BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sidang Umum MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1-21 Oktober 1999.
Dalam Sidang Umum itu Amien Rais dikukuhkan menjadi Ketua MPR dan Akbar Tanjung
menjadi Ketua DPR. Sedangkan pada Sidang Paripurna MPR XII, pidato
pertanggungjawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR melalui mekanisme voting .
memunculkan tiga calon presiden yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang ada di
MPR pada tahap pencalonan presiden di antaranya, Abdurrahman Wahid (Gus Dur),
Megawati Soekarnoputri, dan Yuzril Ihza Mahendra. Abdurrahman Wahid terpilih
menjadi Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilak sanakan
pemilihan wakil presiden dengan calonnya Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz.
Pemilihan wakil presiden ini kemudian dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana perjalanan hidup Abdurahman
Wahid sebelum menjadi presiden RI?
2. Bagaimana gaya dan tipe kepemimpinan
Presiden Abdurahman Wahid?
3. Apa saja kelemahan dan kelebihan
kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Mngetahui latar belakang dan
perjalanan hidup Abdurahman Wahid sebelum menjadi presiden RI.
3. Mengetahui gaya dan tipe kepemimpinan Gus
dur
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan
kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
dan Perjalanan Hidup Presiden Abdurahman Wahid
Siang, pukul 12.30
Oktober 1999, ketegangan yang memuncak di hari-hari Sidang Istimewa tiba-tiba
meledak menjadi ungkapan keterharuan sekaligus kebahagiaan yang tidak
tergambarkan. Abdurrahman Wahid secara mengejutkan dan luar biasa terpilih
sebagai Presiden RI ke-4 menggantikan B.J Habibie. Dimata banyak orang,
terutama kalangan Nadliyin, kemenangan Gus Dur merupakan puncak dari perjuangan
NU dalam memposisikan kiprahnya bagi bangsa Indonesia, dan juga kemenangan bagi
kalangan Islam modernis sekaligus harapan bagi demokrasi itu sendiri. Orang
yang tidak disukai pemerintah sebelumnya (Orba), yang mengenakan baju batik
ukuran longgar ketika mengerahkan ratusan ribu orang di Jantung Jakarta dua
tahun sebelumnya, seorang tokoh yang banyak merebut perhatian nasional sebab
mampu mengambil posisi sebagai oposisi, sekarang tanpa disangka menjadi
Presiden RI ke-4. Untuk itu kami angkat perjalanan hidup dan latar belakangnya
untuk mengenal lebih jauh lika-liku hidupnya.
Kehadiran Abdurrahman Wahid dikalangan masyarakat Indonesia saat ini tidak
lain disebabkan oleh kualitas pribadinya yang luar biasa, disamping faktor
lingkungan keluarga yang sangat mendukung. Abdurrahman Wahid, cucu dari dua
serangkai pendiri NU, Kiai Hasjim Asj'ari dan Kiai Bisri Sjansuri, dilahirkan
di Jombang pada tahun 1940. Ayah Abdurrahman Wahid, Kiai Wahid Hasjim, adalah
putra Kiai Hasjim Asj'ari, dan ibunya, Solichah adalah putri Kiai Bisri
Sjansuri. Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah diberi berbagai isyarat bahwa
Abdurrahman Wahid, anaknya, akan mengalami hgaris hidup yang berbeda dan memiliki
kesadaran penuh akan tanggung jawab tersebut ternyata secara dramatis meningkat
setelah kematian ayahnya dalam suatu kecelakaan mobil, dan saat kecelakaan
terjadi Abdurrahman Wahid duduk di samping ayahnya di jok depan.
Ayah Abdurrahman Wahid meninggal dunia dalam usia 40 tahun, dan saat itu
masih menjabat Ketua NU. Ibunya tetap melanjutkan peran informal yang vital
dalam menjalankan NU. Dan sejak ayahnya meninggal, ada sesuatu yang terasa
berubah secara tajam, yaitu bahwa rumah Abdurrahman Wahid mulai sepi dari
orang-orang dan para tamu penting.
Abdurrahman Wahid tidak hanya dikenal dikalangan kiai NU dan para politisi,
melainkan juga oleh masyarakat luas Indonesia. Hal tersebut disebabkan
bimbingan kedua orang tuanya, saat ia masih kecil banyak berhubungan dengan
tradisi diluar NU. Waktu kecil ia sering banyak berhubungan dengan tradisi
diluar NU. Waktru kecil ia sering dititipkan pada seorang Belanda teman ayahnya
dan saat itulah, menurut Abdurrahman Wahid ia bersentuhan dan akhirnya
mencintai musik-musik klassik Eropa. Kemudian dari tahun 1953 sampai 1957, saat
belajar di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama(SMEP) ia tinggal dirumah Kiai Haji
Junaid, seorang Kiai Muhammadiyah dan anggota Majlis Tarjih Muhammadiyah.
Beberapa tahun kemudian ia mondok di Pesantren Tegalrejo, sebuah pesantren NU
terkemuka di Magelang. Dari tahun 1957 sampai 1963, ia sempat nyantri di
Pesantren Krapyak Yogyakarta dan tinggal dirumah K:H:Ali Maksum.
Pada tahun 1964 Abdurrahman Wahid meninggalkan Tanah Air menuju Kairo,
Mesir untuk belajar ilmu-ilmu agama dilingkungan Al Azhar Islamic University.
Barangkali tidak terlampau mengejutkan jika Abdurrahman Wahid sangat kecewa
dengan atmosfir intelektual di Al-Azhar yang memadamkan potensi pribadi karena
tekhnik pendidikannya yang masih bertumpu pada kekuatan hafalan. Meskipun
demikian, ia memanfaatkan waktu di Kairo ini dengan baik, yaitu dengan cara
yang tidak mengikuti pelajaran yang diberikan. Sebagai gantinya, ia kerap
menghabiskan waktu disalah satu perpustakaan yang lengkap di Kairo, termasuk
American University Library. Biarpun pada satu sisi ia kecewa dengan Al-Azhar
sebagai lembaga, namun pada sisi lain ia tetap menikmati kehidupan kosmopolitan
Kairo, bahkan beruntung karena terbukanya peluang untuk bergabung dengan
kelompok-kelompok diskusi dan kegiatan tukar pikiran yang umumnya diikuti para
intelektual Mesir. Yang perlu dicatat bahwa selama di Kairo, Abdurrahman Wahid
ternyata begitu tertarik pada film-film Perancis dan sepak bola.
Dari Kairo Abdurrahman Wahid terbang ke Baghdad. Di kota ini ia lewati
dengan penuh rasa bahagia karena mempelajari sastra Arab, tapi juga filsafat
dan teori sosial Eropa, disamping terpenuhinya hobi dia menonton film-film
klassik. Bahkan Abdurrahman Wahid merasa lebih senang dengan sistem yang diterapkan
Universitas Baghdad, yang dalam beberapa segi dapat dikatakan lebih
berorientasi Eropa daripada sistem yang diterapkan Al-Azhar. Dan selama belajar
di Timur-Tengah inilah Abdurrahman Wahid menjadi ketua Persatuan Mahasiswa
Indonesia untuk Timur Tengah masa bakti 1964-1970.
Ditahun 1971, ia mampir ke Eropa dengan harapan memperoleh penempatan
disebuah universitas, tapi sayang sekali ternyata kualifikasi-kualifikasi
mahasiswa dari Timur Tengah tidak diakui di universitas-universitas Eropa.
Inilah yang memotivasi Abdurrahman Wahid pergi ke McGill University Kanada
untuk mempelajari kajian-kajian keislaman secara mendalam. Namun pada akhirnya
ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah terilhami berita-berita yang
menarik sekitar perkembangan dunia pesantren.
Tahun 1971 Abdurrahman Wahid kembali ke Indonesia, kembali ke dunia
pesantren. Dari tahun 1972 hingga 1974, ia menjadi dosen disamping Dekan
Fakultas Ushuluddin Universitas Hasjim Asj'ari Jombang. Kemudian tahun 1974
sampai 1980 menjadi sekretaris Umum Pesantren Tebuireng, jombang. Selama
periode inilah secara teratur ia semakin terlibat dalam kepengurusan NU dengan
menjabat Khatib Awal PB Syuriah NU sejak tahun 1979.
Sejak kepindahannya ke Jakarta pada tahun 1978, Abdurrahman Wahid menjadi
pengasuh Pesantren Ciganjur Jakarta Selatan. Ia juga terlibat banyak dalam
acara dan kegiatan di Jakarta termasuk menjadi tenaga pengajar pada program
training untuk pendeta Protestan. Disekitar pertengahan 1970-an secara
beraturan ia telah menjalin hubungan dengan Cak Nur dan Djohan Effendi, maka
saat ia pindah ke Jakarta pada tahun 1978 ia semakin intens bergabung dengan
teman-teman ini dalam rangkaian forum-forum akademik dan kelompok-kelompok
kajian. Sekalipun Abdurrahman Wahid tidak pernah mempunyai kesempatan belajar
dalam pendidikan ala Barat, namun sejak usia muda ia telah cukup banyak
menelaah bacaan-bacaan yang bersumber dari literatur Barat.
Bersamaan dengan itu, Abdurrahman Wahid juga memulai melibatkan dirinya
dikalangan intelektual yang lebih luas di Jakarta. Dari tahun 1982 hingga 1985,
ia menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, dan dua kali terpilih sebagai Ketua
Dewan Juri Festival Film Nasional. Penunjukkan dirinya untuk berkiprah di dunia
film, bagi tokoh dari dunia pesantren, seorang 'alim seperti Abdurrahman Wahid,
tentu saja sangat tidak lazim dan mengundang kontroversi.
Tahun 1980-1983 Abdurrahman Wahid dipilih sebagai salah satu seorang yang
turut serta memberikan pertimbangan atas penerima penghargaan Agha Khan Award
untuk arsitektur Islam di Indonesia. Dan sejak tahun 1994 ia menjadi penasehat
untuk Proyek Pembinaan Dialog Internasional untuk kajian-kajian Wawasan dan
Hukum Sekular di The Hague.
Pada bulan Desember 1984, Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Ketua Umum PB
Syuriah NU. Dengan terpilihnya ia, berarti berakhirlah pula jabatan dan masa
kepengurusan Idham Chalid sebagai ketua Umum. Seperti halnya tradisi NU, tidak
diragukan lagi bahwa ada unsur-unsur harapan yang mesianik dalam pemilihan
Abdurrahman Wahid ini dan ia ternyata berhasil memenuhi janjinya berhadapan
dengan perubahan. Upaya Abdurrahman Wahid mengembalikan NU sebagai organisasi
yang bergerak diwilayah sosio-keagamaan berhasil mencapai sasarannya dan ia pun
secara luas berhasil mencapai perubahan luar biasa dalam cara pandang NU.
Abdurrahman Wahid memperlihatkan bahwa demi keuntungan organissasi dan
masyarakat, Nu harus beralih dari kegiatan politik-kepartaian, tidak saja
berdasarkan pragmatisme, melainkan juga atas nama pluralisme. Tentu saja tidak
setiap orang dalam NU, bahkan tidak semua orang-orang luar yang mendukungnya
mengerti atau dapat memahami cara berfikir yang dikembangkan Abdurrahman Wahid
bahwa sektarianisme merupakan ancaman serius bagi keharmonisan masyarakat
Indonesia yang majemuk. Lebih jauh Abdurrahman Wahid berhasil membongkar cara
berfikir komunitas NU terhadap pluralisme bahkan sampai pada titik penghormatan
perihal keanekaragaman, khususnya dikalangan anak mudanya. Abdurrahman Wahid
juga berhasil dalam mempengaruhi masyarakat Indonesia secara lebih luas agar memaklumi
hubungan antara pluralisme dan demokrasi, sehingga lahir sebuah kedewasaan baru
bagi umat Islam ataupun masyarakat luas.
B. Gaya
Kepemimpinan Presiden Gus Dur
Gaya
kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah gaya kepemimpinan
Responsif-Akomodatif, yang berusaha untuk mengagregasikan semua kepentingan
yang beraneka ragam yang diharapkan dapat dijadikan menjadi satu kesepakatan
atau keputusan yang memihki keabsahan. Pelaksanaan dan keputusan-keputusan yang
telah ditetapkan diharapkan mampu menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana
di lapangan, karena merasa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan
atau kebijaksanaan.
Bisa juga
dikatakan gaya kepemimpinan Presiden Gus Dur dilihat dari kepribadiannya adalah
kepemimpinan yang kharismatis. Karisma berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“anugrah”. Kekuatan yang tidak bisa dijelaskan secara logika disebut kekuatan
karismatik, karismatik itu sendiri tidak dimiliki oleh setiap pemimpin namun
hanya sebahagian kecil yang mendapatkan karisma. Pemimpin karismatik
dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu karismatik visioner dan karismatik di masa
krisis.
Pemimpin
karismatik visioner mengaitkan kebutuhan dan target dari pengikutnya dengan targaet
atau tugas dari organisasi. Sementara tipe pemimpin karismatik di masa krisis
akan menunjukkan pengaruhnya ketika system harus menghadapi situasi dimana
pengetahuan, informasi, dan prosedur yang ada tidak mencukupi.
Pemimpin
karismatik juga memiliki nilai positif dan negatif sehingga untuk
mempertahankan karisma itu sangat berat apalagi ditengah era globalisasi ini.
Pemimpin karismatik mampu memainkan peran penting dalam menciptakan perubahan
sehingga pemimpin karisma itu lahir pada saat sebuah daerah/negara itu memiliki
krisis yang luar biasa dan muncullah sosok pemimpin yang memilik karisma yang
tinggi.
Pemimpin ini
biasanya lahir dari golongan Agamis yang mendapatkan pendidikan agama yang
tinggi dan juga mempunyai moralitas yang tinggi sehingga mempunyai kemampuan
yang luar biasa untuk manarik simpatik masyarakat. Daya tarik yang luar biasa
ini hanya dimiliki oleh pemimpin yang mempunyai karisma yang tinggi. Yang
diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar,
dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut
menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan
tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka
sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan
gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan
profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe
pemimpin karismatis.
Gus Dur juga memiliki tipe
personaliti kepemimpinan yaitu Tipe Influence (mempengaruhi):
Ciri-ciri tipe ini yang mudah terlihat adalah terlihat supel. Tipe ini memiliki
rasa humanisme dan humor yang bagus. Sangat optimis dalam menghadapi masalah.
Sangat bersemangat, enjoy the life , dan spontanitas.
C.
Kebijakan-Kebijakan Yang Di Buat Presiden Gus Dur Pada Masa Pemerintahannya
1) Bidang Politik
1. menentang rencana pencabutan Tap No XXV/MPRS/1966 tentang
pembubaran PKI yang juga dinyatakan sebagai partaiterlarang di seluruh wilayah
RI.
2. penundaan bantuan IMF
3. Membangun kembali citra Indonesia di luar negeri:-
Menyiapkan Program PR & "Marketing"- Menugaskan "Special
Envoys"
4. Kampanye HAM dan Demokrasi Indonesia:
memanfaatkanperkembangan kontemporer
2) Bidang
Ekonomi
1. Diberlakukannya otonomi daerah dan pembagian
keuangandaerah dengan pusat pada tahun 2001
2. Penajaman Visi Ekonomi
3. Rekonsiliasi dengan Lembaga Internasional (Bank
Dunia, IMF,ADB, Negara Donor)
4. Penajaman restrukturisasi Perbankan
5. Penajaman restrukturisasi BUMN
6. Penajaman restrukturisasi sektor riil
7. Realokasi subsidi: prioritas pada sektor rawan
krisis, termasukkesehatan
3) Bidang
pendidikan, sosial dan budaya
1. Penajaman program JPS Pendidikan dan
kesehatan:yakinkan wajib Belajar terlaksanadan gizi balita terpelihara
2. Membangun kembali rasa saling percaya antar
warganegara (social cohesiveness)
3. Penggalangan demonstrasi guru-guru Jawa Barat ke
DPR
4) Bidang Hukum
1. Membentuk Badan Reformasi Hukum:
2.Inventarisasi kasus-kasus korupsi "besar"
danpernyataan tindak lanjut penyelesaiannya
3. Penataan institusi penegakan hukum:
kepolisian,kejaksaan, lembaga peradilan: (struktur, personil,kompensasi, mekanisme
kerja, dsb.)
5) Bidang
militer
1. Solusi
penyelesaian konflik di AcehTanpa Kodam, 70.000 ribu tentaraorganik di Aceh
yangmelakukan operasi militer melaluiInpres No. 4 2000
D. Kelemahan dan Kelebihan Kepemimpinan Presiden Gus Dur
di Indonesia
1. Di
Bidang Politik
a. Kelebihan
:
1) Membentuk
Kabinet Persatuan Nasional
2) Sering
melakukan perjalanan luar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama dengan negara
lain, menarik investasi, menerima penghargaan, berobat, sekaligus menghadiri
bebagai forum dunia seperti forum ekonomi dunia atau pertemuan negara G-77.
3) Politik
Luar Negeri Yang Bebas Aktif
Dengan kunjungan keluar negeri sebenarnya merupakan pemborosan, akan tetapi
ini dilakukan untuk mengangkat citra Negara Indonesia. Akibat rezim Pak
Soeharto, citra Indonesia dikenal sebagai negara totaliter dengan tingkat
demokratisasi yang rendah. Untukmengatasi hal tersebut Presiden Gus Dur
melakukan kunjungan ke Negara Negara yang tergabung dalam ASEAN, Afrika, Eropa,
hingga Benua Amerika. Karena kunjungan ini politik politik bebas aktif begitu
kentara. Seringnya Presiden Gus Dur berkunjung ke luar negeri ini ternyata
mendapat respon positif dari dunia, bahkan membuka peluang kerjasama (terutama kerjasama
dalam bidang perdagangan).
4) Iklim
Politik Yang Demokratis
Semua tahu bahwa pada masa Gus Dur suasana demokratis mulai tampak
terwujud. Hal ini dapat terlihat dengan tindakan gusdur yaitu:
5) Penghapusan
peraturan yang merugikan kaum minoritas.
6) Pembubaran
instansi negara yang tak lagi efektif (departemen penerangan dan sosial) hengga
“niat” Gusdur ini membuka hubungan diplomati dengan Israel.
7) Kecenderungan
pemikiran Gusdur yang menghargai kebebasan idividu dan keberagaman (dasar dari demokrasi)
serta reformis.
8) Pada
masa Abdurrahman Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang keterbukaan
media. Gus Dur melikuidasi departemen penerangan, sehingga media massa lebih
leluasa melakukan aktivitasnya.
9) Gus
Dur terkenal dengan faham pluralismenya. Pada eranya lah kelompok minoritas
Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih besar, seperti dalam pengurusan dokumen
kependudukan dan penetapan Imlek sebagai hari libur nasional.
10) Sayang,
sistem dan pola pemerintahan Gus Dur tidak berjalan dengan baik. Terjadi
kegaduhan politik yang tidak perlu, sehingga stabilitas politik tidak terjaga.
11) Stabilitas
politik yang buruk menyebabkan stabilitas ekonomi berjalan pincang.
b. Kelemahan :
1) Presiden
Abdurahman Wahid sering melontarkan pernyataan-pernyataan kepada media yang
kerap memanaskan suhu politik Tanah Air. Hal tersebut menimbulkan keguncangan
situasi politik dalam negeri. Salah satunya yaitu soal reshuffle cabinet atau
desakan mundur terhadap sejumlah menteri.
2) Rendahnya
tingkat popularitas Gusdur
3) Masyarakat
kurang antusias dengan gaya pemerintahan Gusdur.
4) Dengan
beberapa keputusan yang kontroversial membuat gusdur bukan sosok yang populis.
Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasionalyang diakui kecemerlangannya.
Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis massa keagamann organisasi
Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai seorang
negarawan yang harus arif dalammembuat kebijakan, Gus Dur diragukan
kemampuannya.
5) Tak
Punya Basis Politik yang Kuat di Paremen (MPR/DPR)
6) Gus
Dur bukanlahtokoh dari partai yang memenangkan pemilu. Partai yang
mengusungnya saat itu (PKB), bukan partaidengansuara terbanyak.
7) Proses
terpilihnya Gus Dur punterbilang unik. Hasil dari lobby-lobby plitik
yang akhirnya membuat Gus Dur dipilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam
kabinet pemerintahan yang dibentuk oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh
semua partai tanpamelihat kesamaanplatform (visi/misi) dengan
dirinya.
8) Dengan
gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang
awalnya menunjukkan dukungan, sedikit demi sedikit menarik dukungannya. Simpati
berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur pun dilengserkan oleh MPR dan
“dipaksa” keluar dari Istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos
singlet.
2. Di
Bidang Ekonomi
a. Kelebihan
:
1) Memberi
kebebasan seluas-luasnya kepada setiap suku terutama Tionghoa yang notabenenya
banyak berkecimpung di bidang ekonomi dengan seluas-luasnya.
2) Berani
bersikap dan tegas juga pada sector-sektor ekonomi
b. Kelemahan
:
1) Keterbatasan
fisik sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini kurang maksimal yang
berimbas pada bidang ekonomi.
2) Seringnya
melakukan perjalanan luar negeri sehingga dianggap menghamburkan APBN.
3. Di
Bidang Sosial
a. Kelebihan
:
Dapat menciptakan kehidupan rukun antar umat beragama dan antar suku di
Indonesia.
b. Kelemahan
:
Ada banyak pengangguran di Indonesia sekitar 13,7 juta penganggur.
4. Di
Bidang Budaya
a. Kelebihan
:
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antar umat beragama, Gus
Dur memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Hak tersebut
dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu :
1) Keputusan
Presiden No.6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama Konghucu.
Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya Keppres No.6
dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar budayanya secara
terbuka misalnya pertunjukan barongsai.
2) Menetapkan
Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga menjadi hari libur
nasional.
b. Kelemahan
:
Kerusuhan antar etnis terus berlanjut. Kerusuhan terutama berbahaya adalah
pembunuhan antara umat Islam dan Kristen di Maluku yang menewaskan lebih dari
seribu orang sepanjang tahun 1999.
5. Di
Bidang Pertahanan dan Keamanan
a. Kelebihan
:
1) Pada
Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman
dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar
persetujuan. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang
melarang Marxisme-Leninisme dicabut.
2) Gus
Dur memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan
bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi
pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel
militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur
mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman
Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan
nama Papua.
b. Kelemahan
:
Akibat restrukturisasi lembaga pemerintahan menyebabkan kondisi politik
yang tidak stabil atau sering terjadi pertentangan antar partai bahkan
pertentangan intern partai.
6. Di
Bidang Ideologi
Ideologi yang ada pada masa pemerintahan Gus Dur menggunakan Ideologi Pancasila.
E. Keberhasilan dan Kegagalan Masa Kepemimpinan Presiden Gus
Dur
Meskipun
memimpin kurang lebih 2 tahun tepatnya 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001, Gus
Dur telah menuai keberhasilan pada masany namun juga mengalami kegagalan dalam pemerintahannya
di Indonesia.
1. Keberhasilan
a. Politik
Luar Negeri yang Bebas Aktif
Mampu
memperbaiki citra Indonesia di mata negara-negara lain dengan melalui kunjungan
ke luar negeri dan sekaligus membuka peluang kerjasama.
b. Iklim
Politik yang Demokratis
Telah
membawa Indonesia ke dalam taraf demokratisasi yang lebih baik lagi melalui
perdamaianny dengan Israel.
2. Kegagalan
a. Rendahnya
Tingkat Popularitas Gus Dur
Dengan
beberapa keputusannya yang kontroversial (menuai banyak kritik), membuat Gus
Dur buka sosok yang populis. Bahkan ketika masa 100 hari pemerintahannya pun,
tingkat popularitas Gus Dur sudah melorot jauh dari tingkat sebelumnya.
Sebagian
kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasional yang diakui kecermelangannya.
Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis masa keagamaan organisasi
Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai seorang
negarawan yang harus arif dalam membuat kebijakan, Gus Dur siragukan
kemampuannya.
b. Tidak
Memiliki Basis Politik yang Kuat di Parlemen (MPR/DPR)
Gus Dur
bukanlah tokoh dari partai yang memenagkan pemilu. Partai yan mengusungnya pada
saat itu ( PKB), bukan partai dengan suara terbanyak.
Proses terpilihnya Gus Dur adalah
hasil dari lobby-lobby politik yang akhirnya membuat Gus Dur terpilih sebagai
presiden. Akibatnya, dalam kabinet pemerintahan yang di bentuk oleh Gus Dur, ia
“terpaksa” merengkuh semua partai tanpa melihat kesamaan platform (visi/misi)
dengan dirinya.
Dengan gaya Gus Dur yang
ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya menunjukan dukungan. Simpati
berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur dilengserkan oleh MPR dan
“dipaksa” keluar dari istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos
singlet.
F. Lengsernya
Abdurrahman Wahid ( Gus Dur)dari Kursi Kepresidenan
Belum tuntas
mengatasi persoalan ORBA, pemerintahan Gus Dur dihadapkan pada persoalan –
persoalan kebijakannya yang dinilai banyak kalangan sangat controversial.
