Rabu, 25 Januari 2017

BUDAYA KUALITAS & INOVASI DAN KREATIVITAS

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah orgnisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di organisasi terseebut.
Dalam suatu organisasi di usahakan tetap mempertahankan kualits daripada produk yng dihasilkannya. Untuk itu dalam suatu organisasi harus dapat mempertahankan buadaya kualitas yang telah berkembang untuk meningkatkan produksi. Perusahaan-perusahaan Indonesia sebenarnya telah lama menyadari pentingnya kualitas produk. Hal itu terbukti dengan penerapan manajemen mutu atau Total Quality Manajemen yang sudah semakin meluas. Menurut Adebanjo dan Kehoe (1999) ada persetujuan umum bahwa walaupun budaya adalah unik untuk masing-masing organisasi,
Seiring perubahan lingkungan bisnis yang semakin ketat, kreativitas dan inovasi telah menjadi kegiatan yang utama dan rutin bagi perusahaan, seperti halnya kegiatan pemasaran, keuangan, SDM, dan lainnya. Inovasi memegang peranan penting dalam rangka menyelaraskan kepentingan organisasi (visi, misi ,dan strategi) dengan lingkungan eksternal (pelanggan, masyarakat, dan lain-lain). Itulah sebabnya inovasi terus menerus menjadi kunci bagi keberhasilan dalam jangka panjang.

B.  RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini, sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari budaya kualitas?
2.      Apa saja mekanisme dalam melakukan perubahan budaya?
3.      Bagaimana dalam menerapkan program TQM dalam suatu organisasi?
4.      Apa pengertian dari inovasi dan kreativitas?
5.      Apa saja jenis dari inovasi itu?
6.      Bagaimana meningkatkan kreativitas?

C.  TUJUAN
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini, diharapkan agar pembaca dapat mengetahui:
1.    Definisi budaya kualitas
2.    Mekanisme dalam melakukan perubahan budaya
3.    Penerapan program TQM dalam organisasi
4.    Definisi inovasi dan kreativitas
5.    Jenis-jenis inovasi
6.    Cara meningkatkan kreativitas

7.     
BAB II
PEMBAHASAN

A.  BUDAYA KUALITAS
       Praktik manajemen yang  didasarkan pada teori Deming (1986), Crosby (1979), dan Ishikawa (1985) mendapatkan tempat yang tinggi di perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Bagaimana setelah sekitar dua puluh tahun dipraktiakkan, efektivitas praktik tersebut mulai dipertanyakan.
       Pendapat yang menyatakan bahwa Total Quality Management banyak mengalami kegagalan dalam meningkatkan daya saing perusahaan dan peningkatan kualitas anatara lain adalah A.T Kearney. Pendapat sebaliknya, menyatkan bahwa Total Quality Management efektif dalam meningkatkan kualitas produk.
       Perusahaan-perusahaan Indonesia sebenarnya telah lama menyadari pentingnya kualitas produk. Hal itu terbukti dengan penerapan manajemen mutu atau Total Quality Manajemen yang sudah semakin meluas. Menurut Adebanjo dan Kehoe (1999) ada persetujuan umum bahwa walaupun budaya adalah unik untuk masing-masing organisasi, elemen-elemen tertentu dalam kualitas total dapat mendefinisikan budaya kualitas. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Fokus Konsumen. Pemahaman terhadap kebutuhan saat ini dan masa mendatang dan arus memenuhi persyaratan konsumen dan berusaha keras untuk memberikannya melebihi harapan konsumen.
2.      Meneliti dan memahami kebutuhan dan harapan konsumen.
3.      Meyakinkan bahwa sasaran organisasi terkait erat dengan kebutuhan dan harapan konsumen.
4.      Mengomunikasikan kebutuhan dan harapan konsumen kepada semua anggota organisasi.
5.      Mengukur kepuasaan konsumen dan bertindak atas dasar hasil.
6.      Mengelola secara sistematik hubungan denngan konsumen.
7.      Mendorong konsumen menunjukkan keluhannya dan menempatkannya sebagai prioritas utama.
8.      Mempunyai data dan informasi tentang konsumen.
9.      Memberikan jaminan produk purna jual.

1.        PEMAHAMAN BUDAYA KUALITAS
Budaya mengandung berbagai aspek pokok, seperti berikut:
a.    Budaya merupakan konstruksi sosial unsur-unsur budaya, seperti nilai-nilai, keyakinan dan pemahaman, yang dianut oleh semua anggota kelompok.
b.    Budaya memberikan tuntutan bagi para anggotanya dalam memahami suatu kejadian.
c.    Budaya berisi kebiasaan.
d.    Dalam suatu budaya mengarahkan perilaku.
e.    Budaya masing-masing organisasi bersifat unik.
Budaya kualitas adalah sistem nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus-menerus (Goetsch dan Davis, 1994). Karakteristik umum organisasi yang memiliki kualitas adalah sebagai berikut:
a.    Perilaku sesuai dengan slogan.
b.    Masukan dari pelanggan secara aktif diminta dan digunkan untuk meningkatkan kualitas secara terus-menerus.
c.    Para karyawan dilibatkan dan diberdayakan.
d.    Pekerjaan dilakukan dalam suatu tim.
e.    Manajer tingkat eksekutif diikutsertakan dan dilibatkan tanggung jawab kualitas tidak didelegasikan.
f.      Sumber daya yang memadai disedikana di mana pun dan kapan pun dibutuhkan untuk menjamin perbaikan kualitas secara terus-menerus.
g.    Pendidikan dan pelatihan diadakan agar para karyawan pada semua tingkat memiliki pengethauan dan keterampilan yanng dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas scara terus-menerus.
h.    Sistem penghargaan dan promosi didasrkan pada kontribusi terhadap perbaikan kualitas secara terus-menerus.
i.      Rekan kerja dipandang sebagai pelanggan internal.
j.      Pemasok diperlukan sebagai mitra kerja.

2.        MEKANISME PERUBAHAN BUDAYA
No.
Fokus
Dari Budaya Tradisional
Manajemen Budaya Kualitas
1.
Rencana
Anggaran Jangka Pendek
Isu-isu strategi masa depan
2.
Organisasi
Hierarki berdasarkan rantai komando
Partisipasi dan pemberdayaan karyawan
3.
Pengendalian
Laporan varian
Ukuran dan informasi kualitas untuk self-control
4.
Komunikasi
Top-Down
Top-down, dan bottom-up
5.
Keputusan
Manajemen krisis
Perubahan yang terencana
6.
Manajemen Fungsional
Parochial, kompetitif
Cross-function, integratif
7.
Manajemen Kualitas
Fizing atau one-shot manufacturing
Preventif dan berkelanjutan semua fungsi dan kualitas

Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam melakukan perubahan budaya, yaitu sebagai berikut:
a.       Pahamilah sejarah terciptannya budaya yang sudah ada.
b.      Jangan memusuhi sistem yang sudah ada, tetapi perbaikilah.
c.       Bersiaplah untuk mendengarkan dan mengamati.
d.      Lihatkanlah setiap orang yang dipengaruhi oleh perubahan.

3.        PENERAPAN TQM
Dengan menerapkan TQM, perusahaan diharapkan akan dapat meningkatkan kepuasaan konsumen melalui perbaikan kualitas produk atau jasa dan meningkatkan kepuasaan karyawan.
TQM merupakan sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, filosofi yang didesain untuk menciptakan budaya perusahaan yang memiliki fokus terhadap konsumen, melibatkan partisipasi aktif pekerja, dan perbaikan kualitas terus menerus dengan tujuan agar sesuai dengan harapan konsumen.
Meskipun TQM menjanjikan keberhasilan bagi organisasi yang gagal menerapkan TQM, Kegagalan organisasi dalam menerapkan TQM, bukan disebabkan oleh filosofi TQM-nya yang salah tetapi disebabkan kesalahan pada metode dan strategi penerapannya (Dobbin, 1995).
Mendasarkan pada fenomena bahwa terdapat perusahaan yang mengalami kegagalan dalam penerapan TQM, tulisan ini dimaksudkan untuk mencoba menelaah kendala-kendala perusahaan dalam penerapan TQM.
1.    Kajian Total Quality Management
Menurut Lewis dan Smith (1994) terdapat empat pilar dasar penerapan TQM, yaitu:
a.    Kepuasan Konsumen
b.    Perbaikan terus-menerus
c.    Hormat/respek terhadap setiap orang
d.    Manajemen berdasarkan fakta

2.    Elemen-elemen Pendukung TQM
        Untuk mendukung penerapan TQM, terdapat sepuluh elemen-elemen pendukung yang harus diperhatikan perusahaan (Goetch dan Dawis, 1994), yaitu:
a.    Fokus pada pelanggan
b.    Obsesi terhadap kualitas
c.    Pendekatan ilmiah
d.    Komitmen jangka panjang
e.    Kerja sama tim
f.      Perbaika sistem secara berkesinambungan
g.    Pendidikan dan latihan
h.    Kebebasan yang terkendali
i.      Kesatuan tujuan
j.      Adanya keterlibatan dan pemberdayaan pekerja
Creech (1996) ,emyatakan bahwa agar penerapan TQM berhasil, empat kriteria berikut harus dipenuhi perusahaan, yaitu:
1.    Harus didasarkan atas kesadaran terhadap pentingnya kualitas.
2.    Harus memiliki sifat kemanusiaan yang kuat yang tercermin pada cara pekerja diperlukan, diikutsertakan, dan diberi inspirasi.
3.    Harus didasarkan pada pendekatan desntralisasi dengan memberikan pemberdayaan dan ketertiban para pekerja pada semua level.
4.    Harus dilaksanakan secara menyeluruh yang melibatkan seluruh elemen perusahaan.
Perbedaan TQM dengan Metode Manajemen Lain
Perkembangan dan Difusi dan Metode Manajemen Lainnya
No.
Sumber
TQM
Manajemen Lainnya
1.
Asal Inovasi
Teori statistik, analisis sampling, dan varian
Sosial, ekonomi mikro, psikologi, dan sosiologi
2.
Sumber Inovasi
Insinyur industri dan fisikawan yang bekerja di sektor industri dan lembaga pemerintah
Sekolah bisnis terkemua dan perusahaan konsultan manajemn
3.
Asal Negara Kelahiran
Dikembangkan di USA, kemudian ditransfer ke Jepang dan menyebar ke Amerika Utara dan Eropa
Berasal dari USA kemudian ditransfer secara internasional
4.
Proses Penyebaran
Populasi: perusahaan-perusahaan kecil dan manajer madya berperan menonjol
Hierarki: dari perusahaan besar terkemuka ke perusahaan-perusahaan kecil dari manajemen puncak ke manajemen di bawahnya

Perbandingan Model TQM dengan Model Lain
No.
Dimensi
Model Mekanistik
Model Organik
Model Budaya
Model TQM
1.
Tujuan
Efisiensi
Kelangsungan hidup
Pengembangan manusia
Perbaikan kualitas
2.
Definisi Kualitas
Sesuai standar
Kepuasan konsumen
Kepuasaan berkelanjutan
Kepuasan konsumen
3.
Peran Linkungan
Sistem tertutup
Sistem terbuka
Boundary tergantung hubungan yang dibuat
Batas yang kabur antara oranng dan lingkungan
4.
Peran Manajer
Koordinator dan pengawas
Koordinator dan pengawas
Koordinator dan mediator
Pencipta sistem kualitas
5.
Peran Karyawan
Pasif
Reaktif
Aktif
Diberdayakan
6.
Struktur
Rantai
Aliran Proses
Mutual adjusment
Proses harizontal melibatkan pemasok dan konsumen

Penelitian yang dilakukan Saraph, et al. (1993) memperoleh hasil bahwa terdapat 8 faktor kritis yang mendukung praktik manajemen kualitas, yaitu:
1.    Peran kepemimpinan dan kebijakan kualitas,
2.    Peran departemen kualitas,
3.    Pelatihan,
4.    Desain produk/jasa,
5.    Manajemen kualitas pemasok,
6.    Manajemen proses,
7.    Data dan laporan yang berkualitas, dan
8.    Hubungan pekerjaan.

3.    Kendala-kendala Penerapan TQM
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 17 faktor yang menjadi kendala potensial penerapan TQM, dab terangkum ke dalam 4 kelompok, yaitu:
1.    Kendala pekerja dan budaya, meliputi kesulitan dalam mengubah budaya kualitas dari pkerja dan manajemen, rasa takut, dan resistensi terhadap perubahan, kurangnya komitmen dan keterlibatan para pekerja dalam perbaikan kualitas, dan para pekerja kurang memiliki rasa percaya diri dalam program perbaikan kualitas.
2.    Kendala infastruktur, meliputi kurangnya pemahaman dan pengetahuan paara pekerja dan manajemen terhadap sistem manajemen kualitas, kurang adanya sistem umpan balik pelanggan/konsumen, pelatihan dan pendidikan kualitas yang kurang memadai, dan kurangnya keahlian menyangkut manajemen kualitas.
3.    Kendala manajerial, meliputi kurangnya komitmen top maanajer, tidak ada visi dan misi yang tepat, tingginya tingkat pergantian eksekutif kunci, dan kurangnya sikap kepemimpinan.
4.    Kendala organisasional, meliputi jaringan komunikasi internal dan ekternal yang kurang efektif. Kurangnya kerjasama antar bagian, dan penetapan sasaran organisasi yang tidak tepat.
Suwarjuwono (1996) disebutkan beberapa studi telah dilakukan untuk mengetahui penyebab  kegagalan penerapan TQM, anatara lain dilakukan oleh Shaw, et al. (1995) telah melakukan studi tentang kegagalan penerapan TQM pada Strong Memorial Hospital di Rochester. Mereka menyimpulkan terdapat 8 hal sebagai penyebab kegagaglan tersebut:
1.    Pemebentukan tim yang keliru. Tim yang dibentuk tidak memiliki komitmen terhadap tujuan TQM.
2.    Tujuan pembentukan tim yang kurang jelas.
3.    Seringnya terjadi penggantian anggota Tim, padahal penggantinya tidak pernah mengikuti pelatihan TQM.
4.    Kurangnya pemahaman tentang TQM.
5.    Komunikasi antara anggota tim yang tidak lancar.
6.    Identifikasi masalah tidak dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip TQM.
7.    Prinsip-prinsip TQM tidak dilaksanakan secara menyeluruh pada semua lapisan manajemen.
8.    Pimpinan puncak menghendaki pemecahan masalah yang cepat, tanpa proses yang bertele-tele.

B.  INOVASI DAN KREATIVITAS
Seiring perubahan lingkungan bisnis yang semakin ketat, kreativitas dan inovasi telah menjadi kegiatan yang utama dan rutin bagi perusahaan, seperti halnya kegiatan pemasaran, keuangan, SDM, dan lainnya. Inovasi memegang peranan penting dalam rangka menyelaraskan kepentingan organisasi (visi, misi ,dan strategi) dengan lingkungan eksternal (pelanggan, masyarakat, dan lain-lain). Itulah sebabnya inovasi terus menerus menjadi kunci bagi keberhasilan dalam jangka panjang.
Heerwagen (dalam Bake, 2004) menyatakan bahwa meskipun kreativitas dan inovasi merupakan konsep kembar yang terkait satu sama lain, namunseringkali dikaji secara terpisah dengan menggunakan metodelogi dan model yang berbeda. Kreativitas pada mulanya merupakan bidang kajian psikologi yang terfokus pada individu dan kelompok kecil, sementara inovasi merupakan fokus kajian sosiolog, ekonomi, dan pakar lainnya yang menggunakan perspektif sistem.
Meskipun pemisahan tidak menguntungkan karena kreativitas mewakili aspek perubahan orgabisasi yang membuka kunci untuk memahami fenomena perubahan, efektivitas dan kelangsungan hidup, organisasi, namun perlu melakukan pemisahan agar fokus pembahasan ini jelas dan dapat menunjukkan perbedaan karakteriatik kreativitas dan inovasi.
Orang inovatif memerlukan pola pemikiran tertentu dalam mengarahkan proses yang dilakukan agar mengarah pada inovasi yang berhasil, yaitu: (1) melahirkan gagasan; (2) menyampaikan hal yang signifikan; (3) menjual gagasan secara efektif; (4) merencakan proses perkembangan; dan (5) mengatasi berbagai rintangan (waktu, uang, relevansi).
Mostert dan Frijling (2003), menyatakan bahwa kreativitas menunjukkan peranan yang semakin meningkat dalam organisasi karena kreativitas mendasar arus inovasi secara terus menerus.

1.      PENGERTIAN INOVASI
Konsep inovasi akan berbeda pengertiannya menurut perspektif dan jeis organisasinya. Beberapa pakar menekankan inovasi pada segi kebaruan, termasuk penilaian menjadi sesuatu yang baru dilakukan oleh anggota organisasi. Sebagaimana diketahui, inovasi dikenal secara luas sebagai tujuan utama kegiatan ekonomi, oleh karena itu inovasi telah menjadi instrumen utama untuk mencapai dan melestarikan keunggulan daya saing.
Quinn (1996), menegaskan bahwa inovasi terdiri dari proses teknologis, manajerial dan sosial, dimana gagasan atau konsep baru pertama kali diperkenalkan untuk dipraktikan dalam suatu kultur. Ada pula yang berpendapat bahwa inovsi adalah adopsi awal dari gagasan-gagasan baru (Rogers dan Kim, 1985). Inovasi disamakan dengan perbaikan-perbaikan dan perubahan-perubahan mendasar namun bukan perubahan revolusioner (Merrit, 1984).
West (2000) inovasi adalah pengenalan cara baru yang lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal ditempat kerja. Inovasi tidak mengisyaratkan pembaruan secara absolut dan perubahan bisa dipandang sebagai suatu inovasi jika perubahan tersebut dianggap baru seorang, kelompok, atau organisasi yang memperkenalkannya.
Salah satu penentu utama inovasi adalah tantangan dalam lingkungan organisasi, karena organisasi inovatif memberi tekanan kuat pada kualitas, dan dukungan managerial untuk inovasi dan sangat menentukan apabila seluruh individu ingin mengembangkan dan mengimplementasikan ide mengenai cara-cara baru yang lebih baik dalammengerjakan berbagai hal.
Draft (1992) memandang proses inovasi sebagai proses yang melibatkan lima tahap, yaitu sebagai berikut:
1.      Kebutuhan: suatu kesenjangan kinerja dikenali dan alternatif inovasi dipertimbangkan.
2.      Ide: suatu ide cara kerja baru yang lebih baik diketengahkan. Ide ini kemudian disesuaikan dengan kebutuhan.
3.      Adopsi: terjadi ketika para pembuat keputusan mendukung implementasi ide yang diajukan.
4.      Implementasi: terjadi ketika anggota organisasi mulai menggunakan ide, teknik, atau proses baru tersebut pada praktik , dalam pekerjaan mereka.
5.      Sumber-sumber:  energi manusia dan kegiatan diperlukan untuk menghasilkan perubahan.
Selanjutkan inovasi dapat dinilai dari besar kecilnya inovasi dan pengaruh yang mungkin ditimbulkannya. Semakin besar inovasinya, maka semakin besar pula perubahan, konflik, dan ancaman pada posisi masing-masing dalam individu.
Pemanfaatan peluang inovatif secara sistematis dan bertujuan dimulai dari analisis sumber-sumber peluang. Tergantung pada konteksnya,sumber-sumber peluang ini memiliki tingkay kegunaan yang berbeda pada waktu yang berbeda. Akan tetapi, apapun situasinya, para inovator harus menganalisis semua sumber-sumber peluang yang ada. Sama seperti kegiatan lainnya, inovasi merupakan  hasil kerja keras yang memerlukan pengetauan ingenuity. Apabila bakat,ingenuity, dan pengetahuan sudah tersedia maka yang diperlukan inovasi adalah kerja keras yang terfokus dan bertujuan. Sebaliknya, inovasi yang kompleks dan mencoba mentransformasi keseluruhan strategi bisnis seringkali tidak berhasil.
Kegagalan inovasi pada umumnya bersumber dari ketidak pedulian anggota organisasi pada inovasi itu sendiri. Pada level institusi, kegagalan inovasi disebabkan organisasi tidak memiliki orang yang tepat yang cocok untuk semua kondisi dan waktu untuk pencapaian inovasi itu sendiri. Selain itu, inovasi dipenaruhi juga oleh struktur, budaya, iklim kerja, dan lingkungan organisasi (termasuk pimpinan) untuk menempatkan inovasi sebagai mesin pendorong kinerja organisasi. Lebih dari itu, seringkali organisasi terasing dari lingkungannya. Padahal tidak jarang inovasi justru muncul karena dorongan faktor lingkungan. Organisasi gagal melakukan inovasi karena memiliki pandangan yang kaku terhadap organisasi sebagai entitas terpisahnya dari lingkungan.
Jadi inovasi memiliki makna yang luas termasuk kreativitas, konsepsi, adopsi, dan implementasi gagasan, dan pelayanan baru. Inovasi adalah proses konversi dari pengetahuan dan ide menjadi suatu hal yang baru.
2.      JENIS INOVASI
Inovasi dapat mengarah pada perubahan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan dan dapat pula mengarah pada perubahan dalam cara membuat dan menyampaikan produk. Inovasi jenis pertama sering disebut inovasi produk, sedangkan yang kedua disebut inovasi proses. Pada kenyataannya seringkali kedua jenis itu terbaur: sebuah inovasi produk baru terjadi bersamaan dengan inovasi proses dalam menciptakan dan menyampaikan produk baru itu. Sebuah konsekuensi logis bila produk baru tersebut memang belum pernah ada sebelumnya dan memanfaatkan teknologi yang berbeda dari yang sudah ada.
Inovasi Proses adalah kombinasi dari fasilitas, ketrampilan dan teknologi yaang digunakan untuk menghasilkan produk atau menyediakan proses layanan dengan cara yang berbeda lebih efktif dan efisien.
Inovasi Produk adalah suatu proses yang berusaha memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.
Apakah inovasi selalu terkait dengan teknologi? Ya, karena teknologi mengandung dua arti sekaligus; (1) alat teknis yang dikembangkan untuk memperbaiki kedaan sekelililng manusia; (2) pengetahuan dalam menggunakan peralatan dan mesin untuk mengerjakan tugas lebih efisien. Oleh karena itu, sebuah inovasitidak selalu diikuti dengan perubahan kondisi fisik misalnya, cara produksi yang dilakukan di Jepang yang dikenal “Learn Manufacturing”. ini adalah cara baru yang banyak diadopsi perusahaan-perusahaan di Barat dalam mengelola dan mengorganisasi mesin-mesin inti dan tahapan proses produksi. Cara-cara lama yang telah dipakai sejak Henry Ford berangsur diganti oleh cara Jepang ini. Bebepara ahli menyebutkan inovasi yang bersifat intangible ini sebagai administrasi atau inovasi manajerial.
Sellani (1994) mendefinisikan inovasi teknikal sebagai implementasi ide untuk suatu kebijakan baru, rekrutmen karyawan, alokasi sumber daya, menstrukturkan tugas, otoritas, dan balas jasa. Dalam penelitian, inovasi teknikal yang menjadi objek adalah Aplication Advanced Manufacturing (AMT) , sedangkan Advanced Cost Management (ACM) dijadikan objek dari inovasi administratif.
Perubahan dalam inovasi admnistratif tidak langsung terlihat namun mempengaruhi aktivitas kerja mendasar dalam organisasi. Misalnya, perubahan dalam kebijakan, aturan, tanggung jawab, proses administrasi, atau aktivitas rutin organisasi. Bahasan mengenai inovasi dalam banyak artikel seringkali dikaitkan dengan persaingan atau secara implisit sebuah inovasi haruslah berdampak pada keunggulan strategis. Dari sisi ini kita dapat melihat inovasi mengambil beberapa bentuk sesuai dengan keunggulan yang tercipta.
Bagaimana Berinovasi
Tidak semua perusahaan melakukan inovasi dan tidak semua inovasi sukses dipasaran. Apakah keberhasilan inovasi merupakan kebetulan? Dapatkah perusahaan merencanakan inovasi. Untuk menjawab pertnyaan itu tampaknya harus dilihat dari bagaimana sebuah inovasi dalam industri dipandang. Paling tidak ada 3 pemikiran.
Aliran ekonomi klasik dan neoklasik dipandang sebagai tindakan rasional invidu sebagai agen ekonomi yang turut mempengaruhi kesseimbangan permintaan dan penawaran pada tingkat makro. Berbeda dengan ekonomi klasik, aliran neoklasik mempertimbangkan pertumbuhan dinamis dengan memasukan unsur tindakan individu sebagai variabel yang mempengaruhi efisiensi produksi, sehingga dapat dikatakan mempengaruhi posisi dan bentuk kurva produksi. Inovasi merupakan hal penting untuk memperoleh kekuatan memonopoli dan memperoleh keuntungan lebih dari normal. Dengan demikian, inovasi dipandang sebagi tindakan rasional dan terencana.
Kedua aliran ekonomi evolusioner, inovasi dilihat dengan cara yang sama dengan aliran klasik dan neoklasik namun inovasi tidak lagi dianggap sebagai faktor eksogenus namun dimasukkan kedalam sistem ekonomi. pertumbuhan ekonomi dijelaskan sebagai proses dinamis yang terjadi akibat adanya inovasi ilmiah dan teknologi dan peran yang dimainkan oleh enterpreneur. Individu tidak lagi dianggap agen yang hitung-hitungan dan rasional tetapi digambarkan menggunakan intuisi dan pandangan kewirusahaan. Berbeda pula dengan aliran neoklasik, dinamisme pertumbuhan ekonomi bukan bergerak menuju ke keseimbangan namun jutru merupakan proses menciptakan ketidakseimbangan yang mendorong. Inovasi terjadi menghasilkan ketidakseimbangan yang mendorong individu dan organisasi terus beradaptasi untuk bisa betahan hidup.
Ketiga, teori proses respons kompleks. Melihat pada pengalaman sesungguhnya, proses inovasi yang terjadi tidak sepenuhnya bisa diterangkan sepenuhnya  oleh kedua aliran diatas. Karena itu, diajukan teori baru ini yang menekankan pada pentingnya pengelaman partisipatif sang innovator. Menurut teori ini, inovasi terjadi setelah adanya interaksi langsung antara satu orang dengan orang lain dalam bentuk percakapan. Interaksi antar orang lain dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar., menginterpretasi kenyataan, fakta, tanda-tanda di lapangan bukan dengan kerangka asumsi dan keyakinan yang selama ini sudah ada. Misalnya, mobil Amerika dahulu dibuat dengan asumsi bahwa tahan lama atau kuat adalah hal yang utama tanpa memedulikan konsumsi bahan bakar. Asumsi ini terbukti harus ditinggalkan ketika mobil Jepang muncul dengan penekanan pada hemat bahan bakar dan gaya.

3.      KREATIVITAS
Membicarakan kreativitas menyangkut akumulasi pengetahuan/informasi yang telah dimiliki seorang individu dan kemampuannya, untuk menggabungkan berbagai informasi tersebut sehingga terbentuk pengetahuan baru.
David Campbell (1986) mendefinisikan kreativitas sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil, dengan ciri inovatif, berguna, dan dapat dimengerti. Hampir mirip dengan definisi yang dipaparkan, James R. Evan (1991) menyatakan bahwa kreativitas adalah ketrampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subjek dari perspektif baru, dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.
Kekuatan kreativitas ini apabila dimiliki oleh seseorang atau kelompok orang: mereka mampu untuk mengembangkan suatu hal baru dari hal yang telah dimiliki, dan selanjutnya menggabungkan ha;-hal baru yang dimiliki itu satu sama lain untuk membentuk hal yang baru lagi; begitu seteusnya proses berlanjut. Berbagai pengetahuan baru akan mempu dikembangkan oleh seseorang atau sekelompok orang, bersifat unik, dan oleh karenanya sukar untuk ditiru, dan bermuara pada pembentukan kompetensi inti yang bersifat strategis, jelas merupakan peluang bagi pembentukan competitive advantage pemilik kelompok tersebut.
Pertanyaan paling mendasar kemudian adalah: apabila kreativitas memiliki kekuatan seperti itu, maka dalam rangka memperoleh competitive advantage tersebut apakah perlu perusahaan merekrut orang-orang kreatif sebagai staf perusahaan mereka, ataukah cukup mengembangkan kreativitas pegawai yang ada, apabila hal tersebut dapat dilakuakn, dan bagaimana mengelola mereka agar memberikan sumbangan maksimal pada proses transformasi usaha.
West (2000), mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang secara konsisten kreatif adalah sebagai berikut:
1.      Nilai-nilai intelektual dan artistik
2.      Ketertarikan pada kompleksitas
3.      Kepedulian pada pekerjaan dan pencapaian
4.      Ketekunan
5.      Pemikiran yang mandiri
6.      Otonom
7.      Kepercayaan diri
8.      Kesiapan mengambil resiko.
Studi kontemporer mengenai ini menunjukkan bahwa kebanyakan orang hanya menggunakan kurang dari 1% dari kapasitas otak yang dimiliki, dan menggunakannya dengan cara yang tidak disukai oleh otak mereka. Hal ini berarti bahwa untuk menjadikan orgnisasi kreatif tidak diperlukan perekrutan staf yang ada dengan memaksimalkan pendayagunaan kemampuan mereka melalui serangkaian proses manajemen SDM.
4.      KREATIVITAS DALAM ORGANISASI BELAJAR
Tak dapat disangkal lagi bahwa kreativitas memegang peran vital dalam organisasi belajar. Bagaimana menerjemahkan invention kedalam inovasi, dan selanjutnya mengaplikasikan dalam proses new product development, adalah persoalan penggunaan kreativitas bersama yang dimiliki sumber daya organisasi. Senge (1990), mengatakan organisasi pembelajaran tidak saja melakukan inovasi dalam output mereka (barang dan jasa yang diproduksi) melainkan juga inovasi pada sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, pembentukkan organisasi belajar membutuhkan proses yang terus menerus dalam pendayagunaan. Kreativitas individu dan transformasi proses kreativitas inidividu ini kedalam kreativitas bersama.
Keduanya, dimulai dengan perluasan knowledge base baik pada tingkat individu maupun organisasi. Hal ini berarti bahwa adanya budaya yang menghargai dan mendukung kreativitas, dan dilain sisi perhatian pada fasilitas untuk mengembangkan kreativitas baik dalam bentuk kesempatan belajar dalam rangka meningkatkan knowledge base maupun dalam bentuk penyediaan sarana penambah knowledge bas bukan hanya sampai pada tingkat akomodatif melainkan harus sampai pada tingkat kewajiban.

5.      MENINGKATKAN KREATIVITAS
Kreativitas hanya mungkin ditingkatkan dengan menggunakan kemampuan otak secara optimal, yaitu dengan cara menggunakan belahan otak kiri/ kanan secara simultan dan dengan cara yang disukai oleh otak manusia. Cara berfikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, dan rasional. Cara berfikirnya sesuai untuk tugas-tugas verbal, asosiasi auditorial, menempatkan detail secara terstruktur. Cara berfikir otak kiri dapat diakses pada sembarang situasi: santai maupun tergesa-gesa. Sementara otak kanan berfikir secara lateral, holistis, dan acak. Cara nerfikir ini sesuai untuk tugas-tugas penangkapa kesadaran: keadaan emosional, ruang, bentuk/pola. Namun, cara berfikir otak kanan lebih mudah diakses pada situasi yang santai. Celakanya, dalam kehidupan moden sekarang yang dilalui dalam atosfer ketergesaan ini, menuntut ketertiban rasio dlam kadar yang sangat tinggi, sehingga manusia terbiasa hanya menggunakan belahan otak kirinya saja. Akibatnya, kemampuan otak digunakan hanya sebatas 10-15% belaka. Selain dari itu, manusia modern cenderung mengambil sudut pandang linear dalam menyikapi berbagai fenomena yang ditemuinya, sehingga pemahaman terhadap suatu masalah cenderung bersifat sangat arsial. Padahal cara pandang yang demikian bukanlah cara pandang yang disukai oleh otak manusia.
Otak manusia lebih menyukai cara pandang yang holistis, yang mencoba mengakses titik-titik infomasi yang terdapat pada sel-sel saraf yang disebut neuron. Semakin holistis cara berfikr seseorang, maka zat-zat myelin akan diproduksi untuk menghubungkan nauron satu dengan neuron yang lain, sehingga semakin banyak sel-sel saraf tersambung, dan hasilnya semakin banyak informasi dapat diakses dari pusat-pusat informasi di dalam sel-sel saraf. Apabila berbagai informasi lateral dan relevan tersambung dalam sebuah proses analisis, maka berbagai kemungkinan pemahaman akan dihasilkan, yang akan meperkaya solusi-solusi yang dibutuhkan.
Simon (dalam Bake, 2004), untuk menjadi kreatif maka solusi yang dibuat perlu memenuhi salah satu syarat atau lebih, antara lain:
1.      Produk pemikiran mengandung unsur kebaruan atau bernilai (baik bagi pemikir maupun bagi pengembangan budaya).
2.      Pemikiran yang dihasilkan tidak konvensional dalam arti menuntut modifikasi atau penolakan terhadap gagasan yang diterima sebelumnya.
3.      Pemikiran yang dihasilkan mensyaratkan agar motivasi dan ketekunan dilakukan dalam rentang waktu tertentu atau dengan intensitas yang tinggi.
4.      Masalah yang dihadapi semula masih kabur dan belum didefinisikan secara jelas, sehingga bagian dari kreativitas tugas yang dikerjakan adalah memperjelas rumusan masalahnya.
Meskipun Simon menyatakan bahwa hanya satu atau lebih dari empat syarat diatas yang mesti dipenuhi naumun juga disepakati bahwa keempat syarat tersebut, semuanya penting.
Scott (1995), kreativitas diartikan sebagai proses menggunakan imajinasi dan keahlian untuk melahirkan produk dan pemikiran baru yang unik. Beliau memahami dua jenis kreativitas, yakni murni dan terapan. Kreativitas murni berorientasi pada proses dan tidak menjadikan produk sebagai tujuan akhirnya. Misalnya, artis yang secara individu menciptakan sesuatu memelaui ekspresinya dirinya sendiri. Kreativitas terapan terjadi distasiun penyiaran, rumah produkdi dan agen peeriklanan, arena aktivitasnya diarahkan pada tujuan tertentu.
Menurut Psikolog Kognitif Robert J. Sternberg, secara luas kreativitas bisa didefinisikan sebagai” proses memproduksi sesuatu yang orisinil dan bermanfaat”. Kreativitas adalah menemukan cara baru untuk memecahkan masalah dan menemukan pendekatan baru terhadap sebuah situasi. Cara-cara meningkatkan kreativitas:
1.    Berkomitmenlah untuk mengembangkan kreativitas diri
2.    Jadilah seorang pakar
3.    Hargailah rasa keingintahuan diri
4.    Beranilah mengambil resiko
5.    Bangkitkan rasa percaya diri
6.    Atasi sikap-sikap negatif yang bisa menghambat kreativitas
7.    Lawanlah ketakutan akan kegagalan
8.    Bertukar pikiran akan mengilhami gagasan baru
9.    Sadarilah bahwa sebagaian besar masalah punya beragam solusi
10.                        Tantanglah diri sendiri
11.                        Carilah sumber-sumber inspirasi dan perbanyak interaksi sosial untuk hal-hal baru
12.                        Perbanyak mencari pengetahuan dan pengalaman baru
13.                        Selalu meminta kritik dan saran untuk menunjang perbaiakan
Kreativitas berorientasi pada produk ini ditentukan dan secara langsung terkait dengan keberhasilan produk tertentu. Menurut De Bono (1993) bhwa kreativitas murni yang dilahirkan ekuivalen dengan istilah “Kreativitas Artistik”.
Amabile (1983), memperkenalkan dua jenis definisi kreatifitas, yakni definisi operasional dan definisi konseptual. Produk atau respons dianggap kreatif ketika para pengamat yang setuju atau familier menganggap produk atau respons tersebut kreatif. Kreativitas secara onseptul sebagai produk dan respons yang dipertimbangkan karena dianggap: (1) baru dan sesuai, berguna, benar, responsnya dinilai sesuai tugas yang dikerjakan; dan (2) tugas lebih bersifat heuristis daripada algoritmatis.
Meskipun definisi kreativitas tersebut berbeda satu sama lain, namun sebagian pakar, sepakat bahwa dalam definisi kreativitas terkandung ciri orisinalitas (baru, tidak lazim, tidak disangka-sangka) dan utilitas potensial (berguna, baik, adaptif, sesuai) suatu produk, proses, gagasan, mode atau perilaku yang dihasilkan. Ciri-ciri kreativitas ini dapat dideskripsikan kedalam Model 4-P Kreatif yang terdiri dari empt dimensi, yakni: dimensi produk, dimensi proses, dimensi person, dan dimensi pers (lingkungan) kreatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.1.
Peneliti kreativitas mengklarifikasikan pekerjaan yang dilakukan dalam arti apakah tertuju pada orang kreatif, produk kreatif, atau pers (lingkungan) dan konteks kreatif. Empat faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lain secara solid.
                                        Proses
 

      Person /Kelompok                                                         Produk
                                                                                                   
                                                           Pers
            Gambar 7.1 Model 4-P Kreatif (Sumber: Fellers dan Bostrom, 1993)
6.      MODEL PENGUKURAN KREATIVITAS
            Berdasarkan pendekatan 4-P Kreatif yang dikemukakan di atas, maka berikut ini dikembangkan indikator pengukurannya dengan cara memadukan instrumen pengukuran kreativitas dari para pakar.

1.      Produk Kreatif
      Bahwa produk kreatif memiliki ciri yakni baru, sesuai, berguna, atau dapat dinilai. Dimensi produk kreatif meliputi karakteristik:
·        Produk, desain atau pelayanan baru yang meningkatkan profitabilitas, kualitas, produktivitas, dan memenuhi kebutuhan pelanggan.
·        Temuan baru yang dihasilkan dapat memecahkan masalah pelanggan.
·        Gagasan dan terobosan baru atau langkah-langkah sederhana dibangun dari pengalaman masa lalu untuk membangkitkan solusi yang lebih baik.
·        Teknik-teknik yang tidak lazim untuk rintangan bagi keberhasilan kegiatan atau proyek.
·        Bentuk pengorganisasian tugas inovatif, sehingga berhasil menyatukan orang-orang berbeda yang sebelumnya belum saling mengenal.
·        Pertanyaan tegas yang menyebabkan orang-orang melihat suatu permasalahan secara berbeda.
·        Jalur yang berbeda untuk menyelesaikan konflik, bekerja dalam suatu tim dan memotivasi orang lain untuk tumbuh dan berkembang.
·        Pendektan yang tidak lazim untuk menciptakan suasana yang membuat setiap orang saling merespek, mendorong dari menantang untuk mencapai hasil yang terbaik.
2.      Person
      Dimensi persom (perilaku individu atau kelompok) ialah bentuk perilaku kreatif inovatif yang ditujukan oleh pekerja di tempat kerjanya. Perilaku kreatif inovatif ini diadaptasi dari model KAI (Kirton Adaptor-Inovator). Dimensi Person kreatif inovatif meliputi:
·      Pekerjaan tertentu yang dihadapi bersama dipikirkan dalam kaitannya dengan hal lain yang terkait.
·      Pekerjaan didekati dari sisi lain yang tidak diduga, bahkan sering kali tidak mengikuti prosedur dan dianggap tidak efisien.
·      Asumsi dasar permasalahan disusun atau dimanipulasi bersama.
·      Memecahkan masalah dengn cara-cara tertentu yang berbeda meskipun ada aturan.
·      Katalis menempatkan kelompok dan pandangan yang dipahami bersama; radikal tetapi memelas, dan menciptakan ketidaksepahaman atau disonasi.
·      Mengubah tatanan yang ada sering kali menentang aturan, kebiasaan, dan pandangan yang disepakati bersama.
·      Berani melakukan tugas.
·      Menghasilkan sejumlah gagasan, termasuk gagasan yang kelihatannya tidak relevan, tidak masuk akal, dan tidak menggairahkan.
3.      Proses Kreatif
      Model proses kreatif yang paling awal dikembangkan ialah model proses kreatif yang meliputi empat tahap, yakni: (1) tahap persiapan; definisi isu, observasi, dan studi pendahuluan; (2) tahap inkubasi: menempatkan isu sesuai waktu yang tepat; (3) tahap iluminasi: saat gagasan baru akhirnya muncul; (4) tahap verifikasi: mengecek penyelesaian. Model proses kreatif ini berfungsi sebagai basis bagi variasi dan perbaikan yang diajukan oleh sejumlah peneliti sepanjang tahun.
      Dimensi proses kreatif yang dimaksud dalam tulisan ini ialah kualitas proses pemecahan masalah kreatif dalam perusahaan. Dimensi proses meliputi:
·      Kualitas identifikasi permasalahan, tantangan, dan solusi masalah yang dihadapi organisasi atau perusahaan.
·      Kualitas rumusan tujuan-tujuan dan sasaran yang akan dicapai atas setiap permasalahan yang dihadapi organisasi.
·      Kualitas alternatif yang ditawarkan atas permasalahan yang dihadapi organisasi.
·      Ketepatan memilih solusi yang terbaik atas permasalahan organisasi.
·      Kualitas perencanaan dan pelaksanaan alternatif pemecahan masalah organisasi.
·      Waktu yang disediakan untuk melakukan refleksi dalam proses pemecahan masaalah.
4.      Pers (Lingkungan)
      Dimensi pers (lingkungan) ialah faktor-faktor di luar diri individu atau faktor lingkungan internal organisasi yang berpengaruh terhadap kreativitas organisasi. Dimensi lingkungan kreatif meliputi:
·      Manajer diikuti berdasarkan komitmen yang dibangun.
·      Manajer mengomunikasikan tujuan-tujuan dan pertanggung jawaban pekerjaan secara jelas.
·      Manajer mengambil tindakan terhadap gagasan baru yang disediakan oleh pekerja.
·      Manajer konsisten memperlakukan setiap orang atas dasar respek.
·      Manajer menginspirasi komitmen mengenai misi dan tujuan-tujuan penjualan.
·      Manajer memerhatikan, baik penjualan, maupun pekerja ketika membuat keputusan.
·      Pekerjaan didistribusikan secara jujur kepada pekerja.
·      Para pekerja saling percaya satu sama lain.
·      Para pekerja mengaku bangga bekerja di sini sekarang.
·      Para pekerja akan tetap dibagian meskipun ditawari pekerjaan du tempat lain.
·      Para pekerja tahu bahwa dirinya dinilai.
·      Para pekerja mau berkorban secara pribadi, ketika diperlukan, guna membantu keberhasilan keepemimpinan.
·      Para pekerja akan merekomendasikan tempat kerjanya sebagai tempat yang baik untuk bekerja.
·      Pekerja membangun kerja sama yang baik dengan manajernya.
·      Pekerja bertanggung jawab menyediakan layanan superior kepada pelanggan.
·      Pekerja secara konsisten mengantisipasi kebutuhan pelanggan dan melakukan tindakan yang sesuai untuk memuaskan kebutuhannya.
·      Para pekerja merekomendasikan produk dan layanan perusahaannya.



BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
       TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atau produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan. Untuk mencapai usaha tersebut digunakan sepuluh unsur utma TQM yaitu fokus pada pelanggan, obsesi pada kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangk panjang, kerjasama tim, perbaikan berkesimnambungan, pendidikan dan latihan, kebebasan yang teerkendali, kesatuan tujuan, dan keterlibatan serta pemberdayaan karyawan.
       Budaya kualitas terdiri atas filosofi, keyakinan, sikap, norma, nilai, tradisi, prosedur, dan harapan yang meningkatkan kualitas. Untuk mewujudkan budaya kualitas dilakukan dengan delapan langkah yaitu identifikasi perubahan, menuliskan perubahan yang direncanakan, mengembangkan rencana, memahami proses transisi emosional dan intelektual, menerapkan strategi kemestraan, dan mmberi dukungan dalam melakukan perubahan.
          Salah satu penentu utama inovasi adalah tantangan dalam lingkungan organisasi, karena organisasi inovatif memberi tekanan kuat pada kualitas, dan dukungan manajerial untuk inovasi dan sangat menentukan apabila seluruh individu ingin mengembangkan dan mengimplementasikan ide mengenai cara-cara baru yang lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal.
          Inovasi dapat mengarah pada perubahan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan dan dapat pula mengarah pada perubahan dalam cara membuat dan menyampaikan produk. Inovasi jenis pertama sering disebut inovasi produk, sedangkan yang kedua disebut inovasi proses.
          Kekuatan kreativitas ini apabila dimiliki oleh seseorang atau kelompok orang: mereka mampu untuk mengembangkan suatu hal baru dari hal yang telah dimiliki, dan selanjutnya menggabungkan hal-hal baru yang dimiliki itu satu sama lain untuk membentuk hal yang baru lagi; begitu seterusnya proses berlanjut. Berbagai pengetahuan baru akan mampu dikembangkan oleh seseorang atau sekelompok orang, bersifat unik, dan oleh karenanya sukar untuk ditiru, dan bermuara pada pembentukan kompetensi inti yang bersifat strategis, jelas merupakan peluang bagi pembentukan competitive advantage pemilik kelompok tersebut.
          Budaya kualitas adalah sistem nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus-menerus (Goetsch dan Davis, 1994).
          Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam melakukan perubahan budaya, yaitu sebagai berikut:Pahamilah sejarah terciptannya budaya yang sudah ada; Jangan memusuhi sistem yang sudah ada, tetapi perbaikilah; Bersiaplah untuk mendengarkan dan mengamati; Lihatkanlah setiap orang yang dipengaruhi oleh perubahan.
          Dengan menerapkan TQM, perusahaan diharapkan akan dapat meningkatkan kepuasaan konsumen melalui perbaikan kualitas produk atau jasa dan meningkatkan kepuasaan karyawan.

B.  SARAN
          Kualitas dalam budaya organisasi perlu di pertahankan jikalau budaya itu sesuai dengan prinsip-prinsip perusahaan, tetapi jika kualitas dalam budaya organisasi tersebut tidak sesuai maka perlu adanya perubahan budaya, sebelumnya harus di diskusikan terlebih dahulu oleh yng berwenang. Dalam meningkatkan budaya kualitas salah satunya dengan TQM ( Total Quality Management agar dapat meningkatkan kepuasaan konsumen melalui perbaikan kualitas produk atau jasa dan meningkatkan kepuasaan karyawan.
          Dalam suatu organisasi atau perusahaan yang diperlukan adanya inovasi-inovasi baru yang berguna untuk mengembangkan hasil dari pada produk atau hasil dari organisasi atau perusahaan tersebut. Inovasi tersebut diharuskan adanya unsur kreativitas agar hasil yang di dapat menarik masyarakat.
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar