak, sekitar 3000, dan perhatiannya kepada beberapa penari wayang orang Sriwedari, Solo. Konon, Bung Karno memberikan susidi khusus kapada para penari utama wayang orang. Pelukis Basuki Abdullah adalah favorit presiden.
Tampaknya, Bung Karno melihat bhawa dalam karya seni yang paling tinggi adalah kemerdekaan. Karya seni mencerminkan adanya kebebasan berekspresi. Karya seni rupa yang dikoleksi di Istana yang disusun oleh Dullah dan lee Man-Fong tampaknya Bung Karno bisa menerima lukisanklasik Bali sampai karya pemandagan Impressionis Antonio Blanco, karya pemandangan alam Basuki Abdullah yang molek sampai lukisan Affandi yang coret-moret ekspresif.
Selain itu karya seni yang berbau “nasionalisme” termasuk menjadi pilihan Soekarno. Bung Karno dengan nyata menghargai kesenian, seperti pengaruh Presiden pada Patung Monumen di jakarta. Hampir semua ide monumen besar di Jakarta berasal dari Bung Karno: Monumen Nasional, Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Patung Dirgantara di persimpangan Pancoran Jakarta Selatan, dan Tugu Tani dipersimpangan Menteng Jakarta Pusat. Satu ciri menonjol pada patung-patung monumen itu adalah kesan pemberontakan dan optimismenya yang sedikit banyak mengingatkan pada gagasan Realisme-Sosialis.
Soekarno juga penulis naskah drama dan sutradara ulung. Kemampuan itu diperoleh di masa pengasingannya di Ende, Flores(1934-1938) dan Bengkulu ( 1938-1942) saat bergabung dengan kelompok kesenian dan sandiwara: di Ende bernama Kalimutu dan yang di Bengkulu bernama Monte Carlo. Jumlah naskah yang pernah ditulis Soekarno di Ende 12 judul,yang dapat dilacak hanya 8 judul diantaranya Dr Sjaitan, Ero Dinamik, Rahasia Kalimoetoe, Tahoen 1945, Don Louis Parera, Koetkoetbi, Teberro, dan Kummi Torro. Sedangkan di Bengkulu, naskah yang ditulisnya adalah Rainbow (Poetri Kencana Boelan), Hantoe Goenoeng Boengkoek, Si Ketjil (Klein Duimpje), dan Chungking Djakarta.

BANGSA
Bangsa Bangkit
Tiap-tiap makhluk, tiap-tiap umat, tiap-tiap bangsa tidak boleh tidak pasti akhirnya bangkit, pasti akhirnya bangun, jika ia sudah terlalu-lalu sekali merasakan celakanya diri yang teraniaya oleh daya angkara murka. Jangan lagi manusia, jangan lagi bangsa, walaupun cacingpun bergerak berkeluget-keluget kalau merasakan sakit. (Mencapai Indonesia Merdeka, 1933)
Persatuan Bangsa
Dengan pengertian yang sedalam-dalamnya serta keyakinan yang sekuat-kuatnya akan arti persatuan bangsa, maka pemerintah selalu menghindarkan perselisihan, selalu menunjuk kepada ajaran sejarah: Bersatu kita teguh, bercerai kita jatuh. (Presiden Soekarno 17 Agustus 1946, Yogyakarta)
Modal Bagi Bangsa
Konretisasi cita-cita kebangsaan itu menjadi modal bagi seluruh bangsa indonesia untuk meneruskan perjuangannya. Republik adalah ibarat pemegang amanat atas modal tersebut, tetapi kewajiban memeliharanya sebagai modal pejuangan, terletaklah diatas pundak rakyat Jawa, Sumatera dan Madura, tapi juga terletak diatas pundakmu, hai saudara-saudara di Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Sunda Kecil, Maluku dan Irian. (Pidato, 17 Agustus 1948 di Yogyakarta)
Pemuda-Pemudi Bangsa
Saudara-saudara mengetahui bahwa bukan kita saja membangun, banyak bangsa-bangsa lain didunia ini membangun dan kita pun sudah mengadakan survey diluar negeri, untuk bukan saja belajar tetapi untuk juga memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di kolong langit, dikalanagn manusia dipermukaan bumi ini. Maka ternyatalah, bahwa bangsa yang mengikut sertakan pemuda dan pemudinya, paling sedikit mempersiapkan pemuda-pemudinya didalam usaha pembangunan itu, bahwa bangsa-bangsa yang demikian itulah paling berhasil dilapangan ini. (Pidato 14 Agustus 1961 pada Pelantikan Majelis Pimpinan Nasional Pramuka, Istana Merdeka, Jakarta)
RAKYAT
Harapan Rakyat
Tidak cukup kita membanggakan tuah dimasa yang lalu; tidak cukup kita menyebut-nyebut jasa dalam fase penggempuran koloniaslisme dan pemerintahan asing. Masyarakat tidak diam, masyarakat itu senantiasa berubah, dan karena itu, masayarakat itu menghendakilah jasa-jasa baru.