Adapun kebijakan – kebijakan tersebut antara lain :
a) Pemberhentian Kapolri
Jendral (pol.) Roesmanhadi yang dinilai tidak mampu mengantisipasi terjadinya
pembakaran sekolah Kristen STT Doulos.
b) Pemberhentian Kapuspen
Hankam Mayjen. TNI Sudrajat yang diganti dengan Marsekal Muda TNI Graito dari TNI
AU. Pemberhentian tersebut dilatarbelakangi oleh pernyataan Mayjen. Sudrajat
bahwa Presiden bukan Panglima Tinggi TNI.
c) Pemberhentian Wiranto
sebagai Menkopolkam yang dilatarbelakangi hubungan yang tidak harmonis antara
Wiranto dan Presiden K.H Abdurrahman wahid. Ketidakharmonisan itu muncul ketika
presiden mengizinkan dibentuknya Komisi Penyelidik Pelanggaran (KPP) HAM untuk
menyelidiki para jendral termasuk Wiranto dalam kasus pelanggaran HAM di Timor
Timur. Kemudian pada tanggal 13 Februari 2000 presiden mengeluarkan perintah
untuk menonaktifkan Wiranto dari jabatan Menkopolkam.
d) Mengeluarkan pengumuman
tentang adanya menteri - menteri Kabinet Persatuan Nasional yang terlibat KKN.
e) Gus Dur juga ingin
mengadakan referendum Aceh, untuk memilih merdeka atau bergabung dengan RI.
Namun hal ini dibantah oleh pemerintah Karena bila diadakan jajak pendapat,
maka kemungkinan besar raykat aceh akan memilih untuk merdeka. Lalu Gus Dur
mengurungkan niatnya, dan hal ini membuat rakyat Aceh kecewa hingga dibentuklah
Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
f) Pada akhir 1999 presiden
menyetujui nama Papua sebagai ganti Irian Jaya dan menyetujui pengibaran
Bendera Bintang Kejora sebagai bendera Papua.
Dalam suasana sikap pro dan
kontra masyarakat atas kepemimpinan presiden K.H Abdurrahman Wahid muncul kasus
Bulog Gate dan Brunei Gate.
Bulog Gate
Kasus
Buloggate begitu terkenal karena sering kali menjerat petinggi-petingggi
negara. Kasus-kasus yang melibatkan nama Badan Urusan Logistik (Bulog) serta
jajaran pimpinannya sejak lama sudah mengemuka. Kasus ini melibatkan Yanatera
(Yayasan Bina Sejahtera) Bulog yang dikelola oleh mantan Wakabulog Sapuan.
Sapuan akhirnya divonis 2 tahun penjara dan terbuksi bersalah menggelapkan dana
non bujeter Bulog sebesar 35 milyar rupiah.
Keterlibatan
Presiden Gus Dur sendiri baru terungkap secara terbatas, yaitu adanya pertemuan
antara Presiden dan Sapuan (Wakil Kepala Bulog) di Istana. Dalam pertemuan itu,
Presiden menanyakan dana nonbudgeter Bulog dan kemungkinan pengunaannya. Sapuan
mengatakan, dana nonbudgeter itu ada, tetapi penggunaannya harus melalui
keppres (keputusan presiden). Keterlibatan Gus Dur baru terungkap sebatas itu.
Memang dalam kasus ini terlihat kental sekali nuansa politik dari pada
persoalan hukum itu sendiri.
Brunei Gate
Brunei gate
adalah kasus penyaluran dana Sultan Brunei yang diserahkan kepada
pengusaha yang dekat dengan Presiden Wahid, yaitu Ario Wowor.
Keterlibatan Presiden Wahid dalam kasus itu, kata Bactiar tentu saja ada. Namun
tidak ada keterlibatan Presiden meminta dana ke Brunei. ”Gus Dur hanya memberi
pertimbangan kepada Ario Wowor tentang pendistribusian dana. saat itu memang
Ario melaporkan kepada Presiden tentang dana yang diperolehnya dari Brunei.
“Ketika itu Gus Dur bilang, Ya sudah, berikan saja ke Masnuh untuk dibagikan
kembali ke LSM yang membutuhkan,” Selain itu kedutaan Besar Brunei di Indonesia
telah menyatakan dana Rp 2 juta dolar adalah uang pribadi Sultan, dan bukan
uang negara. Kejakgung saat itu sudah menyimpulkan tak ada keterlibatan Presiden
Gus Dur
Walaupun
tidak terbukti melalui pengadilan, skandal ini mengakibatkan kredibilitas
rakyat terhadap presiden semakin turun. Serta perekonomian yang tidak
berkembang meskipun mempunyai ahli ekonomi yang handal. Karena Gus Dur
sibuk pergi ke luar negeri.
Puncak
kekecewaan DPR dibuktikan dengan dikeluarkannya memorandum I untuk presiden
pada tanggal 1 Februari 2001. Namun beliau tidak hadir dalam siding tersebut.
Karena DPR dianggap sebagai Taman Kanak-Kanak (TK).Kemudian DPR kesal dan
kembali mengeluarkan memorandum II pada tanggal 30 April 2001. Namun hal ini
tidak jauh beda dengan memorandum sebelumnya. Akhirnya Presiden datang tetapi
tidak untuk berniat untuk melakukan sidang tersebut (hanya sekedar datang lalu
pulang).
Sikap MPR justru semakin tegas saat Gusdur secara sepihak mengganti Kapolri
Koirudin Ismail menggantikan Suruyo Bimantoro, karena tidak sependapat dengan
Gusdur. Seharusnya Gusdur meminta pendapat DPR, oleh karena itu DPR merasa
dilecehkan oleh presiden dan meminta MPR untuk bertindak tegas melaksanakan
sidang istimewa. Namun presiden menolak rencana tsb dan menyatakan sidang
istimewa MPR tidak sah dan ilegal.
Di lain pihak pimpinan partai politik lima besar pemenang pemilu minus PKB
mulai mendekati dan mendorong wapres megawati untuk menjadi presiden. Oleh
karena itu gusdur menengarai adanya persengkokolan oleh para elit politik untuk
menjatuhkanya. Akhirnya presiden mengeluarkan dekrit presiden meski tidak
mendapatkan dukungan yg penuh dari kabinetnya. Dekrit presiden tanggal 23 juli
2001 yg berisi :
1. Membekukan MPR dan DPR RI
2. Mengembalikan kedaulatan ke
tangan rakyat dan menyusun badan – badan untuk menyelenggarakan Pemiludalam
waktu satu tahun
3. Membekukan partai Golkar
Amien Rais
selaku Ketua MPR menolak secara tegas dekret tersebut, dan ternyata dekret
tersebut hanya didukung oleh NU dan PKB. Namun hal ini juga tidak mendapat
dukungan dari TNI dan Polri.
Pemerintahan
Gus Dur Mulai runtuh dengan adanya Sidang istimewa yang dipercepat MPR oleh
usulan DPR. Dalam sidang tersebut MPR menilai Gus Dur telah melanggar Tap No.
VII/MPR/2000, karena menetapkan Komjen (pol) Chaeruddin sebagai pemangku
sementara jabatan kepala Polri.
Bangsa Indonesia menanggapi penuh dengan kebimbangan dan MPR menyatakan
bahwa dekrit itu tidak sah dan presiden dengan jelas melanggar haluan negara yg
diembannya. MPR yg didukung dengan Fatwamah MA langsung membacakan Fatwa tsb
dalam sidang istimewa MPR. Akhirnya MPR setuju untuk memberhentikan Presiden
Gusdur.
Selanjutnya
dalam Sidang Istimewa MPR tanggal 23 Juli 2001, MPR memilih Megawati
Soekarnoputri sebagai Presiden RI menggantikan Presiden K.H Abdurrahman Wahid
dan Hamzah Haz sebagai Wapres RI, maka berakhirlah kekuasaan Presiden K.H
Abdurrahman Wahid. Kini Beliau telah tiada dan dimakamkan di Pondok Pesantren
Tebu Ireng Jombang Jawa Timur.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pembahasan pada bab II dapat disimpulkan bahwa Abdurahman Wahid (Gus Dur)
adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang
Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan
“darah biru”. Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari,
pendiri jam’iytah Nahdlatul Ulama (NU) organisasi masa Islam terbesar di
Indonesia dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah
adalah putri pendiri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri.
Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais ‘Aam
PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian Gus Dur merupakan cucu
dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesia.
Gaya
kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah gaya kepemimpinan
Responsif-Akomodatif, yang berusaha untuk mengagregasikan semua kepentingan
yang beraneka ragam yang diharapkan dapat dijadikan menjadi satu kesepakatan
atau keputusan yang memihki keabsahan.
Pada masa
pemerintahannya tentu saja banyak kelebihan maupun kekurangan dari kepemimpinan
Abdurahman Wahid (Gus Dur) ini selama menjabat sebagai presiden RI.
B. SARAN
Ideologi
Pancasila hendaknya tetap dipertahankan di Negara Indonesia ini demi persatuan
dan kesatuan Negara Indonesia ini. Semua kelebihan yang ada dalam masa
pemerintahan Gus Dur hendaknya dapat tetap dijalankan dan dipertahankan di
Indonesia. Agar Negara Indonesia menjadi negara yang maju dan juga dapat
bersaing dengan Negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar