PROLOG
Soekarno
Bapak Bangsa dan Revolusi Indonesia
“Aku
Pemimpin Besarmu, ikutilah semua petunjuk-petunjukku. Mari berjalan terus
melanjutkan Revolusi di atas jalan yang aku tunjuk” Soekarno
Soekarno
tidak dimakamkan “diantara bukit yang berombak, dibawah pohon rindang,
disamping sebuah sungai dengan udara segar.” Tak seperti yang diinginkannya
yang permintaan terakhirya untuk dikuburkan di rumahnya di Batutulis, Bogor
tapi ditolak. Soekarno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur, disamping makam
ibunya.
Aktivisme
politik Soekarno diilhami dari sumber-sumber yang bermacam ragam, dari buku
yang dibaca dan dari tokoh senior yang ditemuinya. Dia menyeruput semuanya,
lalu mengumpulkandalam dirinya, hampir semuanya eklektis dan sinkretis
kemampuan khas jawa.
Bagi
Soekarno, sejarah tak meilihnya secara kebetulan. Mengenang ke belakang, ia
bercerita bilamana ibunya memangku bayi Karno yang berumur 2 tahun, menghadap
Timur dan ketika fajar merekah meramalkannya kelak menjadi pemimpin besar :
Soekarno, Putra Sang Fajar.
Bung
Karno memang merasa terlahir sebagai pemimpin dan bertindak secara sadar untuk
meraih takdirnya. Menjadi bapak Revolusi Indonesia, yang memberikan semangat
kepada rakyat indonesia untuk melawan penjajah dan mendapat kemerdekaan.
Watak
pemerintahan soekarno yang monopilitik menjatuhnya kedalam simbol Feodalisme
Jawa yang dulu ia kecam. Seperti raja-raja jawa dimasa silam dan Soeharto yang
menggantikannya kelak . Soekarno memanipulasi simbol-simbol tradisi,
memcitrakan diri memiliki kekuasaan supranatural, menikmati diri dikelilingi
adipati yang terlibat intrik politik istana, serta memanfaatkan konflik itu
untuk menunjukkan diri sebagai kekuatan yang tak terhindarkan satu-satunya dan
selama-lamanya.
Pasca
partai-partai Islam praktis tersingkir, Bung Karno mencoba berdiri ditengah
menjadi keseimbangan yang rawan antara tentara ( sejak 1950 menjadi haus
politik) disatu sisi dan partai Komunis Indonesia disisi yang lain. Dibawah
bayang-bayang ketegangan Perang Dingin global dan tekanan krisis ekonomi
domestik, Bung Karno terbakar ditengah-tengah-tengah persaingan dua kubu, dalam
sebuah drama paling berdarah tahun 1965.
Masa
Kecil Putra Sang Fajar
“
Sebagai Aria Bima, putera yang lahirnya dalam zaman perjuangan, maka Indonesia
Muda inilah melihat cahaya hari pertama-tama dalam zaman yang rakyat-rakyat
Asia lagi berada dalam perasaan taak senang dengan nasibnya.”
Soekarno
Lahir
pada 6 Juni 1901 di Surabaya, justru Tulungagung yang menyisakan sepenggal
kenangan masa kanak-kanak kehidupan soekarno. Ketika ia masih bertelanjang kaki
berlari-lari dengan kawan-kawannya di Desa Bago, memburu belalalng, menangkap
capung, mandi di sungai, menunggang kerbau, dan memanjat pohon.masa itu
soekarno pernah dikenal sebagai pemanjat jempolan. Berani memanjat pohon yang
tinggi, sedang kawan-kawanny hanya memandang ketakutan. Tak ada yang berani
seperti dia.
“Matamu serupa matanya kucing chandramawa”
kata eyangnya (Raden Hardjodikromo) . “Tidak, saya Bima” jawab Karno yang lantas
mengengkat dada dengan wajah yang serius, membuat sang kakek tertawa
terpingkal-pingkal. Tak usah heran kalau Karno menjadi begitu bengal, karena ia
sangat dimanjakan kakeknya. Kenapa Soekarno di kirim ke Tulungagung? Terus
terang, penghidupan ayahnya, Raden Soekeni Sostrodihardjo, yang ketika itu
pindah menjadi guru di Surabaya, berada jauh dari kecukupan. Biaya hidup di
kota besar cukup tinggi, sedangkan sang ibu Ida Ayu Rai Srimben (asal Singaraja,
Bali), tidak bekerja.
Rupanya
soekarno kecil suka dengan pewayangan, paling mengagumi perwatakan Bima dan
Wekudhara, yang dilukiskan sebagai tonggaknya keadilan dan kebenaran. Penokohan
terhadap sang Bima mempengaruhi wataknya hinggaberanjak dewasa. Nampak jelas
pada kemudian hari, apabila soekarno berpidato dihadapan massa, sering ia
mencuplik contoh –contoh dari lelakon wayang purwa.
Ketika
usianya enam tahun,sang kakek Hardjodikromo memasukannya ke sekolah desa di Tulungagung.
Inilah sekolah pertama yang memberi pelajaran baca tulis kepada Karno. Soekarno
tidak lama sekolah di Tulungagung.
Ayahnya yang sesudah dipindahkan ke Ploso, kini dipindahkan lagi di
Sidoardjo dan memperoleh kebaikan pangkat sebagai Mantr Guru, memintanya
dipindahkan sekolahnya di Sidoardjo juga. Disini ia meneruskan pelajarannya di
Rumah Perguruan Angka Dua dibawah pendidikan ayahnya sendiri.
Pamor
ayahnya, Raden Soekeni, meroket. Pangkatnya dinaikkan lagi. Ia ditahbiskan
menjadi maanri guru kelas satu, dan dipindahkan ke Mojokerto. Kehidupan mereka
yang dulu berkekurangan kini mulai membaik. Soekarno pun pidah dan disekolahkan
ke sekolh yng dipimpin ayahnya. Di bawah bimbingan ibunya dan dalam pengawasan
ketat ayahnya, pelajaaran soekarno mulai maju. Dari murid yang terbelakang
di Tulungagung menjadi murid terkemuka
di Mojokerto. Bukan saja dalam pelajaran sekolah, tetapi dia selalu tampil
sebagai pemimpin di antara teman-temannya.
Ketika
usainya 12 tahun dan duduk di kelas enam serta keinginannya sendiri untuk maju,
Soekarno dipindahakan ke Europesche Leger
School (ELS). Di sekolah khusus bagi anak-anak Eropa ini Soekarno di terima
di kelas V. Ternyata otaknya memang betul-betul encer. Ia bisa mengikuti semua
pelajaran dengan mudah.Selain gemar menggambar, ia juga suka berhitung dan ilmu
bahasa, ia mengambil les bahasa perancis.
Patah
Hati, Soekarno Menemukan Tuhan
“
Hanya kebahagiaanku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Airku.
Kepada Bangsa. Itulah dedikasi of Life-ku. “ Soekarno
Pada
usia 14 tahun, soekarno menamatkan pendidikannya di ELS. Dari situ ia
melanjutkan pelajarannya ke HBS (Hogere
Burger School) di Surabaya dimana ia menetap di rumah Hadji Oemar Said
Tjokroaminoto., pemimpin besar Sarekat Islam (SI). Di sini karno mulai meminati
buku-buku politik, dan terutama bergaul Agus Salim, Alimin, Darsono,
Soerjopranoto, dan lain-lain lagi, termasuk Moeso dan Maridjan Kartosoewirjo
yang menjdi teman kost Soekarno di rumah Tjokroaminoto. Soekarno mulai
menceburkan diri ke dalam organisasi, bermula dalam perhimpunan Trikoro Darmo
yang kemudian berubah nama menjadi Jong Java.
Di
sisi lain soekarno muda mulai mendapat perhatian dari Tjikroaminoto, terutama
ketika ia mulai naik ke mimbar..“ Aku menjadi buntut dari Tjokroaminoto .
Kemana ia pergi, aku turut. Soekarno yang menemaninya ke pertemuan-pertemun
untuk berpidato. Aku hanya duduk dan memperhatikannya. Ia mempunyai pengaruh
yang besar terhadap rakyat.”
Perhatian
Tjokro semakin besar. Suatu hari Soekarno ditanya apakah ia mau disandingkan
dengan putrinya Siti Oetari. Soekarno meminta waktu untuk bertanya pada
orangtuanya di Mojokerto. “Terserah padamu” jawab ayah-ibunya. Demikianlah maka
ia lalu betunangan. Namun karena Oetari masih terlalu muda, pernikahan itu jadi
digantung, artinya suami istri tidak tidur bersama.
Pasca
lulus dari HBS, pada 1920, Soekarno melanjutkan sekolahnya di THS (Technichsce Hoge School), sekolah tinggi
teknik yang baru dibuka di Bandung.
Sikap
Soekarno yang ternyata berbeda pendirian Tjokro, membuat buntut dari sikap ini
berakhir dengan tragis bagi bahtera rumah tangga Soekarno dan istrinya yang
anak kesayangan Tjokroaminoto itu.
Ketika
Hadji Agus Salim ke Bandung, Karno mengunjungi sang begawan pergerakan itu.
Tujuannya adalah mengasa pikiran dalam politik dan pergerakan nasional. Tetapi
kemudian pembicaraan menjurus pada soal agama dan Allah, sebagaimana kebiasaan
jempolan tua bagi pergerakan Islam ini suka mensawalakannya. Bagi Soekarno, ini
adalah suatu kebetulan, karena jiwanya sedang haaus akan siraman rohani.
“saya
belum tahu betul ihwal Allah, tapi saya meraa pasti bahwa Allah yang tuan
gambarkan itu tidak cocok dengan pendapat saya,” kata Karno mengakhiri
perdebatan mereka sambil berpamitan pulang. Hadji Salim hanya tersenyum dan
geleng-geleng kepada sendirian seraya berkata:” Ah, anak muda kepala batu, tapi
saya doakan mudah-mudahan Allah SWT akan menerangi pikiranmu.”
Anggapan
Soekarno: katanya Tuhan itu kebesarannya tidak terbatas tapi mengapa oleh Van
lith dibataskan kepada apa yang baik saja, sedang yang buruk bukan dari Tuhan
datangnya? Ini tidaklah patut. Dengan mendongkol, tapi tetap atas dasar
kecintaannya, sang pastur pun berkata, “ Kau ini orang durhaka, berani
menjelekkan Tuhan.” Soekarno menjawab
enteng, “ Tuhan akan mengampuni saya.”
Belakangan
Karno sering mengunjungi kampung-kampung nun jauh dari kota. Mencari apa dia ke
sana? Apakah ia akan mencari Tuhan yang dilukiskan sastrawan masyhur Rusia Leo
Tolstoy, bahwa Tuhan berada di tempat-tempat yang penuh debu? Tapi di sana pun
Soekarno tidak menemukan Tuhan.Yang dicari Soekarno tidak ketemu. Ia tidk ingat
tamsil Goethe,” siapa yang masih berdaya tandanya dia masih tersesat”. Toh
akhirnya datang juga. Siapa? Dia. Dia telah datang sendiri, ya. Dia telah
datang, ketika Soekarno berpikir: siapakah yang mengatur itu perjodohan antara
ayahnya dari Jawa dan ibunya dari Bali? Kalau ayahnya tidak dikirim sebagai guru
ke Bali, niscaya tidak terjadi perjodohan tersebut. Siapa yang mengirim ayahnya
kesana? Pemerintah? Benar. Tapi apakah pemerintah mempunyai maksus supaya
ayahnya bertemu dengan sanga ibu? Samasekali tidak! Nah, di sini lantas ketemu,
bahwa adalah Dia yang mengaturnya.
Bersamaan
dengan diketemukannya Dia, kedukaan Soekarno pun mulai pupus, sebab Karno
sekarang berpendapat, dulu yang mempersatukan dirinya dengan Oetari itu adalah
Dia, kemudian yang menceraikan pula adalah Dia, maka Dia pula yang akan mengatur
dan menjadikan apa yang akan datang, senang atau susah. Bukan Karno yang
menentukan tetapi hanya Dia yang berkuasa untuk menentukan.
Kini,
karena Dia juga dia mempunyai pikiran untuk tidak berhenti brjuang dalam
pergerakan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, Karno telah mendapatkan
Tuhannya, bukan berhala, bukan batu dan bukan kayu, tapi tidak berwujud sebagai
juga Tuhannya semua agama, sama sucinya dan sama besarnya, tapi tak terbatas,
ada di mana-mana.
Bergerak, Tangkap, Menggugat,
Penjara, Buang!
“Entah bagaimana tercapainya persatuan itu, entah pula
bagaimana rupanya persatuan itu, akan tetapi tetaplah, bahwa kapal yang membawa
kita ke Indonesia Merdeka itu ialah Kapal Persatuan adanya!” . Soekarno
Bintang
Soekarno kian berpijar di pucuk-pucuk pergerakan nasional. Sepakterjangnya
semakin menggila. Selain terus aktif membangunkan daya kritis dan
intelektualitas di kalangan pemuda Indonesia dengan membentuk Algemeene Studieclub di Bandung pada
1925, Soekarno juga sempat terlibat dalam beberapa usaha mencerdaskan bangsa.
Dua tahun kemudian, sebelum mendirikan PNI, Soekarno bersama beberapa tokoh
termasuk Samsi, Soenario, Soewandi, Oesman Sastoamidjojo, dan Iskandar
Kartomenggolo, mendirikan Nasionale Middlebare
School (Sekolah Menengah Nasional)
Taman siswa di Bandung.
Puncak
dari jejak langkah pergerakan Nasional adalah pada 4 Juli 1927,tanggal di mana
Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) resmi berdiri. Bersama Soekarno, di
barisan penegak awal paartai politik yang bertujuan Indonesia Merdeka itu ada
nam-nama seperti Soekarno, Soenario, Budiarto, Anwari, Samsi, dan Sartono. Pada
27-30 Mei 1928, dalam kongres pertamanya di Surabaya, Perserikatan Nasioanl
Indonesia kian menegaskan perjuangan politiknya dengan mengubah nama menjadi
Partai Nasional Indonesia (PNI). Pemimpin sekaligus sebagai otorator dan
agitatornya tidak lain adalah Soekarno yang membuat pengaruh PNI semakin luas
sampai ke seluruh tanah air.