Membanggakan jasa yang dulu dengan tidak menginsyafi tuntutan masa yang datang, adalah permulaan menjadi beku. Jasa yang lalu memang berubah; dan memang ia dihormati menurut jasanya.
Tetapi rakyat menharap dan menghendaki dari semua pemimpin-pemimpinnya, dari semua pujangga-pujangga, dari semua pemuda-pemudinya dan semua alat-alat serta pemangku-pemangku negaranya perbuatan-perbuatan baru, yang dapat merubah kesukaran hidup yang penuh dengan kesejahteraan.
Jangan kira kita semua sudah cukup berjasa dengan turunnya si tiga warna. Selama masih ada tatap tangis di gubug-gubug belumlah pekerjaan kita selesai. ( Pidato, 17 agustus 1950, Jakarta)
Keinginan Rakyat Dan Susunan Pemerintahan
Negara kita didasarkan atas faham demokrasi. Keinginan rakyat menentukan susunan pemerintah dan kebijaksanaan pemerintah. Hal ini didasarkan atas kepercayaan dan pengaharapan, bahwa dengan jalan begaini negara kita akan memperoleh pemerintah yang sebaik-baiknya. Partai-partai politik, lebih tegas; pemimpin-pemimpin partai politik, mempunyai tanggung jawab untuk membuktikan, bahwa kepercayaan dan pengharapan ini adalah benar.
Rakyat Gotong-Royong
Kelemahan jiwa kita ialah bahwa kita kurang percaya pada diri sendiri sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang percaya mempercayai satu sama lain padahal kita ini pada asalnya rakyat gotong royong, kurang jiwa gigih melainkan terlalu lekas mau enak dan cari gampangnya saja. (Pidato, 17 Agustus 1957, Jakarta)


Pikiran Rakyat
Rakyat Indonesia harus bersatu pikiran mengenai revolusinya sendiri, karena hanya jika ada persatuan dalam pikiran, rakyat indonesia dapat bersatu dalam kemauan dan dalam tindakan. (Pidato, 17 Agustus 1960, Jakarta)
PERSATUAN
Keutuhan Persatuan
Segenap jiwa ragaku berseru kepada bangsa Indonesia: Terlepas dari ideologi apapun, jagalah persatuan! Jagalah keutuhan, bukan hanya karena aku ini presiden yang berdiri diatas semua partai dan semua golongan, maka aku berseru demikian.
Aku menyerukan persatuan dan keutuhan, oleh karena aku seorang patriot, oleh karena aku pecinta kemerdekaan nasional, oleh karena kau pecinta rakyat jelata yang juga mengigngini persatuan, oleh karena aku sedikit banyak ikut-ikut berjuang berpuluh tahun dan oleh karena aku sedikit banyak ikut-ikut pula berkorban untuk mempersatukan bangsa indonesia dan untuk mencapaikan kemerdekaan bangsa indonesia.
Jiwa Persatuan
Dalam pidatoku: Harapan dan Kenyataan. Kuserukan: Kembali kepada jiwa Proklamasi. Kembali kepada intisarinya yang sejati, yaitu pertama jiwa merdeka nasional. Kedua jiwa ikhlas. Ketiga jiwa persatuan. Keempat jiwa pembangunan.( Pidato, 17 Agustus 1965, Jakarta)
Paltform Persatuan
Alhamdulillah, platform untuk mempersatukan segenap tenaga nasional sekarang sudah ada. Program Kabinet, yang sudah diterima oleh seluruh partai. Gunakanlah platform politik ini sebagai tempat berpijak bagi kita semua untuk memutar roda pembangunan segiat-giatnya.
Jangan program kabinet itu sekedar dokumen-dokumen saja. Jangan ia naskah mati! Sebab, program yang manapun progresifnya, bagaimanapun kebenaran teoritisnya, akan menjadi bangkai naskah, jika tidak sertai keberanian bertindak dalam melaksanakannya. (Pidato. 17 Agustus. Jakarta)
Godam Persatuan
Kita ini sekarang sedang dikepung! Tetapi padamu, kepada segenap bangsa Indonesia keserukan, agar mengasah dan terus mengasah keris cinta-tanah-airmu mempertajam dan terus mempertajam rencong kewaspadaanmu, menempa dan terus menempa godam persatuanmu. (Pidato, 17 Agustus 1964, Jakarta)

KESIMPULAN:
Soekarno (lahir di Blitar pada 6 juni 1901-meninggal pada tanggal 21 juni 1970).Ada beberapa hal yang menarik dalam biografi Soekarno dimana semasa mudanya ia sangat menggemari tokoh pewayangan Bima yang mempengaruhi sikap dan cara hidupnya dimana tokoh tersebut melambangkan Kebenaran dan Keadilan. Disamping itu dia memiliki pendidikan baik formal maupun nonformal yang tinggi dan dibimbing oleh tokoh-tokoh yang berbeda aliran sehingga turut mempengaruhi cara berfikir dan bersikap salam setiap usahanya berjuang untuk indonesia.
Walaupun diakhir-akhir masa kepemimpinannya dia telah mampu berjuang memerangi kolonialisme dan imperialisme dari belenggu elitisme yang juga menjadi sikap perjuangannya yang anti elitisme dimana sikap ini hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, yang pada buktinya Soekarno sendiri yang dengan istilah politiknya: Kaum Marhaen atau kaum rakyat jelata maupun para petani, Sekarno sangat berbaik hati pada kaum tersebut, dapat dilihat bahwa Soekarno itu anti elitisme.
Serta sikapnya yang konsisten dan nonkooperatif membuatnya rela dibuang dan ditangkap oleh pemerintah kolonial merupakan idealisme yang jarang ditemui saat ini. Kemauan belajar dan menerima bimbingan dari semua pihak juga patut diteladani karena melatih kita untuk berfikir objektif.
SARAN
Soekarno lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, tapi mempunyai jiwa nasionalisme yang kuat. Beliau tidak pernah berhenti belajar dan berusaha sehingga dia bisa mendapatkan kedudukan sebagai Presidan Pertama Republik Indonesia yang dihormati oleh rakyat nya dan mata dunia internasional. Kita sebagai generasi muda bangsa Indonesia hendaknya mencontoh beliau, dan berusaha yang terbaik untuk kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Generasi muda jangan pernah melupakan jasa dan pengorbanan Bung Karno, karena negara ini dibangun dan dilandasi oleh ide-ide dan gagasan beliau. Kita juga sebaiknya jangan mensia-siakan waktu masa muda ini, dan terus belajar demi kebaikan diri sendiri dan orang-orang di sekeliling kita, bangsa dan negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar