BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disiplin
sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk
memotivasi pegawai dalam mendisiplinkan diri dalam melaksanankan pekerjain baik
secara perorangan maupun kelompok, disamping itu disiplin bermanfaat mendidik
pegawai untuk mematuhi dan meneynangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan
yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Kurang
pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan
penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk menghadapi
tindakan tersebut, pihak pemimpin sebaiknya memberikan program orientasi kepada
tenaga kerja mulai dari hari pertama masuk, kedisiplinan tidak akan berjalan
dengan baik apabila kebijakan yang ada tidak diketahui dengan jelas aturanya.
Pimpinan harus menjelaskan secara rinci peraturan – peraturan yang sering
dilanggar berikut rasional dan konsekwensinya. Demikian pula peraturan /
prosedur atau kebijakan yang mengalami perubahan atau diperbaharui sebaiknya
diinformasikan melalui diskusi.
Bangsa
Indonesia adalah bangsa besar yang memiliki kekayaan alam yang melimpah baik di
laut maupun di daratan yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya
itu saja, Bangsa Indonesia kaya akan seni budaya daerah yang merupakan kekayaan
budaya nasional. Dengan kekayaan alam yang melimpah dan didukung dengan sumber
daya manusia terbesar keempat dunia selayaknya Bangsa Indonesia sudah lebih
maju dengan Bangsa-Bangsa lain khususnya di asia tenggara. Tetapi dalam kenyataanya
Bangsa Indonesia tertinggal jauh dari Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan
Vietnam. Tentu ada hal yang mendasar yang tidak dimiliki Bangsa Indonesia
sehingga Bangsa Indonseia selalu tertinggal dengan Bangsa-Bangsa lain di
belahan dunia lainnya.
Belakangan
ini sering kita lihat dimana-mana terjadi tindakan ketidaksiplinan baik
individu maupun kelompok diberbagai tempat, misalnya di tempat umum. Disiplin
masyarakat masih merupakan salah satu problem bangsa ini karena kesadaran
masyarakat untuk berdisiplin masih rendah. Banyak dari mereka tidak menyadari
bahwa kesadaran berdisiplin akan kembali kepada kenyamanan mereka juga dalam
menikmati jasa. Banyak contoh ketidaknyamanan atau bahkan keruwetan yang muncul
akibat disiplin masyarakat yang rendah, mulai dari tertib antri, buang sampah,
bahkan sampai perilaku yang sangat membahayakan nyawa mereka sendiri seperti
naik ke atap KRL. Dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, berapa banyak
para pemakai kendaran yang mengabaikan rambu-rambu lalu lintas di jalan raya.
Dengan mudahnya seseorang membuang sampah di sembarang tempat tampa berpikir
dampak negatifnya. Dengan seenaknya pemerintah daerah yang mengulur-ulur waktu
untuk merealisasikan anggaran belanja untuk pembangunan padahal pembangunan
tersebut sangat di butuhkan oleh masyarakat.
Bangsa
yang telah maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura dikarenakan para
pemimpinya memiliki etos kerja disiplin yang tinggi. Disiplin dan etos kerja
para pemimpin Indonesia sangat berpengaruh pada warga negaranya. Jangan
berharap rakyat Indonesia akan meningkatkan produktivitas dan memiliki etos
kerja apabila para pemimpin tidak mampu menegakkan disiplin dan memberikan
contoh yang baik. Bangsa Indonesia sangat produktif dan disiplin dalam hal
penarikan pajak tetapi dalam bidang lain perlu dipertanyakan.
Singapura
adalah salah satu contoh Negara maju di dunia. Kemajuan pembangunan di
Singapura dapat terlihat dari banyaknya perkantoran dan industry yang membuka
cabangnya di Singapura. Gedung-gedung pencakar langit telah menghiasi wajah
kota Singapura selama beberapa dekade terakhir. Singapura juga memiliki salah
satu pelabuhan laut terpadat di dunia. Selain itu Changi Airport telah menjadi
salah satu bandara dengan pelayanan terbaik di dunia. Semua kemajuan yang terjadi
di Singapura bukanlah sesuatu yang secara instan terjadi, tetapi melalui proses
yang panjang.
Sejarah membuktikan bahwa ketika bapak
bangsa Singapura, Lee Kuan Yew memutuskan untuk memisahkan diri dari Federasi
Malaysia pada tahun 1965, saat itu Singapura hanyalah sebuah negara kecil
dengan sumber daya alam yang sangat minim dan tingginya tingkat pengangguran.
Pada awal kemerdekaan, luas Singapuara hanyalah 581,5 km2, namun pada tahun 2005 luas Singapura telah bertambah
menjadi 699 km2 akibat
adanya proyek reklamasi pantai yang telah dimulai sejak 1976. Perlahan tapi
pasti Lee Kuan Yew berhasil membangun Singapura menjadi negara maju seperti saat ini. Salah satu faktor yang
mendorong kemajuan negara Singapura adalah budaya disiplinnya.
Berdasarkan uraian di
atas, penulis tertarik untuk mengambil judul dalam makalah ini yaitu
:”Perbandingan Kedisiplinan Di Indonesia Dengan Singapura”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam penyusunan makalah ini, sebagai berikut:
1) Apa
definisi dari disiplin?
2) Apa
saja aspek-aspek dari kedisiplinan?
3) Bagaimana
perbandingan kedisiplinan di Indonesia dengan Singapura?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penyusunan
makalah ini, agar pembaca dapat mengetahui tentang:
1) Definisi
disiplin
2) Aspek-aspek
kedisiplinan
3) perbandingan
kedisiplinan di Indonesia dengan Singapura
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Disiplin
Pada hakekatnya,
disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan disiplin diharapkan dapat
menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. Jadi secara
singkat dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan dengan pengendalian diri
supaya dapat membedakan mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga
dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung
jawab.
Disiplin sebagai upaya mengendalikan
diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan
dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan
kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.
Disiplin
adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang
diberlakukan bagi dirinya sendiri (Lemhannas, 1995:11). Menurut Mar’at (1984:
90) disiplin adalah sikap perseorangan atau kelompok yang menjamin adanya
kepatuhan terhadap perintah-perintah yang berinisiatif untuk melakukan suatu
tindakan yang perlu seandainya tidak ada perintah.
Dalam
buku Gerakan Disiplin Nasional Menyongsong Era Keterbukaan tahun 2020
menyebutkan bahwa disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku dan dilaksanakan
secara sadar, dan ikhlas lahir batin sehingga timbul rasa malu terhadap sangsi
dan rasa malu terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam kamus umum Bahasa
Indonesia Disiplin adalah: 1) latihan batin dan watak yang maksimal supaya
segala perbuatan selalu mentaati tata tertib, 2) ketaatan pada aturan dan tata
tertib (Purwodarminto,1996: 254). Menurut (Hurlock:1978:84) disiplin mempunyai
empat unsur pokok yaitu: peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam
peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan
memaksakannya, hukuman untuk pelanggaran peraturan, dan penghargaan untuk
perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.
Disimpulkan
kedisiplinan adalah suatu sikap atau watak yang dilakukan secara suka rela
terhadap aturan dan tata tertib.
Perilaku itu tercipta
melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.
disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau
penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai
sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus
tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat. atau
sanksi terutama diperlukan dalam suatu lembaga yang telah mempunyai tata tertib
yang baik. Bagi yang melanggar tata tertib dapat dilakukan dua macam tindakan,
yaitu berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi.
Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan berarti orang yang disiplin
adalah yang mampu mengendalikan diri untuk menciptakan ketertiban dan
keteraturan.
2.2 Aspek- aspek Kedisiplinan
Menurut Prijodarminto (1994:23-24) kedisiplinan
memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut adalah :
a.
sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap
taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan,pengendalian
pikiran dan pengendalian watak.
b.
pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan
perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman
tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan
akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai
keberhasilan (sukses).
c.
sikap kelakuan yang secara wajah menunjukkan
kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.
2.3 Perbandingan Kedisiplinan Di Indonesia dengan Singapura
a.
Kedisiplinan di Indonesia
Dengan kekayaan alam yang melimpah dan didukung
dengan sumber daya manusia terbesar keempat dunia selayaknya Bangsa Indonesia
sudah lebih maju dengan Bangsa-Bangsa lain khususnya di asia tenggara. Tetapi
dalam kenyataanya Bangsa Indonesia tertinggal jauh dari Singapura, Malaysia,
Thailand, bahkan Vietnam. Tentu ada hal yang mendasar
yang tidak dimiliki Bangsa Indonesia sehingga Bangsa Indonseia selalu
tertinggal dengan Bangsa-Bangsa lain di belahan dunia lainnya. Berdasarkan
pengalaman pada negara-negara yang telah maju secara ekonomi maupun
teknologinya seperti Jepang, Korea Selatan, Cina, Singapura, Amerika, dan
beberapa Negara Eropa, bangsa tersebut bisa maju karena pemerintahnya dan warga
negaranya memiliki disiplin yang tinggi.
Budaya disiplin seyogyanya diterapkan sejak dini di
mulai dari lingkungan keluarga dan semua lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial tidak
hanya sebatas slogan. Pihak eksekutif dan legislatif dari pusat sampai ke
daerah harus mengambil peran untuk melakukan penerapan budaya disiplin, rakyat
Indonesia akan senang hati mengikuti budaya disiplin yang telah dicontohkan
oleh pemimpin mereka.
Disiplin bukanlah pengekangan kebebasan tetapi
merupakan pedoman untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sangat mustahil
suatu rencana akan tercapai manakala pihak-pihak yang terlibat mengabaikan
disiplin. Masalah disiplin merupakan masalah nasional yang harus segera
diselesaikan, kita tidak ingin dicap sebagai Bangsa yang tidak disiplin.
Disiplin selalu berkorelasi dengan kinerja seseorang atau lembaga, dapat
dipastikan seseorang atau lembaga yang menegakkan disiplin akan memiliki
kinerja yang baik. Jarang kita jumpai seseorang atau lembaga yang tidak
menegakkan disiplin memiliki kinerj yang baik.
Kata disiplin sangat sederhana dan mudah diucapkan
tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan , hal tersebut terjadi karena disiplin
belum menjadi budaya Bangsa Indonesia. Mereka baru bersikap disiplin setelah
ada unsur paksaan dan belum menjadi sikap hidup sehari-hari. Dapat kita lihat
sendiri sehari-hari penolakan (resistensi) terhadap penerapan disiplin termasuk
para anggota DPR. Mengapa mereka menolak penegakan disiplin? , karena mereka
masih punya anggapan bahwa penerapan disiplin hanya untuk pihak lain bukan
untuk dirinya. Bangsa yang maju adalah Bangsa yang bisa menegakkan disiplin.
Dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, berapa
banyak para pemakai kendaran yang mengabaikan rambu-rambu lalu lintas di jalan
raya. Dengan mudahnya seseorang membuang sampah di sembarang tempat tanpa
berpikir dampak negatifnya. Dengan seenaknya pemerintah daerah yang mengulur-ulur
waktu untuk merealisasikan anggaran belanja untuk pembangunan padahal
pembangunan tersebut sangat di butuhkan oleh masyarakat. Perusahaan
pengembangan perumahan yang tidak memperhatikan tata ruang kota sehingga banjir
terjadi dimana-mana. Perusahaan industri
yang membuang limbah semaunya langsung ke laut atau ke sungai tanpa terlebih
dahulu melalui penjernihan terlebih dahulu. Terjadinya korupsi dimana-mana,
semua itu disebabkan rendahnya disiplin Bangsa Indonesia. Rendahnya tingkat
kedisiplinan masyarakat Indonesia ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor
seperti:
1. Kurang
pengertian masyarakat terhadap pentingnya sikap disiplin;
2. Sanksi
atau hukuman tidak diterapkan dengan baik dan secara tegas oleh pihak yang
berwenang;
3. Krisis
keteladanan;
4. Tidak
adanya motivasi untuk bertindak disiplin dalam segala tindakan.
Menumbuhkan budaya disiplin memang tidak semudah
membalikkan telapak tangan kita. Semua itu tentu butuh proses dan strategi
khusus. Awalnya mungkin akan terasa berat bagi sebagian masyarakat. Sehingga
perlu terus ditumbuhkan kesadaran dan komitmen bersama seluruh komponen bangsa
ini. Masyarakat harus menyadari bahwa melalui budaya disiplin bangsa ini bisa
menjadi bangsa yang tangguh dan mandiri. Melalui budaya disiplin akan
menghantarkan Indonesia tumbuh pesat menjadi negara maju yang berkarakter.
b.
Kedisiplinan di Singapura
Singapura adalah suatu negara dengan sumber daya
alam yang hampir sama sekali tidak ada. Kita tidak akan menemukan adalanya
pertambangan di Singapura, ataupuan hutan yang lebat dan sawah yang luas. Luas
lahan yang hanya sekitar ± 700 km2 bener-bener membuat penduduk Singapura
berfikir kreatif dan inovatif untuk bertahan hidup. Kesungguhan Singapura untuk berfikir kreatif
dan cerdas telah membuat Singapura mampu mengekspor minyak dengan kualitas yang
tinggi, walaupun mereka tidak mempunyai sumber minyak. Mereka mengimpor bahan
baku minyak dari negara lain, kemudian mengolahnya dan memberikan nilai tambah
sehingga ketika dijual kembali minyak tersebut menjadi berkualitas tinggi.
Salah satu kunci kesuksesan Singapura adalah adanya
kedisiplinan yang tinggi dari penduduknya. Mereka disiplin dalam menuntut Ilmu
untuk menguasai teknologi, disiplin dalam menghargai waktu, disiplin dalam
penegakan hukum dan lain sebagainya.
Kedisiplinan masyarakat Singapura sangat terlihat ketika kita pertama
kali menginjakkan kaki di Changi Airport ataupun di Singapore Harbour Front.
Hampir tidak ada pesawat ataupun kapal ferry yang menunda keberangkatannya.
Jika penumpang datang telat, maka mereka harus bersiap-siap untuk membeli tiket
untuk keberangkatan kapal ferry berikutnya. Ketika tiba di imgrasi terlihat
jelas bagaimana tertibnya warga singapura mengantri. Tidak ada desak-desakan
dalam antrian seperti halnya antrian pembelian sembako murah di Indonesia, ataupun antrian dalam pembagian
BLT. Semua pengantri di Singapura akan berdiri dengan tertib, tidak ada yang
berbicara keras ataupun mengganggu orang lain.
Kedisiplinan masyarakat di Singapura tidaklah
terbentuk secara instant. Pada mulanya masyarakat di Singapura juga susah
diatur seperti masyarakat di Indonesia. Namun pemerintah di sana berhasil
mendisiplinkan warganya seperti saat ini. Tentu saja ada faktor-faktor
pendukung terciptanya kedisiplinan pada masyarakat di Singapura. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1.
Penegakan
Hukum yang Konsisten
Hukum di Singapura ditegakkan secara konsisten.
Bapak bangsa Singapura Lee Kuan Yew telah menanamkan warga negaranya untuk taat
pada aturan hukum yang berlaku di negara tersebut. Beliau menyadari bahwa
sebagai negara kecil yang minim sumber daya alam, Singapura tidak akan bisa maju dan berkembang apabila warga negaranya tidak secara sadar
mentaati hukum dan peraturan yang berlaku.
Bagi pelanggar hukum disingapura telah disediakan
berbagai macam tingkatan hukuman sesuai dengan kadar pelanggaran yang mereka
perbuat. Untuk pelanggaran hukum kedisiplinan yang bersifat ringan mereka akan
dikenakan denda. Berikutnya adalah penjara atau kerja sosial. Pada tahap
selanjutnya para pelanggar hukum akan dikenakan hukuman cambuk. Dan hukuman
bagi pelanggar hukum di singapura yang paling berat adalah hukuman gantung
sampai mati.
2.
Penggunaan
Teknologi untuk Mengontrol Penegakan Hukum
Jika kita
berkunjung ke negara Singapura, kita akan jarang sekali menemukan polisi yang
berjaga-jaga di jalan raya atau berpatroli keliling kota sebagaimana yang
sering kita temui di Indonesia. Singapura telah mengadopsi penggunaan teknologi
canggih untuk membantu mengontrol penegakan hukum. Hampir di setiap sudut kota
Singapura kita bisa menemukan CCTV. Penggunaan CCTV secara tidak langsung telah
mengganti peranan polisi yang harus berjaga-jaga di beberapa tempat. Hal ini
sangat efektif untuk menghemat tenaga manusia.
Selain CCTV, mesin parker elektronik telah menggantikan peranan juru
parkir di Singapura, sehingga apabila ada pelanggar parkir maka tidak akan lama
aka ada surat tilang yang dikirimkan ke rumah.
3. Kesadaran Masyarakat Terhadap
Pentingnya Menjaga Lingkungan
Sejak awal masyarakat di Singapura
telah disadarkan akan kondisi negara meraka yang sempit dan minim sumber daya
alam. Untuk membangun rumah saja warga negara Singapura sangat sulit untuk
menemukan lahan. Pembangunan tempat tinggal telah dikelola pemerintah dengan
membangun apartemen-apartemen yang bertingkat-tingkat. Dari kondisi inilah
masyarakat Singapura sangat disiplin dalam
menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka yang
terbatas.
Untuk menjaga lingkungan tetap
dalam kondisi yang baik dan bersih pemerintah Singapura telah menerapkan
regulasi-regulasi yang mungkin tidak ada di negara Indonesia. Berikut ini
contoh-contoh pelanggaran hukum yang mungkin tidak berlaku di negara kita.
·
Larangan permen karet.
Permen
karet dilarang di Singapura. Hal ini dikarenakan pemerintah tidak ingin
tempat-tempat layanan publik dikotori oleh bekas kuyahan permen karet. Bermula
ketika muncul berbagai masalah dalam perawatan flat atau apartemen di singapura
yang bertingkat-tingkat. Mulai dari tersumbatnya lubang kunci, macetnya tombol
lift hingga kotak surat yang penuh dengan kunyahan permen karet. Gumpalan
permen karetpun sering mengotori fasilitas-fasilitas public seperti trotoar,
bus, telepon umum dan lain-lain. Akhirnya karena dianggap sebagai salah satu
penyebab kotor dan sangat mengganggu, pemerintah kemudian mengeluarkan regulasi
pelarangan mengunyah permen karet di negara Singapura. Larangan ini diikuti
dengan adanya sensor pendeteksi permen karet di bandara, pelabuhan maupun MRT.
·
Larangan Merokok di Tempat Umum
Merokok
dilarang di daerah-daerah tertentu di Singapura. Larangan merokok saat ini
meliputi semua tempat dalam ruangan dimana digunakan masyarakat untuk berkumpul.
Kemudian larangan itu direvisi pada tahun 2009 dan memasukkan tempat-tempat
umum dalam ruangan yang tidak ber-AC seperti pusat perbelanjaan, kantor, dan
toko-toko. Dalam revisi ini fasilitas umum di luar ruangan seperti tempat
bersantai, lapangan olahraga, dan taman bermain juga dimasukkan kedalam
larangan. Pada tahun 2013, larangan merokok diperluas dengan menyertakan ruang
multi-tujuan, jembatan pejalan kaki di atas kepala, trotoar tertutup dan
linkways, lingkungan di luar rumah sakit, serta radius 5 meter di sekitar halte
bis. Perluasan larangan ini juga mencakup area umum di lingkungan apartemen
atau tempat tinggal.
·
Larangan Membuang Sampah Sembarangan
Singapura
senantiasa berusaha untuk mempertahankan reputasinya sebagai salah satu negara
terbersih lingkungannya di dunia. Kampanya untuk membuang sampah pada tempatnya
begitu gencar digalakkan. Penyediaan tempat-tempat sampah di berbagai tempat
menjadi bukti bahwa pemerintah Singapura sangat serius dalam menangani
kebersihan lingkungan dari sampah. Bagi para pelanggar, denda sebesar 300
dollar Singapura telah menanti. Denda
sebesar itu adalah untuk mereka yang membuang sampah dalam jumlah kecil,
seperti bungkus permen ataupun kertas struk belanja. Untuk mereka yang membuang
sampah yang lebih besar secara sengaja, seperti bungkus makanan, kardus makanan
maka akan dihadapkan kepada pengadilan untuk kemudian akan dihukum kerja sosial
selama 12 jam. Para pelanggar yang dihukum kerja sosial akan diberikan seragam
warna hijau bercahaya terang agar mereka merasa malu. Biasanya pelanggar
tersebut harus membersihkan tempat-tempat public yang banyak digunakan
masyarkat untuk berkumpul.
·
Tidak Adanya Kucing yang Berkeliaran
Pemerintah
Singapura tidak menyukai adanya kucing liar yang suka mengotori jalan. Maka
bila kita berkunjung ke Singapura kita tidak akan menemukan kucing liar yang
berjalan di lorang-lorang jalan. Kucing dianggap sebagai binatang yang mudah
berkembang biak dan membuang kotoran secara sembarangan, sehingga tidak ada
kucing di Singapura. Walaupuan begitu pemerintah Singapura masih mengijinkan
warganya untuk memelihara anjing, namun bukan jenis anjing yang besar, tetapi
jenis anjing yang kecil. Hanya saja
pemerintah membatasi untuk memelihara 1 ekor saja di setiap rumah mereka.
·
Hukuman mati bagi pengedar narkoba serta
pemegang senjata api.
Hukum di Singapura tidak akan
mentoleransi para pengedar narkoba. Apabila tertangkap mereka akan segera maka
akan segera diajukan ke pengadilan untuk selanjutnya dikenakan hukuman gantung
sampai mati. Apabila petugas imigrasi mencurigai ada penduduk Singapura yang
kembali dari Batam atau Johor dengan kondisi mata memerah, maka mereka akan
segera menyuruh orang tersebut untuk tes urine. Apabila hasil tes menunjukkan
bahwa mereka positif menggunakan narkoba, maka orang tersebut akan langsung dimasukkan
kedalam penjara dan mendapat hukuman cambuk. Begitu juga bagi para penjahat
yang menggunakan senjata api, maka hukuman mati akan menanti mereka. Untuk
itulah para penjahat di Singapura hanya menggunakan senjata tajam untuk
melancarkan aksi kejahatannya.
Selain faktor-faktor di atas, Salah satu faktor
pendorong kedisiplinan di Singapura adalah filosofi dan nilai-nilai kehidupan
yang menjadi pegangan hidup mereka. Sejak awal kemerdekaan Singapura di tahun
1965, bapak bangsa Singapura Lee Kuan Yew telah menyadarkan penduduknya akan
kondisi real mereka. Mereka hidup di negara yang sempit dengan kekayaan alam
yang nyaris tidak ada sama sekali. Lee kemudian memberikan filosofi hidup agar
mereka bekerja keras. Maka “bekerja keras” adalah budaya mereka.
Singapura juga menyadari bahwa pendidikan menjadi
modal penting untuk pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan yang baik telah merubah Singapura menjadi negara
yang maju dalam penguasaan teknologi. Selain itu kreatifitas telah menjadikan
Singapura menjadi negara Industri. Dengan tidak adannya sumber daya alam, maka
Singapura mengandalkan impor barang ataupun bahan baku dari negara lain. Barang
jadi maupun barang baku yang diimpor dari negara lain kemudian diberikan nilai
tambah sehingga menjadi barang baru yang harganya jauh lebih mahal. Maka kita
bisa melihat Singapura mampu mengekspor minyak dengan kualitas tinggi walaupun
mereka tidak mempunya sumber minyak bumi. Semua
itu terjadi karena warga Singapura tinggi sekali tingkat pendidikannya. Di
Singapura tidak ada istilah sekolah sambil bekerja. Mereka masuk sekolah jam 8
pagi dan pulang jam 7 malam. Semua waktu digunakan untuk belajar dan menguasai
ilmu serta teknologi. Pemerintah sangat mendukung dunia pendidikan. Pendidikan
di Singapura gratis mulai dari TK sampai dengan SMU, kemudian pemerintah juga
menyiapkan subsidi yang tinggi kepada para mahasiswa yang belajar di
universitas-universitas negeri.
Selain pendidikan yang tinggi, kesadaran masyarakat
Singapura untuk menghargai waktu juga telah tertanam sejak kecil. Sehingga kita
tidak akan menemukan istilah jam karet seperti hal nya di Indonesia.
Rapat-rapat selalu dilaksanakan tepat waktu. Begitu juga dengan jadwal-jadwal
keberangkatan sarana transportasi public. Semuanya dilaksanakan tepat waktu. Tidak
ada istilah menunggu penumpang yang datang telat. Jika penumpang datang telat,
maka harus membuli tiket kereta baru.
Jadi masyarakat Singapura telah menyadari bahwa waktu adalah modal
berharga meraih kesuksesan. Apabila benar dalam menggunakan dan mengatur waktu,
maka kesuksesan akan mudah diraih.
Singapura secara alami juga telah sadar terhadap
kondisi mereka yang serba terbatas dalam hal sumber daya alam maupun tempat tinggal. Untuk itu mereka telah
menerapkan kedisiplinan tinggi dalam menjadi lingkungan mereka agar tetap
nyaman ditempati.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada hakekatnya,
disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan disiplin diharapkan dapat
menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. Jadi secara
singkat dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan dengan pengendalian diri
supaya dapat membedakan mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga
dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung
jawab.
Disiplin
adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah, atau peraturan yang
diberlakukan bagi dirinya sendiri. kedisiplinan adalah
suatu sikap atau watak yang dilakukan secara suka rela terhadap aturan dan tata
tertib.
Berdasarkan uraian pada
bab II di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kedisiplinan di negara
Indonesia masih rendah sedangkan tingkat kedisiplinan di negara Singapura sudah
sangat baik. Selain kesadaran diri
masyarakat, pemerintah menjadi salah satu faktor dalam membantu meningkatkan
kedisiplinan masyarakat mengenai arti pentingnya sikap disiplin untuk mencapai
tujuan pribadi maupun tujuan pembangunan nasional suatu negara.
3.2
Saran
Dengan
makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat memahami secara detail tentang Perbandingan
Kedisiplinan di Negara Indonesia dengan Negara Singapura. Kedisiplinan yang
terjadi di Singapura sudah selayaknya kita tiru. Bangsa Indonesia yang
berkali-kali lipat besarnya dari Singapura masih sangat jauh tingkat
kedisiplinan warga negaranya. Baik dalam hal disiplin menghargai waktu,
disiplin menjaga lingkungan hidup maupun disiplin mentaati hukum yang berlaku.
Kesadaran kedisiplinan hidup harus kita tanamkan sejak dini melalui sarana
pendidikan dan kehidupan di keluarga kita masing-masing. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi peningkatan kedisiplinan bagi para pembaca. Penulis
juga mengharapkan kritik yang membangun agar penulis bisa lebih baik lagi.