Dalam
kongres itu, Soekarno menyatakan bahwa Indonesia adalah bagian dari bangsa Asia
yang sebagian penduduknya sedang berusaha mengejar kemerdekaan. PNI membangun
azas: nasionalisme-radikal, self help (mandiri).
PNI adalah partai yang memilih menggunakan cara non-kooperasi dan
pengorganisasian massa. Di bawah Soekarno, PNI semakin pesat kemajuannya.
Perjuangannya membela kaum Marhaen- sebutan Soekarno untuk rakyat kecil yang
tertindas membuat PNI mendapat tempat di hati rakyat. Soekarno senantiasa
membangkitkan jiwa dan semangat heroisme atriotisme di kalangan rakyat.
Pada
akhir 1927, Soekarno meluaskan
pengaruhnya ditanah pergerakn nasional.
PNI mengajukan usul untuk membentuk suatu badan gabungan di antara
partai-partai politik di Indonesia. Maka pada 17 Desember 1927 terbentukalah
Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Soekarno dari PNI dan Soekiman dari CSI (Central Sarekat Islam) merumuskan
aturan sementara PPPKI.
Anggota
PPPKI adalah PNI (diwakili oleh Soekarno dan Iskaq Tjokroadisoerjo), Algemeene
Studieclub ( Sartono, Boediarto, dan Samsi), CSI ( Soekiman dan Sjahboedin
Latif), Boedi Oetomo ( Koesoemo Oetojo dan Soetopo Wonobojo), Pasoendan (Oto
Subrata, Bakri Soerjaatmadja, Sentjaja), Sarikat Sumatra (Parada Harahap dan
Dahlan Abdoellah), Kaoem Betawi (Hoesni Thamrin), Indonesische Studieclub
(Soedjono, Gondokusumo, dan Soenjoto). Belakangan masuk pula ke dalam PPPKI
adalah Sarekat Madoera, Tirtajasa (Organisasi kecil dari Banten), dan
Perserikatan Celebes.
Tujuan
PPPKI adalah menyamakan arah aksi kebangsaan, memperkuatnya dengan memperbaiki
organisasi dengan bekerja bersama-sama antara anggota-anggotanya, dan
menghindarkan perselisihan sesama anggotanya yang hanya akan melemahkan aksi
kebangsaan saja.
Sementara
itu, sepakterjang PNI bertambah pesat kemajuannya, bahkan dalam perkembangannya
jumlah anggota PNI pernah menembus angka 13 juta orang. Melesatnya pergerakan
PNI dan kian beraninya Soekarno menimbulkan kekhawatiran yang luarbiasa dari
pemerintah kolonial. Sejak itu, pemerintah mengawasi Soekarno dan PNI dengan
ketat. Petaka mulai mengintai Soekarno
dan kawan-kawan seperjuangnnya pada akhir 1929. Bermula dari
keberangkatan Soekarno ke Surakarta pada 26 Desember 1929 untuk menghadiri
Kongres PPPKI dan sekaligis memberikan propaganda PNI. Soekarno si dampingi
Inggit Garnasih (istri Soekarno, dinikahi pada 1923), Maskoen Soemadiredja
(Sekretaris PNI Cabang Bandung), Gatot Mangkoepradja (Sekretaris II PNI pusat),
Soeprajadinata (Anggota PNI Cabang Bandung), dan Mang Ojib (Sopir Kepercayaan
Soekarno).
Dari
Surakarta usai Kongres mereka menuju Jogjakarta dan bermalam di Jalan Tugu
Kidul. Hingga terjadilah hari naas itu. Tanggal 29 Desember 1929, aparat
pemerintah kolonial Hindia Belanda serempak beraksi. Di Jogjakrta,Soekarno,
Gatot, Maskoen, serta Soepriadinata ditangkap ketika msih terlelap tidur. Dihari yang sama, penggerebekan juga
dilakukan di kota-kota lainnya.
Setelah
di tahan di penjara Banceuy, Soekarno dan kawan-kawan baru mulai diadili oleh
pengadilan negeri Bandung pada 18
agustus 1930 hingga 29 September 1930. Dalam persidangan ini Soekarno, Gatot,
Maskoen dan Soeprijadinata, di bela oleh tiga orang pengacara yaitu Sartono,
Soejoedi, serta Sastromoeljono. Tuduhan yang didakwakan pada mereka adalah
“ikut serta dalam perkumpulan yang bertujuan menjalankan kejahatan” dan “
menganjurkan atau menghasut mengacaukan ketertiban umum, dan menggulingkan atau menyerng pemerintah di Negeri Belanda
atau di Hindia Belanda”.
Akhirnya
pada 22 Desember 1930 pengadilan memutuskan Soekarno di hukum 4 tahun penjara, sedangkan
yang lain juga kena hukuman meski serupa masa penjaranya lebih pendek dari yang
dikenakan kepada Soekarno selaku ketua PNI. Gatot selama 2 tahun, Maskoen
selama 1 tahun 8 bulan dan Soeprijadinata selama 1 tahun 3 bulan . Dalam bulan
Februari 1931 itu pula , Soekarno dan kawan-kawan dipindahkan dari rumah
tahanan Banceuy ke rumah penjara Sukamiskin, 15 kilometer dari kota Bandung.
Ternyata
tiada berapa lama sesudah itu turun grasi dari Negeri Belanda yang mengurasi
hukuman Karno dari 4 tahun menjadi 2 tahun.
Demikianlah
sesudah mengalami penderitaan hukuman di ruang penjara yang pengap, oleh
pertolongan Tuhan Yang Maha Esa masa hukuman itu telah dijalani Soekarno, dan
pada 31 Desember 1931 tepat jam 6 pagi, manakala mendung berat menutupi
Bandung, Soekarno dibebaskan. Namun yang ironis, beberapa bulan sebelumnya,
tepatnya 27 April 1931, PNI justru membubarkan diri, terutama dengan turunnya
vonis dari pengadilan negeri Bandung yang diperkuat oleh Raad Van Justitie yang
melarang pergerakan partai Soekarno itu.
Pasca
bubar, PNI pecah jadi dua : Partai Indonesia (Partindo) dan Pendidikn Nasional
Indonesia (PNI Baru). Pada 12 Juli 1931 Partindo, dipimpin oleh Sartono, telah
mengadakan rapat umum yang pertama di Jakarta, yang dihaadiri sekitar seribu
orang. Sedangkan PNI Baru dimotori oleh
Soetan Sjahrir, dan kelak juga Mohammad Hatta.
Soekarno
sendiri kemudian memilih Partindo sebagai kendaraan politiknya. Ia bergabung ke
partai itu pada tanggal 28 Juli 1932, dan pada 1 Agustus 1932 Soekarno
menyiarkan “ Makloemat dari Boeng Karno Boeat Marhaen Indonesia” yang
menyatakan dirinya masuk Partindo. Melalui Partindo Soekarno juga memimpin
penertiban majalah Fikiran Ra’jat.
Sepakterjang
Soekarno lewat Partindo juga diamati dengan seksama oleh aparat kolonial. Pemerintah
mulai mempersempit ruang gerak Partindo dan PNI Baru sejak 1 agustus 1932. Di
hari yang sama, atas permintaan kepolisian Bandung, Soekarno ditangkap oleh
polisi kolonial ketika meninggalkan
kediaman Hoesni Thamrin di Batavia. Penangkapan ini atas permintaan
kepolisian Bandung. Tanggal 2 agustus 1933, majalah polisi memindahkan Soekarno
dari penjara Batavia ke penjara Sukamiskin. Ia dijebloskan lagi ke bui yang
sama selama 4 bulan. Pada 21 November 1933 Soekarno keluar dari Partindo.
Saking takutnya akan pengaruh Soekarno bilamana kelak ia bebas, akhirnya
melalui keputusan pemerintah kolonial, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores.
Pada
14 Februari 1938, datanglah surat keputusan pemerintah kolonial yang
menyebutkan bahwa Soekarno akan dipindahkan ke Bengkulu. Soekarno dan rombongan
berangkat dari Ende ke Bengkulu pada 30 April 1938. Di tanah pembuangan yang
baru ini Soekarno mencatatkan diri resmi bergabung dengan Perserikatan
Muhammadiyah di sana, bahkan dipercaya sebagai ketua bagian pengajaran. Di
Bengkulu ini pula Soekarno jatuh cinta lagi keoada seorang gadis belia puteri
tokoh Muhammadiyah, ialah Fatmawati.
Merdeka, Pemuncak Revolusi
Indonesia
“ Di dalam Indonesia Merdeka itulah
kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita
memerdekakan hati bangsa kita!” Soekarno
Kedatangan
Jepang membuat hidup Soekarno berubah. Sebenarnya, ketika sudah mengetahui tanda-tanda tentara Jepang akan mendarat,
pemerintah Hindia Belanda bermaksud memindahkan Soekarno ke Australia. Namun
Jepang keburu datang. Akhirnya, Soekarno diambil alih oleh tentara Jepang dan
di bawa kembali ke Jawa, ke Jakarta, pada 9 Juli 1942. Berakhirlah masa
pemerintahan kolonial Hindia Belanda di Indonesia dan digantikan era pendudukan
tentara Jepang.
Dengan
“Saudara Tua”, Soekarno lebih lunak. Ia bersedia bekerjasama dengan Jepang.
Namun bukan lantas Soekarno mengkhianati bangsa dan tanah airnya. Gerak politik
kooperatif dengan Jepang itu semata-mata dilakukannya demi strategi dengan
tujuan akhir mencapai kemerdekaan Indonesia. Semula Soekarno bergabung dalam
Gerakan 3A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia)
hingga gerakan ini dibubarkan.
Tanggal
2 Maret 1942, Jepang membentuk Poesat Tenaga Rakyat (Poetera) untuk
mempersiapkan kemerdekaan.
Pada
8 November 1942, Soekarno bergabung dengan Komisi Menyelidiki Adat Istiadat dan
Tata Negara yang dibentuk oleh Jepang. Keanggotaan komisi ini terdiri atas 13
orang Jeang serta orang Indonesia, yakni selain Soekarno terdapat Mohammad
Hatta, Soetardjo Hadikoesoemo, Abi Koesno Tjokrosoejoso, KH Mas Mansoer, Ki
Hadjar Dewantara, Prof. Hoesein Djajadiningrat, R Ng Poerbatjaraka, dan Prof Mr
Soepomo. Selanjutnya, Soekarno bersama Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, KH
Mas Mansoer (mereka ini di sebut “ Empat Serangkai”), ditunjuk sebagai anggota
Badan Perwakilan Pusat atau Cuo Sangi-in
pada 1943. Soekarno sebagai ketua dan Hatta selaku wakilnya.
Perdana
Menteri Jepang M Koiso, pada awal september 1944 menyatakan bahwa Indonesia
akan dimerdekakan kelak kemudian hari. Lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan
dan bendera Merah Putih boleh dikibarkan. Beberapa orang Indonesia dilantik
menjadi peasehat dibanyak Departemen sebagai latihan bila nanti naik menjadi
Menteri.
Berdirilah
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
beranggotakan tokoh-tokoh terkemuka Indonesia ditambah beberapa orang Jepang
untuk merumuskan segala yang bertaut dengan pembentukan negara Indonesia,
khususnya dalam bidang politik dan ekonomi. Dr Radjiman Wediodiningrat, seorang
tokoh kawakan perintis Boedi Oetomo, ditunjuk mengetuai forum ini. Rapat
perdana BPUPKI pada 29 Mei- 1 Juni 1945 dan rapat-rapat berikutnya diisi
pembahasan sekitar bentuk dan dasar negara Indonesia.
Di
badan inilah Soekarno merumuskan gagasannya tentang Pancasila untuk dipakai
sebagai dasar filsafat negara Indonesia Merdeka. Berikut usulan dari Soekarno
pada tanggal 1 Juni 1945 mengenai Perumusan Pancasila: Kebangsaan indonesia
atau Nasionalisme; Internasionalisme, atau perikemanusiaan; Mufakat, atau
Demokrasi; Kesejahteraan Sosial.; Ketuhanan.
Piagam
Jakarta 22 Juni 1945 oleh Soekarno dan tokoh-tokoh kebangsaan lainnya, antara
lain: Mohammad Hatta, AA Maramis,
Abikoeno Tjokrosoejoso, Abdoelkahar Moezakkir, Hadji Agus Salim, Achmad
Soebardjo, Wachid Hasjim, dan Moehammad Jamin. Perumusan Pancasila berdasarkan
hasil dari Piagam Jakarta, sebagai berikut: Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya; Kemanusiaan yang adil dan
beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia.
Sementara
itu, Jepang kian terdesak oleh pasukan sekutu dalam perang Asia Timur Raya.
Awal Agustus 1945, pekerjaan BPUPKI dilanjutkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), masih bentukan pemerintah militer jepang dengan
maksud mempersiapkan segala hal yang berkait dengan transisi kekuasaan
pemerintah Jepang ke pemerintah Indonesia. Soekarno diangkat sebagai ketua dan
Hatta sebagai wakil ketua.
Pada
9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat dikirim ke Dallat,
Vietnam, ke markas besar Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara, untuk menemui
Marsekal Terauchi Hisaichi yang mewakili pemerintah pusat Tokyo. Terauchi dalam
pidato singkatnya menyatakan bahwa Pemerintah Jepang di Tokyo memutuskan
memberi kemerdekaan kepada Indnesia.
Setibanya
di Jakarta, Sjahrir mendesak Soekarno memproklamasikan kemerdekaan RI atas nama
rakyat Indonesia. Pasalnya, bila PPKI yang memproklamasikan, pihak sekutu
dengan mudah melabeli negara RI sebagai produk Jepang sehingga berpeluang besar
menyabet kembali dengan status Hindia Belanda.
Sementara
itu, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat keoada sekutu pada 14 Agustus 1945.
Golongan muda Indonesia sangat bergairah menyambut berita ini, dan mereka
bertekad untuk selekasnya menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia.Malam tanggal
15 Agustus 1945, Achmad Soebardjo yang menemui Soekarno dan Hatta. Ia sedang
didesak kaum pemuda untuk menyatakan kemerdekaan saat itu juga, Soekarno
menolak usulan itu.
Pada
pagi-pagi buta keesokan harinya, Soekarno dan Hatta diminta wakil golongan muda
untuk ikut pergi ke Rengasdengklok. Kedua tokoh sentral itu diamankan karena
revolusi akan meletus di Jakarta dan sekitarnya. Ribuan pemuda akan melucuti
senjata tentara Jepang. Ternyata rencana gerakan pemuda itu tak terwujud hingga
Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta pada 16 Agustus 1945 malam hari. Akhirnya,
pada keesokan harinya pukul 10.00, tepat tanggal 17 Agustus 1945, bertempat di
Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, atas nama Bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta
menyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia:
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI
MENJATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKOESAAN
D.L.L., DISELENGGARAKAN DENGAN TJARA SEKSAMA DAN DALAM TEMPO
SESINGKAT-SINGKATNJA.
DJAKARTA,
HARI 17 BOELAN 8 TAHOEN 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA
SOEKARNO/ HATTA
Keesokan
harinya, 18 Agustus 1945 PPKI menggelar sidang petamanya. Rapat pada hari itu
menghasilkan keputusan pengesahan UUD1945, terpilihnya Soekarno dan Hatta
sebagai Presiden dan wakil Presiden pertama RI, yang untuk sementaraakan
dibantu oleh Komite Nasional Indonesia.
Kemudian
sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945 antara lain memutuskan pembentukan kabinet
dan pembagian wilayah RI dalam delapan provinsi sekaligus menunjuk para
pemimpin daerahnya. Kabinet RI yang pertama itu berbentuk kabinet Presidensiil
yang dipimpin oleh Soekarno. Kabinet ini berlangsung dari sejak diputuskannya
sampai tanggal 14 Agustus 1945. Kemudian, dalam pidato melalui radio pada 23
Agustus 1945, Presiden Soekarno menyatakan berdirinya Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Dunia, inilah Republik Indoesia!
“kemerdekaan hanyalah didapat dan
dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar, dengan tekad merdeka atau
mati! “. Soekarno.
Disaat
Rakyat Indonesia bergegap gempita mennyambut kemerdekaan yang telah sekian abad
didamba, ternyata musuh lama datang lagi. Kedatangan tentara sekutu ternyata
diboncengi oleh pasukan belanda yang berkeinginan untuk menduduki kembali
Indonesia. Pasukan sekutu yang tergabung dalam Rehabilitation Allied prisoner of war and internees (RAPWI)
diselundupi oleh netherland indies civil administration (nika), a;at penjajahan
Belanda sebelum tentaranya datang. Keinginan kembali Belanda untuk menguasai
kembali wilayah Indonesia yang kemudian memunculkan banyak perlawanan rakyat
dibanyak tepat di wilayah Indonesia.
Pada
05 Oktober 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit tentang pembentukan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai penyempurnaan dari angkatan perang RI.
Sementara karena kondisi Ibukota Jakarta semakin mengkhawatirkan, akhirnya
pusat pemerintahan RI dipindahkan ke Jogjakarta pada 04 Januari 1946.
Tanggal
15-25 Juli 1946, konferensi malino dilaksanakan, disusul konferesi Pangka
Pinang pada 01 Oktober 1946, serta konferensi Denpasar pada 18-24 Desember
1946. Hasil dari rangkaian perundingan ini sangat merugikan Indonesia, terutama
konferensi Denpasar yang menhasilkan berdirinya negara indonesia timur (NIT).
Konferensi-konferensi itu mempermulus penciptaan “negara-negara boneka” yang
oleh belanda dijadikan landasan untuk menciptakan pemerintahan federal republik
indonesia serikat (RIS) dibawah kerajaan belanda. Sedangkan dalam perundingan
linggar jati, 25 maret 1947, wilayah RI yang diakui belanda hanya sumatra,
jawa, dan madura.
Agresi
militer belanda I yang dilancarkan pada 21 juli 1947 dianggap sebagai puncak
kegagalan diplomasi. Serangan ini mengekibatkan kekuasaan de facto RI atas
wilayahnya menjadi jauh lebih sempit. Dalam perundingan Renville yang
diselanggrakan pada 29 agustus 1947, indonesia harus mematuhi garis “ Van Mook”
yang menjadi batas daerah yang dikuasai RI dan yang dikuasai belanda. Wilayah
RI semakin sempit, tidak lebih dari sepertiga wilayah jawa.
Tanggal
19 desember 1948, pasukan belanda secara mendadak menyerang ibukota jogjakarta,
dari arah timur, melalui wilayah Maguwo yang akhirnya bisa masuk kota. Inilah
peristiwa yang menggema dengan nama agresi militer belada ke II.
Pusat
kota jogjakarta diduduki tentara belanda. Soekarno dan para petinggi RI lainnya
ditangkap dan kemudian diasingkan. Bersama Hadji Agus Salim, soekarno dibuang
ke Brastagi, prapat, kemudian ke Bangka.
Tanggal
1 maret 1949 pagi, pasukan gerilya RI bergerk memasuki kota jogjakarta. Saat
komando diteriakkan, semua pejuang serempak menyerang. Hasilnya, serbuan
besar-besaran itu sukses. Selama 6 jam, kota jogjakarta berhasil diduduki para
pejuang Republik. Inilah dia, serangan umum 1 maret 1949.
Pada
7 mei 1949 diadakan perundingan Roem-Royen yang menyepakati kedua belah pihak
mengakhiri permusuhan. Sebagai wujud kesepakatan tersebut, sultan
hamengkubuwono ke IX mengeluarkan perintah gencatan senjata pada 18 juni 1949.
Soekarno beserta para pejabat lainnya dikembalikan pula ke jogjakarta pada 6
juli 1949. Konferensi meja bundar (KMB) yang diadakan pada 23 agustus hingga 2
november 1949 di Den haag, Belanda, menyepakati bahwa republik indonesia
serikat (RIS) berdiri dengan ratu belanda sebagai pemimpin simbolis. Soekarno
akan menjadi oresiden RIS sedangkan Hatta sebagai wakil presiden merangkap
perdana menteri ( 1949-1950). Tanggal 27 desember 1949 belanda resmi
menyerahkan kedaulatan keada RIS.
Setelah
perjanjian ini, soekarno mengeluarkan peraturan preiden no 6 yang bertujuan
menambah anggota KNIP dari sumatra untuk leboh merekatkan negara RI. Ternyata
keputusan ini ditentang sidang Pleno KNIP di Malang pada 25 februari 1947.
Secara
tegas hatta membela soekarno dengan menjelaskan bahwa menurut UUD, presiden berhak
menunjuk dan mengengkat nggota KNIP. Forum akhirnya bisa menerima keputusan
ini.
Dibawah Bendera Revolusi Soekarno
“indonesia sedang berada didalam
revolusi yang maha besar, bukan saja revolusi biasa tetapi revolusi yang saya
katakan sudah multikompleks”. Soekarno.
Perjalanan
indonesiasebagai negara yang baru berdaulat berkali-kali harus jatuh bangun
dengan pergantian kabinet dan bentuk pemerintahan yang berulang-ulang, ditambah
pula dengan pergolakan-pergolakan di dalam Negeri. Rekaman peristiwa sejak
berdaulatnya Indonesia sebagai Negara Kesatuan hingga turunnya Dekrit Presiden
1959 merupakan gambaran tertatihnya perjalanan Soekarno dalam membangun
Indonesia, tetapi juga terdapat beberapa prestasinya yang patut dibanggakan.
Tanggal
17 oktober 1952, misalnya, sebagian tentara Angkatan Dasar mengarahakan moncong
meriamnya ke istana dan menuntut Soekarno membubarkan parlemen. Namun Soekarno
pun membuat gebrakan spektakuler pada 18 april 1955 dengan memprakarsai
berlangsungnya Konferensi Asia Afrika (KAA) di bandung. Mohammad Hatta, pada 31
Desember 1956 mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden RI. Kemudian pada
21 Februari 1957 Soekarno membekukan sistem demokrasi parlementer yang
berlangsung sejak 1950 dan menggantinya dengan demokrasi terpimpin, yang
otomatis membawanya sebagai orang tunggal di pucuk pemerintahan.
Akibat
banyaknya pemberontakan militer di daerah, pada 14 Maret 1957 Soekarno
memberlakukan keadaan perang dan darurat perang. Dan pada 30 november 1957,
terjadi percobaan pembunuhan terhadap Soekarno. Semua pelaku dihukum mati. Para
pelaku diidentifikasi sebagai kelompok antikomunis. Pada 5 Juli 1959, presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang intinya: Pembubaran Konstituante; Berlakunya
kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950; Pembentukan MPRS dan DPAS
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Setelah
Dekrit Presiden ini, memasuki pergantian warsa 1960, Indonesia atau khususnya
Soekarno pun mengalami masa-masa yang berbeda dalam kepemimpinannya sebagai
Presiden RI. Soekarno menyerukan perebutan kembali Irian Barat sebagai bagian
dari NKRI.
Tahun
1963, untuk menandingi Olimpiade yang digelar negara-negara barat, Soekarno
menggelar pertandingan olahraga Internasional bertajuk GANEFO (Games of New Emerging Forces)di Senayan,
Jakarta, 10-22 November 1963, yang diikuti oleh 48 Negara. Selanjutnya, 3 Mei
1964, Soekarno berteriak lantang “ ganyang Malaysia” yang dianggapnya merupakan
antek noe-kolonialisme (Nekolim). Tindakan tegas tersebut diikuti dengan
keluarnya Indonesia dari Keanggotaan PBB dan membentuk Poros Jakarta-Peking.
Romantisme-Dinamika-Dialektika.
Itulah garis-garis besar daripada Revolusi Indonesia, kata Soekarno. Soekarno
juga merumuskan Tiga Kerangka Revolusi Indonesia, yaitu:
1. Membentuk
satu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbentuk Negara Kesatuan dan
Negara Kebangsaan, yang demokratis dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai
Merauke.
2. Membentuk
satu masyarakat yang adil dan makmur, materiil dan spiritual dalam wadah NKRI.
3. Pembentukan
satu persahabatan yang baik antara RI dengan semua negara di dunia, terutama
sekali dengan negara-negara Asia-Afrika, atas dasar hormat-menghormati satu
sama lain, dan atas dasar bekerjasama membentuk satu dunia baru yang bersih
dari imperialisme dan kolonialisme menuju kepda perdamaian dunia yang sempurna.
Akhir Revolusi Soekarno
“Saya bukan seorang nabi, akan
tetapi hanya seorang manusia belaka. Jika bahkan nabi-nabi berbuat salah,
apalagi orang-orang biasa. Saya minta maaf untuk segala dosa saya”. Soekarno
Soekarno
sendirilah yang membuat ia dimangsa revolusi yang diciptakannya. Memasuki
dekade 1960, gejala-gejala kejatuhan Sang Penyambung Lidah Rakyat Indonesia itu
sudah mulai tampak. Pengengkatan dirinya sebagai “Presiden Seumur Hidup” dan
berjalan sendirian dipucuk kepemimpinan kuasa Indonesia, dengan mundurnya Hatta
dari jabatan wakil presdien.
Awal
mula masalah sejatinya bersal dari tragedi nasional 30 September 1965, yang
oleh Soekarno di sebut dengan nama Gestok alias” Gerakan Satu Oktober”.
Ketidaktegasan Soekarno dalam menyelesaikan hal ini membuat pamornya merosot
turun.
Soekarno
mati-matian membela Partai Komunis Indonesia (PKI) yang oleh pihak militer dan
publik dituding sebagai aktor utama Gerakan 30 september 1965, aksi berdarah
yang mmangsa korban para perwira tinggi Angkatan Darat. Dalam kondisi yang
carut marut itu, Soekarno masih mengedepankan prinsip NASAKOM:
Nasinalis-Agama-Komunis atau NASASOS: Nasionalis-Agama-Sosialisme untuk
pembangunan Indonesia.
“
Revolusi kita akan segera dikembalikan kerelnya ynag kiri. Usaha-usaha
belakangan ini hendak membelokkan revolusi kita ke kanan pasti akan gagal.” Ulang
Soekarno bahwa ia masih membutuhlan sosialisme.
“
Aku pemimpin besarmu, ikutilah semua petunjuk-petunjukku. Mari berjalan terus
melanjutkan revolusi diatas jalan yang aku tunjuk,” lanjutnya.
Arogansi,
atau kepanikan, Soekrno semakin terlihat jelas. Ia tak segan-segan mendamprat
siapa saja yang dianggap menentang dirinya, kontra-revolusi. “ jangan coba-coba
mendorong saya! Saya bukan pemimpin yang dapat didorong. Saya tahu apa yang
harus saya lakukan!” teriak Soekarno.
Disisi
lain, Mayor Jenderal Soeharto, sepeninggal para perwira tertinggi Angkatan
Darat melesat menjadi yang terdepan sebagai orang pertama yang mengambil
kendali atas kekisruhan yang terjadi pasca Gerakan 30 September, selaku
Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Pada 14 oktober 1965,
Mayor Jenderal Soeharto dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dan
segera membekukan kegiatan PKI dan ormas-ormasnya karena Soekarno menolak untuk
bertindak tegas terhadap PKI. Reputasi Soeharto melesat naik ketika ia berhasil
mengantongi Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).
Supersemar
menjadi surat pemungkasan riwayat Soekarno sebagai Presiden Soekarno. Di saat
yang sama, karena tuntutan keras dari kaum mahasiswa dan golongan Islam,
Soekarno terpaksa menggulirkan Tiga Tuntutan Rakyat (TRITURA), yang meliputi:
(1) Bubarkan PKI; (2) Bersihkan kabinet dari semua unsur komunis; serta (3)
Turunkan harga barang sehari-hari. Pada 12 Maret 1966, dikeluarkanlah Keputusan
Presiden No 1/3/1966 tentang pembubaran PKI diseluruh daerah RI. Keputusan
ditandatangani oleh Soeharto atas nama Presiden RI Soekarno.
Namun
kali ini Soeharto lebih leluasa dalam mengatur jalnnya pemerintahan. Inilah
yang menjadi saat-saat terakhir Soekarno. Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) ke-IV yang diselenggarakan pada 20 juni hingga 5 juli 1966
memantapkan keruntuhan orde lama di bawah Soekarno.
Pidato
pertanggung jawaban Soekarno pada 10 Januari 1967, Nawaksara, ditolak MPRS dan
DPR Gotong Royong menyimpulkan ada petunjuk Soekarno terlibat dalam peristiwa
30 September 1965. Akhir riwayat, 22 februari 1967, Soekarno diberhentikan dari
jabatan Presiden dan digantikan Jenderal Soeharto, pada 11 Maret 1967, jenderal
Soeharto akhirnya diputuskan akan diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia
sampai terbentuknya MPR hasil Pemilihan Umum yang akan diadakan pada 5 juli
1971. MPR akan bersidang pada Maret 1973 untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden. Inilah akhir pergerakan Soekarno, sang Bapak Marhaen Indonesia sudah
habis.
Tanggal
16 Juni 1970, ruangan intensive care Rumah
Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta dipenuhi tentara sejak pagi.
Didalam ruang perawatan yang sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden,
Soekarno tergolek lemah dipembaringan, sudah beberapa hari kesehatannya sangat
mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus
memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak
dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.
Minggu
pagi, 21 Juni 1970.Dokter Mardjono salah seorang anggota tim dokter
kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang
paramedis, dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Mardjono
tahu waktunya tidak akan habis lagi.
Dengan
sangat hati-hati dan penuh hormat, dia mameriksa denyut nadi Bung Karno. Dengan
Sisa kekuatan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas
yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang
lemas itu terkulai. Detik itu juga Bung Karno menghembuskan nafas terakhirnya.
Bung Karno telah wafat.
Pertualangan Don Juan Indonesia
“ Tuhan menciptakan wanita penuh
dengan keindahan. Saya kira setiap laki-laki normal senang melihat keindahan
yang ada pada diri wanita.” Soekarno
Inilah
nama-nama dari istri resmi Soekarno. Dari Oetari Tjokroaminoto, Inggit
Ganarsih, Fatmawati, Hartini, Yurike Sanger, Haryati, Kartini, Manoppo, Ratna
Sari Dewi, hingga Heldy Djafar.
Beberapa
perkawinan Bung Karno memang berakhir dengan perceraian. Tapi ada pula istri
yang tetap mempertahankan perkawinan mereka hingga hari meninggalnya Bung
Karno, antara lain Hartini dan Ratna Sari Dewi serta Yurike. Dari sembilan iatri
Soekarno adalah Fatmawati yang memberi Bung Karno lima anak yang mendampingi
Bung Karno sebagai Ibu negara, first lady
Indonesia yang pertama.
Bung Karno dalam Seni dan Sastra
“ Bangsa-bangsa yang besar,
bangsa-bangsa yang tahan menjadi besar, adalah bangsa-bangsa yang sederhana
didalam jiwanya, yang sederhana didalam cara hidupnya sehari-hari”. Soekarno
Kecintaan
Bung Karno pada Seni dibuktikan antara lain oleh koleksi karya seni rupanya
yang begitu banyak, sekitar 3000, dan perhatiannya kepada beberapa penari
wayang orang Sriwedari, Solo. Konon, Bung Karno memberikan susidi khusus kapada
para penari utama wayang orang. Pelukis Basuki Abdullah adalah favorit
presiden.
Tampaknya,
Bung Karno melihat bhawa dalam karya seni yang paling tinggi adalah kemerdekaan.
Karya seni mencerminkan adanya kebebasan berekspresi. Karya seni rupa yang
dikoleksi di Istana yang disusun oleh Dullah dan lee Man-Fong tampaknya Bung
Karno bisa menerima lukisanklasik Bali sampai karya pemandagan Impressionis
Antonio Blanco, karya pemandangan alam Basuki Abdullah yang molek sampai
lukisan Affandi yang coret-moret ekspresif.
Selain
itu karya seni yang berbau “nasionalisme” termasuk menjadi pilihan Soekarno.
Bung Karno dengan nyata menghargai kesenian, seperti pengaruh Presiden pada Patung
Monumen di jakarta. Hampir semua ide monumen besar di Jakarta berasal dari Bung
Karno: Monumen Nasional, Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia,
Patung Dirgantara di persimpangan Pancoran Jakarta Selatan, dan Tugu Tani
dipersimpangan Menteng Jakarta Pusat. Satu ciri menonjol pada patung-patung
monumen itu adalah kesan pemberontakan dan optimismenya yang sedikit banyak
mengingatkan pada gagasan Realisme-Sosialis.
Soekarno
juga penulis naskah drama dan sutradara ulung. Kemampuan itu diperoleh di masa
pengasingannya di Ende, Flores(1934-1938) dan Bengkulu ( 1938-1942) saat
bergabung dengan kelompok kesenian dan sandiwara: di Ende bernama Kalimutu dan
yang di Bengkulu bernama Monte Carlo. Jumlah naskah yang pernah ditulis
Soekarno di Ende 12 judul,yang dapat dilacak hanya 8 judul diantaranya Dr Sjaitan, Ero Dinamik, Rahasia Kalimoetoe,
Tahoen 1945, Don Louis Parera, Koetkoetbi, Teberro, dan Kummi Torro. Sedangkan
di Bengkulu, naskah yang ditulisnya adalah Rainbow
(Poetri Kencana Boelan), Hantoe Goenoeng Boengkoek, Si Ketjil (Klein Duimpje),
dan Chungking Djakarta.
BANGSA
Bangsa Bangkit
Tiap-tiap
makhluk, tiap-tiap umat, tiap-tiap bangsa tidak boleh tidak pasti akhirnya
bangkit, pasti akhirnya bangun, jika ia sudah terlalu-lalu sekali merasakan celakanya
diri yang teraniaya oleh daya angkara murka. Jangan lagi manusia, jangan lagi
bangsa, walaupun cacingpun bergerak berkeluget-keluget kalau merasakan sakit.
(Mencapai Indonesia Merdeka, 1933)
Persatuan Bangsa
Dengan
pengertian yang sedalam-dalamnya serta keyakinan yang sekuat-kuatnya akan arti
persatuan bangsa, maka pemerintah selalu menghindarkan perselisihan, selalu
menunjuk kepada ajaran sejarah: Bersatu kita teguh, bercerai kita jatuh.
(Presiden Soekarno 17 Agustus 1946, Yogyakarta)
Modal Bagi Bangsa
Konretisasi
cita-cita kebangsaan itu menjadi modal bagi seluruh bangsa indonesia untuk
meneruskan perjuangannya. Republik adalah ibarat pemegang amanat atas modal
tersebut, tetapi kewajiban memeliharanya sebagai modal pejuangan, terletaklah
diatas pundak rakyat Jawa, Sumatera dan Madura, tapi juga terletak diatas
pundakmu, hai saudara-saudara di Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Sunda Kecil,
Maluku dan Irian. (Pidato, 17 Agustus 1948 di Yogyakarta)
Pemuda-Pemudi Bangsa
Saudara-saudara
mengetahui bahwa bukan kita saja membangun, banyak bangsa-bangsa lain didunia
ini membangun dan kita pun sudah mengadakan survey diluar negeri, untuk bukan
saja belajar tetapi untuk juga memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di
kolong langit, dikalanagn manusia dipermukaan bumi ini. Maka ternyatalah, bahwa
bangsa yang mengikut sertakan pemuda dan pemudinya, paling sedikit
mempersiapkan pemuda-pemudinya didalam usaha pembangunan itu, bahwa
bangsa-bangsa yang demikian itulah paling berhasil dilapangan ini. (Pidato 14
Agustus 1961 pada Pelantikan Majelis Pimpinan Nasional Pramuka, Istana Merdeka,
Jakarta)
RAKYAT
Harapan Rakyat
Tidak
cukup kita membanggakan tuah dimasa yang lalu; tidak cukup kita menyebut-nyebut
jasa dalam fase penggempuran koloniaslisme dan pemerintahan asing. Masyarakat
tidak diam, masyarakat itu senantiasa berubah, dan karena itu, masayarakat itu
menghendakilah jasa-jasa baru.
Membanggakan
jasa yang dulu dengan tidak menginsyafi tuntutan masa yang datang, adalah
permulaan menjadi beku. Jasa yang lalu memang berubah; dan memang ia dihormati
menurut jasanya.
Tetapi
rakyat menharap dan menghendaki dari semua pemimpin-pemimpinnya, dari semua
pujangga-pujangga, dari semua pemuda-pemudinya dan semua alat-alat serta
pemangku-pemangku negaranya perbuatan-perbuatan baru, yang dapat merubah
kesukaran hidup yang penuh dengan kesejahteraan.
Jangan
kira kita semua sudah cukup berjasa dengan turunnya si tiga warna. Selama masih
ada tatap tangis di gubug-gubug belumlah pekerjaan kita selesai. ( Pidato, 17
agustus 1950, Jakarta)
Keinginan Rakyat Dan Susunan
Pemerintahan
Negara
kita didasarkan atas faham demokrasi. Keinginan rakyat menentukan susunan
pemerintah dan kebijaksanaan pemerintah. Hal ini didasarkan atas kepercayaan
dan pengaharapan, bahwa dengan jalan begaini negara kita akan memperoleh
pemerintah yang sebaik-baiknya. Partai-partai politik, lebih tegas;
pemimpin-pemimpin partai politik, mempunyai tanggung jawab untuk membuktikan,
bahwa kepercayaan dan pengharapan ini adalah benar.
Rakyat Gotong-Royong
Kelemahan
jiwa kita ialah bahwa kita kurang percaya pada diri sendiri sebagai bangsa,
sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang percaya mempercayai
satu sama lain padahal kita ini pada asalnya rakyat gotong royong, kurang jiwa
gigih melainkan terlalu lekas mau enak dan cari gampangnya saja. (Pidato, 17
Agustus 1957, Jakarta)
Pikiran Rakyat
Rakyat
Indonesia harus bersatu pikiran mengenai revolusinya sendiri, karena hanya jika
ada persatuan dalam pikiran, rakyat indonesia dapat bersatu dalam kemauan dan
dalam tindakan. (Pidato, 17 Agustus 1960, Jakarta)
PERSATUAN
Keutuhan Persatuan
Segenap
jiwa ragaku berseru kepada bangsa Indonesia: Terlepas dari ideologi apapun,
jagalah persatuan! Jagalah keutuhan, bukan hanya karena aku ini presiden yang
berdiri diatas semua partai dan semua golongan, maka aku berseru demikian.
Aku
menyerukan persatuan dan keutuhan, oleh karena aku seorang patriot, oleh karena
aku pecinta kemerdekaan nasional, oleh karena kau pecinta rakyat jelata yang
juga mengigngini persatuan, oleh karena aku sedikit banyak ikut-ikut berjuang
berpuluh tahun dan oleh karena aku sedikit banyak ikut-ikut pula berkorban
untuk mempersatukan bangsa indonesia dan untuk mencapaikan kemerdekaan bangsa
indonesia.
Jiwa Persatuan
Dalam
pidatoku: Harapan dan Kenyataan. Kuserukan: Kembali kepada jiwa Proklamasi.
Kembali kepada intisarinya yang sejati, yaitu pertama jiwa merdeka nasional.
Kedua jiwa ikhlas. Ketiga jiwa persatuan. Keempat jiwa pembangunan.( Pidato, 17
Agustus 1965, Jakarta)
Paltform Persatuan
Alhamdulillah,
platform untuk mempersatukan segenap tenaga nasional sekarang sudah ada.
Program Kabinet, yang sudah diterima oleh seluruh partai. Gunakanlah platform
politik ini sebagai tempat berpijak bagi kita semua untuk memutar roda
pembangunan segiat-giatnya.
Jangan
program kabinet itu sekedar dokumen-dokumen saja. Jangan ia naskah mati! Sebab,
program yang manapun progresifnya, bagaimanapun kebenaran teoritisnya, akan
menjadi bangkai naskah, jika tidak sertai keberanian bertindak dalam
melaksanakannya. (Pidato. 17 Agustus. Jakarta)
Godam
Persatuan
Kita ini sekarang
sedang dikepung! Tetapi padamu, kepada segenap bangsa Indonesia keserukan, agar
mengasah dan terus mengasah keris cinta-tanah-airmu mempertajam dan terus
mempertajam rencong kewaspadaanmu, menempa dan terus menempa godam persatuanmu.
(Pidato, 17 Agustus 1964, Jakarta)
KESIMPULAN:
Soekarno
(lahir di Blitar pada 6 juni 1901-meninggal pada tanggal 21 juni 1970).Ada
beberapa hal yang menarik dalam biografi Soekarno dimana semasa mudanya ia
sangat menggemari tokoh pewayangan Bima yang mempengaruhi sikap dan cara
hidupnya dimana tokoh tersebut melambangkan Kebenaran dan Keadilan. Disamping
itu dia memiliki pendidikan baik formal maupun nonformal yang tinggi dan
dibimbing oleh tokoh-tokoh yang berbeda aliran sehingga turut mempengaruhi cara
berfikir dan bersikap salam setiap usahanya berjuang untuk indonesia.
Walaupun
diakhir-akhir masa kepemimpinannya dia telah mampu berjuang memerangi
kolonialisme dan imperialisme dari belenggu elitisme yang juga menjadi sikap
perjuangannya yang anti elitisme dimana sikap ini hanya mementingkan diri
sendiri dan kelompoknya, yang pada buktinya Soekarno sendiri yang dengan
istilah politiknya: Kaum Marhaen atau kaum rakyat jelata maupun para petani,
Sekarno sangat berbaik hati pada kaum tersebut, dapat dilihat bahwa Soekarno
itu anti elitisme.
Serta
sikapnya yang konsisten dan nonkooperatif membuatnya rela dibuang dan ditangkap
oleh pemerintah kolonial merupakan idealisme yang jarang ditemui saat ini.
Kemauan belajar dan menerima bimbingan dari semua pihak juga patut diteladani
karena melatih kita untuk berfikir objektif.
SARAN
Soekarno lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, tapi
mempunyai jiwa nasionalisme yang kuat. Beliau tidak pernah berhenti belajar dan
berusaha sehingga dia bisa mendapatkan kedudukan sebagai Presidan Pertama
Republik Indonesia yang dihormati oleh rakyat nya dan mata dunia internasional.
Kita sebagai generasi muda bangsa Indonesia hendaknya mencontoh beliau, dan
berusaha yang terbaik untuk kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Generasi muda jangan pernah melupakan jasa dan pengorbanan
Bung Karno, karena negara ini dibangun dan dilandasi oleh ide-ide dan gagasan
beliau. Kita juga sebaiknya jangan mensia-siakan waktu masa muda ini, dan terus
belajar demi kebaikan diri sendiri dan orang-orang di sekeliling kita, bangsa
dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar